1.6 ; the hidden truth

4.9K 915 296
                                    

"Sedikit kisah yang akan sempurna bila disusun dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sedikit kisah yang akan sempurna bila disusun dengan baik."

•••

"Jisung mengatakan kalau kau menyebut nama Hyeyoung saat dia berkunjung." Yura menoleh ke sumber suara, itu Jun. Dokter yang merawatnya selama ini. Perempuan itu tertawa renyah, tak disangka air mata pun mengalir dari kelopak matanya.

"Kau tau bukan aku membenci namanya?" Yura menatap sendu ke arah Jun.

"Kapan kau akan mengatakannya pada Jisung?"

"TENTANG APA?! TENTANG MASA LALU YANG BISA MEMBUATNYA MEMBENCIKU DAN JIMIN?!" pekik Yura sampai napasnya menggebu-gebu.

"Yura, aku mengenalmu sejak SMP! Bertemu denganmu adalah suatu kebetulan untukku, kau harus jujur pada anakmu. Jangan sampai dia mengetahui semuanya dari mulut orang lain!" Yura memalingkan wajahnya.

"Hyeyoung sudah meninggal." Yura menoleh cepat ke arah Jun dengan tatapan terkejutnya.

"A-apa kau bilang?"

"Bunuh diri. Dia bunuh diri setelah dia mengetahui yang sebenarnya." Yura membekap mulutnya tak percaya.

"Lalu, bagaimana dengan anaknya? Di mana dia tinggal sekarang?" Jun menghela napas lalu menggeleng pelan. Soal keberadaan anak Hyeyoung dia benar-benar tidak tahu.

"Apakah dia akan membenciku? Secara tidak langsung, aku membunuhnya, bukan?" Yura tertawa miris, air mata masih mengalir begitu saja di wajah cantiknya.

"Ini bukan salahmu, ini salah Jimin. Dia—"

"Kau benar, tapi aku masih mencintainya. Benar-benar mencintainya," parau Yura. Kedua bahunya bergetar hebat, dan isakkannya semakin kencang.

•••

12 tahun yang lalu ....

"Yura, dengarkan aku dulu!" Jimin menarik lengan istrinya yang kini tengah marah. Memang, ini semua adalah kesalahannya. Dia yang bersalah di sini, sangat amat bersalah.

"Apa?! Kau mau aku mendengarkan apa lagi?! Aku membencimu, Jimin!" Yura mendorong kuat tubuh pria itu, Jimin tersentak dan terdiam di tempatnya. Yura kecewa, sangat kecewa pada dirinya.

Wanita itu kini membanting kencang pintu kamarnya begitu saja, Jimin menghela napas lalu memijat pelan pelipisnya. "Ayah? Ibu kenapa?"

"Jisung? Ibu sedang marah pada Ayah, kamu jangan ganggu ya," ucap Jimin dengan lembut seraya mengusap pelan rambut anaknya. Jisung masih kecil, baru berusia enam tahun.

"Ayah tidak apa-apa?" Jimin menggeleng.

"Kamu pergi ke kamar dan belajarlah. Ayah ada sedikit urusan, ingat jangan keluar kamar sebelum ayah ke kamarmu. Mengerti?" Jisung mengangguk patuh, detik itu dia sudah berada di dalam kamarnya.

For Jisung | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang