3. GODAAN

10.1K 185 2
                                    

Jam enam pagi Lita sudah mandi dan berganti pakaian, rok dengan punggung terbuka sampai ke belahan pantat.
Ia mengetuk pintu kamar Stefano sebelum masuk, lelaki itu masih nyenyak, tak membuka mata saat Lita menggoyang pundaknya.

Gadis itu menyingkap selimut dan terkesiap memandang bagian intim tegak menantang, kebiasaan lelaki sehat setiap pagi. Stefano tidur telanjang.
Iseng saja ia menggenggamnya, menaikturunkan tangannya. Stefano mengerang. Secepat ia membuka mata, secepat itu ia menarik Lita ke ranjang, menindihnya.
Gadis itu kewalahan menghindari ciuman Stefano, saat berontak, tanpa sadar ia membuka kakinya, sekarang ujung lelaki itu tepat di depan mulut guanya, hanya celana dalam tipis yang menghalanginya.
"Aku menginginkanmu, Carmelita ...," bisiknya dengan suara serak.
"Tolong, Mr. Malik, jangan lakukan ...."
Lita berlinang air mata.
"Mengapa memancingku?"
"Saya tidak bermaksud begitu, saya sudah menggoyang-goyang puncak anda, tapi anda tidak bangun ...."
Stefano mencium matanya, "jangan menangis, aku tak akan memaksa bila kau tak bersedia."
Ia berguling turun dari tubuh Lita.
"Pergilah, sebelum aku berubah pikiran. Siapkan sarapan."

Setelah sarapan, Stefano berangkat ke kantor. Tak ada pekerjaan, Lita memeriksa ruangan-ruangan di rumah itu. Ada sebuah ruang gymnastic, Lita pikir tak apa-apa ia menggunakannya.
Ia mulai dengan berlari di treadmill, lalu bersepeda statis, squatting.
"Nice ass."
Kaget ada orang lain di situ, Lita cepat berbalik.
"Anda siapa?"
"Justru aku yang harus bertanya, bidadari darimana turun di rumah kakakku?"
Lelaki itu mengulurkan tangan, "aku Nicholas Malik, adik Stefano."
"Carmelita."
"Saja? Tak ada family name?"
"Carmelita Sanjaya."
"Bukan native."
"Saya dari Indonesia."
"Dan hubunganmu dengan Stefano?"
"Saya pelayan pribadinya."
"Ooo ...," Nick menarik napas lega, "aku sudah kuatir kau pacarnya."

Lita melirik jam dinding, "sudah waktunya makan siang, mau saya siapkan makan siang?"
"Boleh."
"Beri saya waktu untuk berganti pakaian."
Agak lama gadis itu memilih pakaian yang paling sopan, sebelum memakai rok dengan belahan dada sangat dalam sampai ke pusar.

"Wow."
Nick terpukau melihat penampilannya.
"Maaf, Mr. Malik, tidak bermaksud menggoda, pakaian-pakaian saya di sini dibelikan Mr. Stefano Malik. Saya sendiri tidak nyaman mengenakannya."

Mereka makan siang bersama, Nick teman yang menyenangkan, mereka cepat akrab.
Lita sedang tertawa riang ketika Stefano masuk, lelaki itu tak suka melihatnya, walaupun ia datang bersama seorang perempuan.
Tanpa berkata ia mengajak perempuan itu ke kamar pertama yang tembus ke kamar Lita.

"Kau bisa berenang?"
"Bisa, tapi aku tak punya pakaian renang."
"Pakai pakaian dalam saja ...."

Lita ke kamarnya, mencari pakaian dalamnya yang lama. Waktu akan turun, ada desakan di kandung kemihnya, ia ke kamar mandi.
Pintu tembus dari kamar sebelah terbuka, suara desah dan erangan menggema sampai ke kamar mandi, Lita bermaksud menutupnya, tapi ia terpaku. Sekali lagi ia melihat pusaka raksasa, keluar masuk ceruk tubuh perempuan itu. Ada rasa menggeliat di selangkangannya, rasa ingin dimasuki pusaka itu.

Menepis pikiran buruknya, Lita cepat turun ke bawah. Ia masih bersenda gurau dengan Nick ketika Stefano dan perempuan itu menyusul.
"Yuk berenang," ajak Stefano.
"Aku tidak membawa pakaian renang."
"Skinny Dipping," tantang lelaki itu.
"Siapa takut?"
Tanpa malu mereka berdua membuka semua pakaian dan terjun.
Nick tertawa, wajah Lita memerah, karena ia sempat memandang agak lama, ingin tahu ukuran pusaka saat tidak ereksi.

