12 // creeps me out

491 131 16
                                    

Heejin tidak tau harus bersikap bagaimana.

Setelah dari ruang keamanan tadi, kepala Heejin pusing memikirkan siapa pembunuh Nancy. Apalagi di rooftop tadi ia dan Jeno menemukan sebuah gelang. Gelang itu persis seperti gelang yang digunakan Hyunjin.

Heejin benar-benar berpikir kalau Hyunjin lah yang membunuh Nancy. Tapi... Nancy ada salah apa kepada Hyunjin? Kenapa Hyunjin membunuh Nancy?

Heejin berpikir terlalu keras, hingga ia lupa kalau sekarang sudah pukul setengah tiga pagi. Heejin bergegas ke kamar mandi untuk menyikat giginya dan segera tidur setelah itu.

Setelah menyikat gigi dan membersihkan wajahnya, tiba-tiba Heejin mendengar lagu menyeramkan itu lagi dari luar apartemennya. Kaki Heejin yang awalnya berdiri tegak seketika gemetaran.

"Astaga..." desis Heejin ketakutan.

Lagu ini berbeda dengan lagu yang sebelumnya. Sungguh, Heejin tidak mau mencari tau. Heejin benar-benar ketakutan. Kenapa sih, mereka memainkan lagunya di saat yang tak terduga.

Heejin bersembunyi di balik selimutnya. Tiba-tiba notifikasi ponselnya berbunyi.








jeno
|jangan keluar unit lo




Sungguh, rasa takut Heejin kini bercampur dengan rasa bingung.

heejin
jen ini ada apa sih|
gue takut, sumpah|
read




Pesan Heejin hanya dibaca oleh Jeno. Heejin tidak mengerti dengan tetangganya itu. Kenapa Jeno seakan-akan menutupi sesuatu tiap Heejin bertanya tentang ini.

Salah gak sih kalau Heejin curiga sama Jeno?

Musik yang menyeramkan itu bergema semakin keras. Heejin keluar dari kamarnya dan membuka pintu unit nya. Heejin memperjelas pendengarannya ke asal suara.

Perlahan tapi pasti, kaki Heejin tergerak menuju unit apartemen keluarga Sunmi. Heejin menempelkan telinganya di pintu unit apartemen mereka.

Heejin menutup mulutnya kaget. Lagu itu benar-benar berasal dari unit apartemen keluarga Sunmi. Jadi... lagu itu selama ini berasal dari apartemen mereka?

Heejin ingat apa kata Jungmo. Lagu yang kemarin adalah lagu penyembahan setan. Berarti...

Tiba-tiba seseorang menarik Heejin dari belakang, membuat Heejin ingin berteriak, namun tangan orang itu membekap mulut Heejin.

Jantung Heejin nyaris copot. Nafasnya tersenggal-senggal. Ternyata yang menariknya adalah Jeno. Jeno langsung membawa Heejin masuk ke unit apartemennya dan mendudukkan Heejin di sofa.

"Udah gue bilang, lo jangan keluar!" kata Jeno dengan nada tinggi.

Heejin mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. "Jen, jawab pertanyaan gue. Selama ini lagu itu dari apartemennya Bu Sunmi?"

Jeno terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

"Bu Sunmi ituㅡ"

"Iya. Dia satanist. Itu kan yang lo mau tanya-tanyakan dari dulu?" potong Jeno.

Heejin mengusap keningnya lalu menyibakkan rambutnya ke belakang. Heejin sudah menduga ini. Tapi dia pusing setengah mati mengetahui fakta ini.

"Yeji dan Hyunjin... juga?" tanya Heejin.

"Kalau orang tuanya terang-terangan menjadi seorang penyembah setan, otomatis anak-anaknya juga." jawab Jeno.

"Kenapa lo gak ngasih tau ini dari dulu, Jen?" tanya Heejin.

"Satanist gak akan ngusik kalau gak diusik." jawab Jeno. "Cara mereka memang salah. Tapi kalau ada yang ngusik mereka, hidupnya gak akan pernah tenang."

Heejin menghela napasnya berat. Astaga. Kenapa Heejin tidak mikir ke sini dari dulu. Ternyata ini maksud Lino dan Jeno. Keluarga Bu Sunmi pada dasarnya meresahkan.

"Lo tau kan unit di sebelah lo itu kosong?" tanya Jeno.

Heejin mengangguk. Ia ingat kata Hyunjin, kalau penghuni lamanya merupakan pria paruh baya yang tiba-tiba pindah.

"Bapak itu negur mereka terang-terangan. Pasti, Bapak itu hidupnya gak tenang. Makanya dia pindah." cerita Jeno.

"Lo juga tau kan kalau Lino sama Bu Sunmi gak pernah akur? Itu karena Lino pergokin mereka lagi nyembah." cerita Jeno lagi.

"Gue gak nyangka..." balas Heejin. "Gue udah duga kalau Bu Sunmi itu aneh. Tapi Hyunjin sama Yeji tuh..."

"Yeji sama anehnya sama Bu Sunmi. Lo gak nyadar apa kalau dia kayak punya dua kepribadian yang berbeda?" tanya Jeno.

Heejin menganggukan kepalanya cepat. "Iya. Gue juga mikir gitu. Soalnya dia sering banget buat masalah, tapi cepet banget ngerasa bersalahnya."

"Lo percaya gak kalau setiap Yeji minta maaf, itu bukan Yeji?" tanya Jeno lagi.

Heejin mengerutkan keningnya. "M-maksud lo?"

"Lo inget waktu lo ngobrol sama Yeji di koridor? Pagi-pagi buta?" tanya Jeno.

Heejin mencoba mengingat kejadian itu, kejadian di mana Yeji mengatakan kalau dia membuang sampah pada pukul setengah 4 pagi.

"Kok lo tau?" tanya Heejin.

"Itu bukan Yeji. Itu arwah Papanya Yeji." jawab Jeno.

Heejin menutup mulutnya kaget. Seketika bulu kuduknya naik. "Arwah Papanya Yeji, menyerupai Yeji?"

"Lo itu apa sih, Jen? Lo bisa lihat yang kayak gitu?!" tanya Heejin.

Jeno hanya menaikkan kedua alisnya, tanda ia menjawab iya.

Heejin langsung mikir. Berarti yang dia ketemu Yeji di depan kelasnya itu ternyata juga bukan Yeji? Dan jangan bilang yang di rumah Nancy saat melayat itu juga bukan Yeji?

"Terus ada yang mengganjal pikiran gue. Jiheon, adek lo kenapa?" tanya Heejin.












"Kalau dia nyentuh seseorang, Jiheon otomatis bisa tau apa yang terjadi selanjutnya pada orang itu." jawab Jeno.

"Itu berartiㅡ"

"Kalo lo nekat pulang ke apartemen malam itu, bisa jadi lo yang kenapa-kenapa."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
somewhere only we know ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang