12. TERSINGKIR

3.2K 114 2
                                    

"Apa yang mengusik pikiranmu?" tanya Lita malamnya, tidak seperti biasanya, Stefano gagal ereksi.
"Ucapan Mama, Nick ingin merebutmu dariku," desah Stefano, "apalagi aku tak berhasil memuaskanmu, kau pasti mencari lelaki lain ... seperti Gladys."
"Jangan kausamakan aku dengan perempuan jalang tak punya malu itu, yang mau kausetubuhi di hadapan orang lain!"
"Aku juga pernah menyetubuhimu di depan Nick!" Stefano tertawa.
"Kau gila! Aku tak tahu apa yang merasukimu saat itu."
"Maafkan aku sayang, waktu itu aku tidak tahu kau adalah Lita kekasihku, kupikir kau istri yang dijodohkan, yang kupakai hanya sebagai pemuas sex."
"Kau memang tidak masuk akal."

Kehadiran Stefani memberikan dorongan semangat kepada Stefano, tapi ia frustrasi sudah sebulanan selalu gagal ereksi.
"Minum obat?"
"Ya, aku sudah beli Viagra, tapi besok saja, rapat pemegang saham ini bikin aku stres, malam ini tak bergairah."

*

Rapat pemegang saham Stefano corp., karena kinerja perusahaan terus turun, para pemenang saham berharap memilih CEO baru.
Stefano memegang 35% saham, kedudukannya memang di ujung tanduk. Ada satu kursi masih kosong, untuk pemegang saham 40%, yang lain sangat berharap kepadanya.

"Nick!" Stefano kaget, tak menyangka adiknya menjadi pemegang saham terbesar. Ada setitik harapan Nick berpihak kepadanya.
"Maaf saya terlambat. Saya hanya pemegang kuasa, perlu berkoordinasi dulu dengan pemegang saham yang sebenarnya."
"Siapa dia?"
"Maaf, justru dikuasakan ke saya karena mau merahasiakan identitasnya."
"Sebagai pemegang saham yang cukup besar, apakah anda akan mengajukan diri menjadi CEO?"
"Ya. Begitu instruksi boss saya. Stefano corp. butuh suntikan tenaga baru, ide-ide baru supaya bisa naik lagi peringkatnya di bursa saham."
Akhirnya Nick terpilih menjadi CEO.

"Jangan bersedih, brother, aku membutuhkanmu. Kau akan menjadi wakil CEO, kita berdua akan membesarkan Stefano corp."
Stefano lega.
"Aku punya satu permintaan."
"Shoot it."
"Aku mau Carmelita jadi asisten pribadiku."
"Ia di rumah mengurus Stefani."
"Kita bisa merombak satu ruangan menjadi tempat bermain ...."
"Kau ingin banyak berdekatan dengan istriku, ya?"
"Kau tak tahu, otak Carmelita penuh ide brilian."

*

Pulang ke rumah dengan kepala pening, butuh pelepasan. Setelah makan malam Stefano minum Viagra, dan malam itu ia bercinta berkali-kali, paginya Lita kesulitan berjalan, kewanitaannya pegal-pegal.

"Carmelita," Nick menelpon, tapi diangkat Stefano.
"Urusan apapun dengan istriku, kau bisa bicarakan denganku."
"It's about her being my personal assistant ...."
"The answer is no! And I'll submit my resignation letter on Monday."

Saat itu Sabtu pagi, Stefano meminum Viagra dan menyeret istrinya ke kamar, memaksanya melayani, tak perduli protesnya masih capai.
Ada satu pelayan yang membantu mengasuh Stefani.
Lita tidak kuatir saat hari Sabtu itu ia tidak bisa keluar kamar sampai malam, Stefano menghajarnya berulang kali.
"Mengapa kau jadi hypersex begini?" keluh Lita.
"Aku frustrasi, kehilangan kedudukanku, Nick menggantikanku menjadi CEO di perusahaanku, yang kurintis bertahun-tahun ...," kata Stefano sebelum jatuh tertidur kelelahan.

Lita sudah tidur siangnya, tapi ia tahu walaupun ia terlelap, Stefano tetap menggagahinya. Sekarang ia belum mengantuk, lalu berpikir, mengapa Nick belum menghubunginya.
Ia memeriksa ponselnya, ada panggilan dari Nick pagi hari, berbicara beberapa menit. Pasti suaminya yang mengangkat tapi tak memberitahukannya.

Tertatih-tatih ia ke kamar mandi, sambil berendam di bathtub ia menelpon adik iparnya.
"Hai Lita," suaranya serak.
"Nick! Apakah aku menunggui aktifitasmu? Apakah kau bersama seseorang?"
"Aku sedang membayangkanmu, Lita, telanjang di bawah tubuhku, dan aku keluar masuk relung tubuhmu ...."
"Hush! Tidak sopan!"
"Aku berkata sebenarnya, Lita, aku sedang masturbasi sudah hampir klimaks ketika kau menelpon ...." Nick mengerang, "what's up?"

"Bagaimana hasil rapat pemegang saham?"
"Aku menjadi CEO, tapi kau tahu aku tak mampu ... aku menunjuk suamimu menjadi wakil CEO dan minta kau jadi asisten pribadiku, tapi ia menolak, dan senin akan mengundurkan diri secara resmi. Ia tak setuju kau bekerja, lalu aku bagaimana dengan perusahaan ini?"
"Tenang. Biarkan ia resign. Selama seminggu jangan membuat keputusan apapun, minta Lucille mengosongkan jadwalmu selama seminggu. Semua itu pelajari kondisi perusahaan, print out email dari Lucille, beri catatan, kirim kemari, aku yang membalasnya di malam hari. Kau bisa membacanya pagi hari berikutnya. Aku sering membantu Stefano membalas email, aku sudah punya gambaran tentang perusahaan ini."
"Lalu minggu berikutnya?"
"Aku akan ngantor, satu jam terlambat dan pulang satu jam lebih awal. Sesuaikan meeting-meeting dengan jam kerjaku."
"Aku harus menunggu Stefano berangkat baru bisa bersiap pergi, dan sudah di rumah waktu ia pulang."
"Memangnya, dia akan kemana?"
"Aku akan menelpon ibunya, supaya ia bekerja di Malik Enterprise."

*

Senin, Stefano mengadakan meeting manager, memperkenalkan Nick dan berpamitan.
Perjalanan pulang ke rumah di benaknya hanya ada fuck fuck fuck, ia akan melampiaskan kesal hatinya dengan berhubungan sex dengan istrinya.
"Hallo!" ia menjawab telpon dengan ketus tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Stefano ...."
"Ah Mama, maaf sedang suntuk ...."
"Bisakah makan siang ke sini? Mama sudah menjemput anak istrimu."
"OK." Tak ada pilihan.

Masalahnya, ia minum Viagra sebelum meninggalkan kantor. Selama menunggu makan siang dihidangkan, ia sangat tersiksa dengan ereksinya.
Lita melihatnya, berbisik kepada Mrs. Malik, yang mengangguk maklum dan menggendongnya Stefani.
Perempuan itu menarik Stefano ke kamar tamu terdekat, membuka celana dalamnya, menungging di ranjang menyingkap roknya. Stefano menurunkan celananya dan masuk lewat belakang, tanpa pemanasan, Lita menggeliat antara sakit dan nikmat.
Terkapar di atas istrinya, Stefano berbisik, "terima kasih sayang, kau sangat mengerti aku."

Berjalan memeluk istrinya ke meja makan, ia terkejut melihat ayahnya, tidak biasanya pulang makan siang.
"Tumben, Pa."
"Papa perlu bicara denganmu," Mark tersenyum, "aku sudah mendengar Nick menggantikanmu dan kau resign. Waktu yang tepat untukmu bergabung denganku, mulailah dengan menjadi asisten pribadiku."
"Aku kehilangan kedudukanku karena kinerja perusahaan turun, Pa. Tidak kuatir yang sama terjadi?"
"Kau butuh suasana baru, lagian kan belum memegang jabatan penting, hanya asisten pribadi. Bagaimana?"
"OK, Pa."
"Besok kau bisa mulai bekerja."
"Terima kasih, Pa."

Sampai di rumah, sampai malamnya Stefano meniduri istrinya berkali-kali. "Mulai besok, jangan minum Viagra lagi. Aku yakin, bila percaya dirimu tumbuh, kau bisa ereksi lagi."
"Ya."

Selasa malam, Stefano mencumbunya dengan gembira, "aku tidak minum Viagra ...."

Rabu dan seterusnya, Stefano kembali percaya diri, pulang kerja capai, tidak tiap malam minta jatah.
Lita senang.
Begitu suaminya tidur, ia ke ruang kerja, mengirim email sampai larut malam. Lalu berhati-hati membereskan dokumen dari Nick, tanpa meninggalkan jejak.

"Carmelita," Nick menelpon, "aku sudah baca email-email yang kau kirim. Kau luar biasa! Tak sabar menunggumu ngantor hari Senin."

Surabaya, 11 Mei 2020
#NWR

CARMELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang