17 // the satanists

521 125 23
                                    

Jeno bersumpah. Pada hari ini juga, ia akan menghabisi satu keluarga yang gila itu. Ia tak akan memberi ampun kepada Hyunjin, Yeji, dan juga si gila Sunmi.

"Kak Jeno, jangan pergi!" seru Jiheon sembari mencegah pergelangan tangan Jeno ketika Jeno mulai menuruni tangga teras. Ah, lagi-lagi sebuah visi buruk muncul di pikiran Jiheon ketika memegang tangan Jeno.

"Kakak harus nyelamatin mereka, Jiheon." kata Jeno.

"Kakak nanti dalam keadaan bahaya, aku gak mau Kak Jeno kenapa-kenapa, Kak. Tolong dengerin Jiheon!" kata Jiheon memohon. Sampai-sampai air mata Jiheon menetes.

Jeno menatap adiknya itu. Telapak tangan Jeno tergerak untuk mengusap air mata Jiheon. "Jiheon, dengar Kakak."

"Kak Jeno janji, Kakak akan kembali dalam keadaan selamat. Kita akan kumpul lagi satu keluarga."

Jiheon menatap Kakaknya ragu. Lalu ia menyodorkan jari kelingkingnya. "Janji, Kak?"

Jeno menyatukan kelingkingnya dengan Jiheon, lalu mengangguk. "Janji."





































Jeno sampai di lantai 12, di blok apartemennya sendiri. Ia menghampiri unit apartemen yang terletak di sebelah unitnya. Tanpa ampun, Jeno menggedor keras pintu apartemennya.

"HWANG HYUNJIN. HWANG YEJI. HWANG SUNMI!" tegas Jeno setengah berteriak.

Pintu unit terbuka dan menunjukkan Hyunjin di sana. Jeno langsung menerobos masuk, ia mencekek leher Hyunjin sebelum pada akhirnya didorong ke tembok.

"Psikopat kayak lo dan keluarga lo seharusnya langsung masuk neraka." kata Jeno.

Hyunjin tertawa pelan. "Ada apa nih? Kayaknya lo salah sangka deh..."

"Gak usah ngelak. Gue udah tau semuanya." balas Jeno. "Lo ngebunuh Nancy. Nyokap lo yang culik Lino. Dan Yeji yang culik Heejin."

"Ada apa nih?" tanya Sunmi yang tiba-tiba datang bersama dengan Yeji. Melihat ada Jeno di sana, Sunmi langsung tersenyum manis. "Eh, ada Jeno ganteng. Tumben bertamu ke sini."

Jeno langsung menyelinap masuk ke kamar mandi unit mereka, dan membuka pintu tersebut dengan kunci yang tergantung di daun pintu. Pintu terbuka. Apa yang Jeno lihat persis seperti apa yang Jiheon katakan.

Heejin tenggelam tak sadarkan diri di dalam bak.

Jeno hendak menghampiri Heejin, sebelum pada akhirnya Hyunjin menarik kerah bajunya dan membanting Jeno ke tembok.

"Lo sakti juga, ya." ucap Hyunjin.

Tangan Jeno merogoh sesuatu yang ada di saku belakang celananya dan meletakkan benda itu tepat di kening Hyunjin.

Sebuah pistol.

Yeji menghampiri tubuh Heejin yang tak berdaya, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah pisau lipat. Ia menodong pisau lipat itu ke leher Heejin.

"Gue gak mau nyakitin lo, Jen." kata Yeji. "Tapi gue mau aja ngebuat genangan air bening ini jadi merah." sambung Yeji.

"Kenapa lo ngelakuin semua ini. Kenapa lo ngebunuh Nancy. Dia ada salah apa sama lo?!!" tanya Jeno.

"Gue ceritain aja deh semuanya. Biar lo gak banyak nanya." balas Hyunjin.

"Gue ngebunuh Nancy karena... Yeji benci sama dia. Yeji kan kembaran gue. Gue sayang Yeji. Udah sih, gitu aja." jawab Hyunjin.

"Nyokap gue culik Lino karena Lino itu bacot. Berisik banget. Juga, dia saksi pembunuhan Nancy." sambung Hyunjin. "Oh ya, gak cuma nyulik. Tapi juga ngebunuh. Itu mayatnya di sana. Darahnya udah habis kita pakai nyembah."

somewhere only we know ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang