Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf telah membawamu dalam kehidupanku."
•••
Ara membantu Jisung menuju ke UKS sekolah, sebelumnya Soobin dan Mina sudah pamit pada mereka.
Jisung diam dan terkadang meringis perih, ditataplah dengan lekat wajah gadis itu dari jarak yang cukup dekat. Cantik, ya Jisung akui gadis itu cukup cantik. Perlahan sudut bibirnya terukir di wajah. "Aku curiga kalau kau tidak bisa berkelahi."
"Kau salah, aku pemegang sabuk hitam," ucap Jisung.
"Apa? Lalu kenapa tidak melawan Jungkook tadi?!" Ara berkacak pinggang sambil menatap kesal ke Jisung.
"Agar rencananya tidak berhasil." Ara mengerutkan dahinya.
"Maksudmu?"
"Dia ingin aku keluar dari sekolah ini. Untuk itu dia mengajakku bertanding, setelahnya bertingkah seolah aku yang membuatnya babak belur. Dia tau aku ini pemegang sabuk hitam, untuk itu dia menyuruh orang lain untuk merekam ketika aku membalas pukulannya," jelas Jisung dengan panjang lebar.
"Bodoh! Kau sangat bodoh, Park Jisung! Aku membencimu, tapi lebih membenci Jungkook!" Ara mengusap wajahnya kasar.
"Lalu, kau akan membiarkan Jungkook menghabisimu begitu saja? Yang benar saja! Apa kau tidak berpikir apa yang akan terjadi padaku kalau kau—"
Tunggu, tunggu dulu.
Apa yang Ara bicarakan? Gadis itu terdiam, sedangkan Jisung masih setia memandang perempuan itu.
"Terima kasih." Jisung tersenyum. Ya, dia benar-benar tersenyum manis pada Ara. Ini pertama kalinya gadis itu bisa melihat senyuman seorang Park Jisung.
"U-untuk apa?"
"Kau sudah menyelamatkanku dua kali. Terima kasih juga sudah khawatir dengan diriku." Ara tertegun, dia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Jisung? Apakah kau sakit?" Jisung menggeleng dan masih tersenyum pada gadis itu.
"Berhenti menatapku seperti itu! Lain kali aku tidak bisa terus membantumu!" Ara kini mengoleskan obat merah di lengan Jisung. Pemuda itu memalingkan wajahnya, ada apa dengannya hari ini?
Astaga jantungku. Aku ini kenapa? Apa yang baru aku katakan?
"Apa kau akan bekerja setelah pulang sekolah?" tanya Ara. Pemuda itu tampak berpikir, tidak mungkin juga jika dia bekerja dengan wajah yang penuh lebam begini.