Merasa tidak nyaman berada sekolam dengan Stefano yang telanjang bulat, Lita naik duluan.
"Kok sudah selesai?" tanya Nick.
"Mau menyiapkan makan malam."

*

Malamnya tidur Lita terganggu oleh suara gaduh dari kamar sebelah, ia memeriksa, lagi-lagi pintu tembus ke kamar mandi dibuka lebar. Diam-diam ia menutupnya.
Stefano sedang posisi di bawah, ia melihatnya dan tersenyum senang. Ia tertarik meniduri Lita, tapi gengsi, selama ini ia selalu tidur dengan perempuan kalangan atas. Ia akan menunggu Lita merayunya.

*

Jam enam pagi di kamar sebelah, perempuan itu tidur sendirian telanjang mengangkangkan kaki seakan menunggu Stefano datang menyetubuhinya.
Lita masuk ke kamar majikannya, kali ini bertekat kalau tak bisa dibangunkan dengan menggoyang bahunya, akan ditinggalkannya pergi. Ia tak mau mengambil resiko seperti kemarin.
Ternyata sama saja, Stefano terjaga, menyingkap selimut, menariknya ke ranjang dan menindihnya. Lita menghindar dari ciuman di bibirnya, lelaki itu merobek roknya dan mengulum putingnya, satu tangan mengelus kewanitaannya, menyibak celana dalam dan satu jari menggoda mulut guanya, bersiap masuk.
"Mr. Malik! Jangan masukkan jari anda! Saya masih perawan!" teriaknya menangis.

Stefano berguling turun dari tubuhnya, "pergilah! Sebelum aku mata gelap dan memperkosamu."
Lita masuk ke kamarnya, berganti pakaian, dan turun menyiapkan makanan.

Lita sedang makan berdua dengan majikannya ketika teman tidur Stefano turun. Gadis itu menawarkan sarapan, tapi Gladys --perempuan itu-- mengabaikannya, malah ia berlutut di depan Stefano, menurunkan ritslitingnya, dan melakukan blow job.
Lita bersyukur meja makan ini bukan kaca transparan, ia tak perlu menonton pusaka raksasa itu keluar masuk mulut lebar Gladys.

Seorang perempuan setengah umur dengan dandanan glamour masuk, berteriak marah.
"Astaga! Stefano! Dasar sex maniac! Tak malu kau melakukannya di depan pelayanmu?"
Stefano hanya tertawa, merapikan celananya.
"Pergi kau, perempuan jalang tak tahu malu!"
Stefano menelpon Rocky, menyuruh sopirnya itu mengantarkan Gladys. Lalu ia meminum kopinya, "siang ini beristirahatlah, nanti malam lembur bersamaku."
"Ya, Sir."
Stefano beranjak pergi.
"Mau kemana kau? Ibumu datang tidak kautanya keperluannya?"
"Pasti Mama akan memastikan aku datang ke acara pertunanganku besok."
"Tidak, pertunangan ditunda, gadis itu minggat. Keluarganya sedang mencarinya."
"Semoga tidak segera ketemu."

"Sarapan Madame?"
"Ya, omelette, dan kopi tanpa gula."
Mrs. Malik memandang Lita dari ujung rambut ke ujung kaki.
"Siapa kau?"
"Saya Lita, Carmelita, Madame, pelayan pribadi Mr. Malik."
"Kau mau merayu anakku ya? Pakaiannya tidak pantas!"
"Saya juga tidak nyaman memakainya, Madame, tapi Mr. Malik yang menyediakan dan memaksa saya memakainya."
"Hmmm ... kau masih punya pakaian yang sopan? Gantilah, dan ikut aku."

Mrs. Malik mengajak Lita ke sebuah butik.
"Tidakkah pakaian di sini terlalu mahal buat saya, Madame?"
"Tidak apa-apa, aku menyukaimu."
Mrs. Malik memilih sejumlah pakaian sexy tapi tak terlalu terbuka.

"Sisihkan pakaian-pakaian yang tidak pantas itu. Aku kenal anakku, suatu saat ia akan membuka lemari dan memilihkan pakaian untukmu," pesan Mrs. Malik saat mengantar Lita kembali ke mansion.
"Terima kasih, Madame."

Surabaya, 7 Mei 2020
#NWR

CARMELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang