16 // only we know

497 124 6
                                    

Jeno mengetuk pintu rumah megah di depannya dengan keras dan terburu-buru. Nafasnya sangat tidak teratur. Tak lama kemudian seorang wanita membuka pintunya.

"Jeno..." sapa Sang Ibu ketika melihat anak sulung prianya berdiri di depan pintu.

"Ibu... Jiheon mana, Bu?" tanya Jeno.

Jeno langsung masuk ke dalam rumah megahnya. "Jiheon! Ini Kak Jeno!"

"Ada apa, Jeno? Ada masalah?" tanya Tiffany sembari mengusap lengan Jeno untuk menenangkan anaknya yang terlihat panik.

Tak lama kemudian gadis bernama Jiheon itu turun. Gadis itu langsung menuruni anak tangga dengan terburu-buru kala melihat Jeno di sana.

Jiheon langsung memeluk Jeno. "Kak Jeno!" serunya.

Sedetik kemudian Jiheon melepas pelukannya, ekspresi riangnya berubah menjadi murung. "Kak Jeno, kenapa? Kak Jeno ada masalah apa?"

"Coba pegang tangan Kakak." perintah Jeno.

Dengan ragu, Jiheon langsung memegang telapak tangan Jeno. Dengan penuh harap, semoga saja sesuatu buruk tidak terlintas di pikiran Jiheon.

Syukurnya memang tidak ada apa-apa yang terlintas di pikiran Jiheon.







"Kamu ngeliat apa, Dek?" tanya Jeno.

"Nggak ngeliat apa-apa, Kak." jawab Jiheon jujur.

"Itu artinya apa?" tanya Jeno.

"Ya... berarti gak ada hal buruk yang akan terjadi ke Kakak?" jawab Jiheon.






"Ada apa sih, Jeno? Kenapa kamu kayak orang panik?" tanya Tiffany. "Ibu tau kalau kamu kesal sama Ibu. Tapi tolong, cerita. Apa yang bisa kami bantu?"

Jeno menghela napasnya. "Heejin hilang, Bu."


"Heejin temen kamu yang waktu itu? Hilang gimana?!" ujar Tiffany panik.

Jiheon tak kalah panik, ia langsung menarik tangan Jeno, seakan-akan minta kejelasan lebih. "Gimana ceritanya, Kak?!"

"Jeno juga gak tau, Dek, Bu." jawab Jeno. "Jiheon, waktu itu kamu ngelihat sesuatu kan waktu jabat tangan Heejin? Kamu ngelihat apa?" tanya Jeno.


"A-aku lihat... Kak Heejin tenggelam Kak." jawab Jiheon.

Spontan Jeno menautkan kedua alisnya. "Tenggelam? Tenggelam di mana?" tanya nya lagi.

"Semacam di bak gitu, aku juga nggak tau pasti di mana, Kak. Dan itu cuma muncul sekilas." jawab Jiheon. "Makanya aku langsung minta Kak Heejin untuk ga pulang ke apartemen dulu,"







Jeno menghela napasnya frustasi.






"Jiheon, tolong bantu Kakak." kata Jeno.

"Bantu apa, Kak?"

"Coba kamu terawang Heejin ada di mana." pinta Jeno.

Jiheon cepat-cepat menggeleng. "Aku gak mau nerawang. Aku gak bisa, Kak."

"Kamu bisa, Dek." balas Jeno.

"Kak, aku bukan dukun. Aku cuma bisa ngelihat kejadian buruk, itupun kalau bersentuhan. Aku nggak bisa, Kak." kata Jiheon.











"Dulu kamu bisa nerawang Kakak kabur ke mana. Seharusnya kamu juga bisa. Kakak minta tolong, Dek." kata Jeno.

Jiheon menatap Sang Kakak tak yakin. Kakaknya yang tangguh dan cuek itu tidak pernah terlihat tak berdaya seperti ini. Dalam 17 tahun hidup Jiheon, baru kali ini ia melihat Jeno memohon kepadanya.












somewhere only we know ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang