13 // the bracelet

476 124 17
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui sela-sela jendela menusuk penglihatan Heejin, sehingga membuat Heejin terbangun dari tidurnya.

Heejin menoleh ke bawah, Jeno sudah tidak ada.

Iya, gadis itu menginap di unit apartemen Jeno setelah kejadian itu. Tenang saja, mereka tidak aneh-aneh. Lagipula Jeno juga tidur di bawah. Mana mungkin Heejin berani tidur sendiri setelah Jeno menceritakan semua itu.

Heejin keluar dari kamar Jeno dan menemukan Jeno sedang sibuk di dapur. "Pagi," sapa Heejin.

"Hm," balas Jeno tanpa menoleh ke arah Heejin sedikit pun.

Heejin berjalan ke kamar mandi apartemen Jeno untuk mencuci wajahnya di wastafel. Mana mungkin dia berbicara dengan seseorang dengan wajah seperti itu.

Setelah mencuci wajahnya, Heejin menghampiri Jeno di dapur dan duduk di kursi yang menyatu dengan kitchen set nya. Jeno sedang membuat kopi sembari memanggang roti bakar.

"Jen," panggil Heejin.

"Hm?" sahut Jeno sembari fokus menuang kopi dari teko ke gelas.

"Gue minta maaf ya..." kata Heejin tiba-tiba.

Jeno memberikan segelas kopi itu kepada Heejin, lalu menoleh. "Buat?" tanya Jeno.

"Maaf... soalnya waktu sebelum kenal sama lo... gue curiga sama lo. Gue pikir lagu itu dari unit lo." jawab Heejin sembari menegak kopi yang Jeno buat.

"Oh, gak papa." balas Jeno. "First impression is the biggest liar in the world." sambung Jeno.

"Jen, lo gak takut apa tinggal di sini? Kok betah banget?" tanya Heejin. "Jujur, gue kalo gak mikir udah bayar uang sewa setahun mungkin udah kabur."

"Gue punya Tuhan yang lebih hebat. Buat apa takut." balas Jeno.

Heejin menganggukan kepalanya mengerti. Jeno ini... cukup teguh pendirian ternyata.

"Kayaknya untuk malam ini dan beberapa hari setelahnya, gue mau nginep di rumah temen gue deh. Lo... gak papa kan sendirian?" tanya Heejin.

Jeno mengangguk. "Gue udah terbiasa sama mereka."

"Lo gak kabur aja sekalian? Kan lo punya rumah?" tanya Heejin.

"Gue gak akan kabur sebelum pembunuh Nancy tertangkap." jawab Jeno.

Heejin hanya tersenyum simpul sembari mengangguk. Lalu mereka mulai menyantap sarapan mereka sembari berbincang.

"Jeon Heejin," panggil Jeno.

Heejin menoleh ke arah Jeno. "Ya?"

"Menurut lo... pria yang pake hoodie hitam itu bener-bener Hyunjin?" tanya Jeno.

"Gimana ya, Jen. Gue gak mau curiga yang nggak-nggak ke orang. Tapi... gue gak bisa bohong kalo gue curiga sama Hyunjin." jawab Heejin. "Maksud gue, Hyunjin sama Nancy memangnya ada masalah apa?"

Jeno jujur memikirkan hal yang sama.

"Oh ya, cowok yang ketemu di roof top itu, lo kenal?" tanya Jeno.

"Nggak kenal banget sih, cuma sekedar kenal aja karena papasan di lift. Namanya Kak Jungwoo, dia tinggal di lantai 10." jawab Heejin.

"Menurut lo dia aneh gak sih kalau tiba-tiba ada di rooftop kemarin?" tanya Jeno.

Heejin spontan mengerutkan keningnya. "Kenapa gitu?"

"Rooftop jelas-jelas masih ada garis polisinya. Dan dia gak kenal sama Nancy. Kenapa dia harus ke rooftop?" sambung Jeno.

somewhere only we know ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang