4 // the twins

612 143 34
                                    

"Woi."


Suara panggilan itu berhasil membuat Heejin terlonjak dan menoleh. Jantungnya berhenti berdetak seketika. Heejin kira yang memanggilnya adalah Jeno. Atau bahkan makhluk halus.

Tapi ternyata itu Yeji.

Yeji menatap Heejin datar dengan kedua mata sipitnya. Ekspresinya seakan-akan penuh tanya dan menyelidik.

"Ngapain lo?" tanya Yeji.

"Anu... gue..."

"Ngigau sampe sini?" tebak Yeji dengan ekspresi wajahnya yang menyelidiki.

"I-iya." balas Heejin pada akhirnya. Ia terpaksa untuk berbohong.

"Oh." balas Yeji singkat.

Sekarang Heejin yang menjadi curiga. Kenapa Yeji di luar apartemen pada pukul setengah 4 pagi?

"Lo... abis dari mana?" tanya Heejin hati-hati. Ia penasaran, tapi takut kalau tiba-tiba Yeji jadi marah gak jelas kayak kemarin.

Yeji terdiam lalu tersenyum tipis. Sebuah senyuman yang tak pernah Heejin kira akan terukir di wajah Yeji. "Abis buang sampah." jawab Yeji.

Huh?

"Oh, oke." balas Heejin. Malas untuk bertanya lebih, walau dalam hatinya timbul kecurigaan lagi dan lagi.

Orang gila mana membuang sampah pada pukul setengah 4 pagi? Apa salahnya menunggu esok hari. Atau paling tidak setelah adzan subuh berkumandang. Aneh bukan?

"Oh iya. Gue mau minta maaf ya. Soal waktu itu. Gue marah-marah gak jelas sama lo." kata Yeji.

Heejin tersenyum lebar sebagai balasan. Wow perempuan ini punya rasa bersalah juga kepadanya. "Iya, gak papa kok, Ji. Memang gue yang salah."

Yeji menyodorkan telapak tangannya di depan Heejin sambil tersenyum. "Kita belum kenalan resmi, nama gue Hwang Yeji."

Heejin menyambut telapak tangan Yeji dengan suka cita. "Gue Jeon Heejin."























Tanpa mereka ketahui, seorang Lee Jeno tengah memperhatikan mereka dari lubang intip pintu apartemen nya.













Pagi hari pun tiba. Heejin baru terbangun pukul setengah 10 pagi. Setelah tuntas mandi dan mengenakan pakaian santainya, Heejin memutuskan untuk pergi ke laundry apartemen yang terletak di lantai 1 karena cuciannya yang mulai menumpuk.

Susah payah Heejin membawa kantong berisi baju kotornya yang menumpuk keluar dari apartemen. Hingga di luar ia berpapasan dengan tetangga sebelah apartemen nya yang adu mulut bersama Sunmi kemarin. Si tukang mabuk.

Heejin melemparkan senyum canggung kepada pria itu. Seingat Heejin, namanya Lino bukan?

"Mau dibantu?" tanya Lino.

Huh?

"Eh, gak papa kok Kak. Bisa sendiri." balas Heejin.

Lino merebut kantong tersebut lalu tersenyum tipis. "Gak papa, gue juga sekalian mau ke bawah kok."

"Makasih ya, Kak." balas Heejin.

Heejin dan Lino berjalan beriringan. Sesekali Heejin menoleh ke arah Lino yang berjalan dengan langkah santai sembari menjinjing kantong berisi baju. Pria ini tidak seseram itu.

somewhere only we know ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang