"Mengapa berhenti?" tanya Lita tak terduga.
"Aku menyakitimu."
"Mereka bilang, setelah itu tidak sakit, bahkan nikmat." gadis itu tersenyum.
"Tapi ... tentang malam pengantin? Kau bilang ... keperawananmu ...." Stefano terbata-bata, ia menyesal telah menembus selaput dara gadis itu."Stefano, kau menginginkanku?"
"Sangat," bisiknya.
"Aku juga, ayo kita lakukan."
Stefano merasakan surga, ia yakin kenikmatan yang dirasakannya bukan hanya karena lorong gadis ini masih sempit, tapi karena ia melakukannya dengan cinta.
"Litaaa ...," teriaknya saat ia menyemprotkan cairan ke rahim gadis itu.
Ambruk di sampingnya, merasakan nikmat tiada tara, "I love you, Carmelita," bisiknya.
"I love you, too." Lita menyusupkan kepala di dada lelaki itu.Dua malam di Watulangit menjadi saat terindah mereka, laksana pengantin baru berbulan madu.
"Carmelita, kau harus pulang, Papa membutuhkanmu," Samuel Van der Brink menelponnya.
"Saham Samuel Inc. banyak yang dipegang Mark Malik. Papa butuh dukungannya untuk tetap menjadi CEO. Kalau kau menikah dengan anaknya, pasti ia mendukung Papa."
"Tapi, Pa, aku punya pacar, aku sudah tidur dengannya," Lita menawar.
"Tidak masalah. Anak Mark Malik juga suka main perempuan. Pernikahan ini hanya formalitas, aku yakin ia akan tetap main perempuan, kaupun bisa punya pacar gelap."
"Papa!"
"Mengapa namamu Sanjaya? Karena ibumu adalah istri simpanan Papa, sayangnya ia memilih pulang ke Indonesia, padahal Papa masih mencintainya. Kau tahu, beberapa kali setahun kami berlibur berdua."
"Ooo ...."
"Pulanglah, Papa membutuhkanmu."
"Ya, Papa, sebulan lagi."*
Dari Banyuwangi mereka ke Bali, sampai waktunya Stefano harus pulang.
"Ikutlah aku ke New York, aku akan melindungimu. Sekarang kau sudah punya paspor, tak tergantung mereka lagi. Kalau macam-macam, aku bisa menuntut dengan tuduhan human trafficking."
"Aku akan menyusul, tapi ada beberapa urusan di Jakarta yang harus kubereskan."
"Aku mencintaimu, Carmelita."
"Aku juga, Stefano."Setelah Stefano pergi, Lita menghubungi Suwandi, kebetulan ia bisa cuti, menyusul ke Bali.
Seperti waktu di Inggris, mereka make out dengan hot, tapi pemuda itu bisa menahan diri, dan gadisnya tidak cerita ia sudah tidak perawan.*
Samuel Van der Brink mengamati Stefano dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, penampilannya memenuhi syarat menjadi menantunya, yang menjadi cacatnya hanya berita ia suka main perempuan.
"Maaf, saya belum bisa menemukan putri saya, tapi saya sudah telpon, ia bilang mau pulang sebulan lagi." Samuel meminta maaf.
"Tidak masalah Meneer, yang penting kita sudah sepakat untuk merekatkan hubungan ini dengan pernikahan anak-anak kita." Mark menjawab maklum.
Stefano memaksakan diri tersenyum.Sampai di rumah Gladys sudah menunggu, berita kedatangannya sangat cepat tersebar.
Gadis itu memeluknya, "aku rindu, sayangku."
Ia melepaskan mantelnya, di dalamnya ia tak memakai apapun. Ia berusaha membuka celana lelaki itu, tapi tangannya ditepiskan.
"Aku tak berminat, Gladys, kita putus!"
"Mengapa? Kau sudah mendapat teman tidur lain? Aku tak keberatan berbagi."
"Bukan itu, aku sudah bosan kepadamu."
Stefano memanggil Rocky, "antarkan Miss Gladys pulang."Rocky mengambil mantel Gladys di lantai dan memakaikannya. Mengancingkan satu-persatu, sengaja tangannya menyentuh kulit mulusnya. Ia sudah hafal kode itu, perempuan yang datang langsung disuruh pulang, berarti majikannya sudah bosan, ia bisa menikmati sisanya.
Gladys menangis di mobil.
"Apakah Stefano sudah punya perempuan lain?"
"Maaf, Miss, bila membutuhkan sex, apakah harus Mr. Malik? Masih banyak lelaki lain."
"Lelaki lain hanya mengejar uangku, Stefano sudah kaya, hubungan kami murni untuk sex, tidak lainnya. Kau tahu, aku sudah bersuami, tapi ia tak bisa memuaskanku.""Berhenti"
"Miss, kita belum sampai ke rumah anda."
"Aku ingin minum dulu." Gladys menunjuk sebuah bar kecil.
Rocky menemaninya masuk, berdiri di sampingnya, sementara gadis itu duduk di sebuah kursi tinggi.
Setelah dua gelas, ia membuka beberapa kancing terbawah mantelnya, meraih tangan Rocky, membimbingnya ke pangkal pahanya. "Miss Gladys!" ia pura-pura menarik tangannya, tapi gadis itu menahannya.
"I want you finger fucking me, do you mind?" bisik Gladys merayu.
Gadis itu minum beberapa gelas lagi, ia menyandarkan kepalanya di pundak Rocky, tangan kanan memeluk pinggangnya, tangan kiri mengelusnya. Ia mendesah erotis, menikmati jari sopir itu keluar masuk liang kenikmatannya.
"Miss, tidakkah sebaiknya kita lanjutkan di tempat yang lebih privat?"
Gladys setuju, ia membayar minumannya, lalu mengikuti Rocky ke mobil.Rocky membukakan pintu belakang, tapi gadis itu mendorongnya masuk, kemudian ia duduk di pangkuannya.
"Bukalah celanamu, I want you to fuck me."
Ia membuka mantelnya, memamerkan tubuh telanjangnya. Rocky cepat mengeluarkan pusakanya sebelum gadis itu berubah pikiran.
"Hmmm ...."
"Lebih pendek dari Stefano," pikirnya, "tapi lebih tebal."
Gladys mengangkat pinggulnya, Rocky memposisikan ujungnya persis di mulut guanya. Gadis itu menurunkan pinggulnya, Rocky tenggelam, mereka bisa merasakan dinding lorong gadis itu meregang.
"Aaahhh ..., kau tebal, aku merasa dirobek ...," keluh Gladys.
"Kau sangat sempit, aku tak bisa bergerak."
Rocky menggerakkan pinggul Gladys turun naik, mereka berdua mengerang nikmat, sampai bersama mencapai klimaks.Rocky mengambil mantel di lantai mobil, memakaikannya ke gadis itu, lalu ia merapikan celananya, pindah ke kursi pengemudi.
Gladys hanya mengancingkan satu kancing di pinggangnya, saat melangkah turun mobil, Rocky bisa melihat payudaranya yang membusung dan semak di pangkal pahanya.
Gadis itu melingkarkan lengannya di lengan sopir itu, "lanjut ronde kedua?" tanyanya merayu.
"Di rumahmu, ada suamimu?"
"Ia di lantai atas, aku punya kamar di bawah."Masuk ke dalam kamar, Gladys langsung membuka pakaian Rocky satu-persatu sampai sopir itu telanjang bulat. Ia merebahkan diri di ranjang, membuka satu-satunya kancing mantel, mengangkangkan kakinya.
"Come on dude, show me how you will satisfy me."Rocky langsung menerkamnya, menancapkan dirinya dalam-dalam, membuat Gladys berteriak kaget. Lalu ia mengerang nikmat ketika sopir itu bergerak dalam tempo pelan.
Gladys mencapai klimaks dengan cepat, karena itu Rocky menarik diri, membalikkan badannya tengkurap, mengganjal perutnya dengan beberapa bantal, kemudian ia masuk dari belakang, menggenjotnya cepat sampai bersama klimaks.Rocky bangkit.
"Kemana?"
"Pulang."
"Jangan sekarang ...."
"Kau ingin pagi dipergoki suamimu?"
Gladys tertawa, "suamiku invalid, ia menggunakan kursi roda, tak pernah turun ke bawah."
"Setiap kali berhubungan sex, selalu woman on top, membosankan. Itupun jarang-jarang, dan ia ejakulasi dini. Karena itu aku mencari kepuasan di luar."
"Aku tak tahu, Rocky, setelah malam ini apakah kau masih mau memuaskanku."
"Apa yang membuatmu berpikir aku akan menolak?"
"Kau tahu aku hiperseks. Kau melihat sendiri aku tak malu disetubuhi Stefano dimana saja, ditonton pelayannya, termasuk dirimu. Aku pikir kau jijik kepadaku."
"Miss Gladys, sejak pertama Mr. Malik membiarkanku melihat tubuh telanjangmu, menontonnya menggagahimu, aku sudah membayangkan suatu saat aku yang melakukannya kepadamu."
Sopir itu naik lagi ke ranjang, mulai mencumbunya.Surabaya, 9 Mei 2020
#NWR

KAMU SEDANG MEMBACA
CARMELITA
RomanceCarmelita lari dari rumah. Ayahnya menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, ia ingin menikah karena cinta, bukan untuk kepentingan bisnis. Pergi terburu-buru ia lupa membawa paspornya, tak bisa pulang ke Indonesia. Ia ju...