Mengingat pesan Stefano, Lita tidur siang, padahal hatinya ingin ngegym dan berenang.
Bangun sore, turun ke bawah bersamaan dengan masuknya Nick. Pemuda itu menatapnya dari atas ke bawah, "kau lebih elegan, pakaianmu lebih sopan."
"Thanks to your mother. Ini hadiah dari Mrs. Malik."Lita menawarkan minum, Nick minta dibawakan ke ruang kerja kakaknya, ia bermaksud meminjam komputer di situ.
Satu sisi ruang kerja Stefano dipenuhi rak berisi banyak buku dan lemari dokumen. Ada meja besar dengan sebuah laptop. Nick duduk di meja yang lebih kecil menggunakan komputer desktop.
Meletakkan secangkir kopi, Lita mengintip layar komputer.
"Aku pialang saham. Barusan di jalan, seorang klien menelpon minta sahamnya dijual. Kebetulan aku di dekat sini, lebih cepat kutangani dari sini daripada menunggu sampai di kantor, lebih cepat aku menerima komisiku."
Nick menekan satu tombol, "done.""Aku tak pernah mengerti tentang saham," Lita nyeplos.
Nick mengernyitkan kening. Sudah lumrah seorang pelayan tidak mengerti tentang saham, tapi caranya berbicara, seolah gadis ini mengerti banyak hal.
Ia membaca kecurigaan pemuda itu, iapun bercerita tentang dirinya, ditambahkan cerita bohong."Aku dari Indonesia, ayahku orang Amerika, meninggalkan ibuku waktu aku masih bayi." Nick bisa melihat matanya yang biru.
"Aku mendapat beasiswa ke Inggris. Setelah lulus, ada seseorang mengabarkan keberadaan ayahku di New York, akupun nekat berangkat.
Tapi aku ditipu, penghubungku itu berniat menjualku. Aku lari ... dan menemukan pekerjaan di sini."
"Harusnya kau bisa bekerja di kantor, bukan pekerjaan kasar."
"Penghubungku itu punya perusahaan, aku kuatir ia cepat menemukanku. Ia memegang pasporku."
"Mengapa takut, aku dan Stefano bisa membantumu lapor polisi dengan tuduhan human trafficking."
"Jangan ... aku takut.""Ajari aku tentang saham."
Nick duduk di kursi, Lita berdiri di belakangnya membungkuk melihat layar monitor, payudaranya menempel di pundak pemuda itu, tapi ia tak menyadarinya, dan pemuda itu menikmatinya.Yang meradang justru Stefano, dari pintu ia melihat belahan dada Lita, dan ia tak suka. Rok Lita lebih sopan dari yang disediakan majikannya, tapi yang dipakainya ini berbebelahan dada rendah.
"Lita!" Suara Stefano membahana di ruangannya. "Buatkan aku kopi."
"Don't flirt with her," kata Stefano setelah Lita keluar, "she is mine!"
"Wow!" Nick tertawa, "bukankah ia cuma pelayanmu? Selama ini kau tak pernah tertarik perempuan kelas rendahan."
"Itu urusanku! Stay away from her!"Lita masuk mengantar kopi.
"Siapkan makan malam." Suara Stefano masih ketus.Setelah makan Nick pulang.
"Kau boleh beristirahat, kita tidak jadi lembur." Tak ada adiknya, suaranya lembut.Lita membaringkan tubuhnya, tak bisa segera tidur. Ia memikirkan Nick, pemuda itu sungguh berbeda dengan kakaknya.
Lewat tengah malam ia terjaga, perlu ke kamar mandi.
Pintu tembus dari kamar sebelah terbuka lebar, sepreinya berantakan tapi tak ada orang di situ. Lalu ia mendengarnya, menoleh ke kamar mandi yang pintunya terbuka lebar, seorang gadis duduk di meja wastafel, kedua kaki di pundak Stefano, lelaki itu bergerak cepat menggenjotnya. Lita melihat pusaka besar timbul tenggelam keluar masuk liang kenikmatan perempuan itu, ia berteriak-teriak, bukan hanya mengerang.Sejenak Lita terpana, diam mematung tak bisa bergerak. Tiba-tiba Stefano menoleh, menyeringai penuh arti, ia terbebas dari sihirnya, bergegas kembali ke kamar, mengunci pintunya.
Gadis itu membuka pakaiannya tidur telanjang, meraba area sensitifnya, menggosok kelentitnya, menggoda mulut liangnya, tapi tak berani memasukkan jarinya, kuatir selaput daranya robek.
Ia telah menjaga dirinya, saat kuliah di Inggris, pacaran dengan Suwandi hanya make out yang hot, paling jauh pemuda itu menggesek-gesekkan pusakanya di pangkal pahanya, tak berusaha masuk.Lita menelpon Suwandi.
"Haii, Lita! Selamat malam."
"Selamat pagi, sayang." Suwandi di Jakarta.
"Aku dengar kau minggat dari rumah. Pulanglah ke Indonesia, dan kita menikah."
"Pasporku ketinggalan, aku tak bisa kemana-mana."
"Lalu, dimana kau sekarang?"
"Aku bekerja jadi pelayan pribadi seorang pengusaha, aku tak bisa bekerja kantoran, Papa akan mudah menemukanku."
"Apa sih yang membuatmu lari dari rumah?"
"Papa menjodohkanku dengan anak rekan bisnisnya."
"Hmmm ...."
"Telpon Mama pasti disadap, tolong temui beliau, sampaikan aku baik-baik saja."
"OK. I love you."
"Love you more."
Namun Lita meragukan cintanya kepada Suwandi, karena sejak melihat Stefano berhubungan sex timbul keinginan bersetubuh dengan majikannya.Pagi hari, Lita melihat Gladys tidur sendirian. Hari itu Sabtu, ia ragu, perlukah membangunkan majikannya?
Memutuskan tidak, ia memakai pakaian renang yang dibelikan Mrs. Malik, one piece dengan tali di tengkuk, punggung terbuka, tapi depan tertutup.
Beberapa kali berenang bolak-balik, ia melihat Nick di situ bersiap terjun.
"Jangan keluar dulu, temani aku berenang."
Pemuda itu membuka pakaiannya, tubuhnya sama bagus dengan kakaknya, Lita melirik celana renangnya yang menggembung, morning glory? Ada rasa ingin tahu, apakah ukurannya sebesar kakaknya?
Mereka bersendagurau di kolam renang seperti sebelumnya, tanpa menyadari sepasang mata membara memandang mereka di jendela kamar lantai atas. Stefano kesal, ia berencana menindih Lita lagi saat membangunkannya. Hanya menindih, tapi itu memberikan kesenangan padanya.
Pagi ini Lita tidak membangunkannya, bahkan bercanda dengan adiknya. Ia marah, sangat marah.
Kemarahan itu ia lampiaskan kepada Gladys, ia ke kamarnya, dan menyetubuhinya dengan kasar.Mereka sarapan berempat, bacon and cheese quiche.
"Kau pintar memasak," puji Nick.
"Teman sekamarku kuliah kuliner. Now he is the head chef of a famous restaurant in Jakarta."
"He?" Stefano terganggu dengan pernyataan Lita sekamar dengan seorang lelaki.
"Ya."
"Kau kuliah dimana?"
"Inggris."
"Pasti bohong," komentar Gladys, "lulusan perguruan tinggi kok mau jadi pelayan."
"Aku punya alasanku sendiri."Nick membuang muka, Stefano makan dengan satu tangan, yang lain ditarik Gladys, mengobok-obok kewanitaannya, keluar masuk relung kenikmatannya.
"Get a room!" sergahnya.
"It's just a quickie," Gladys tertawa, "I have a weekend meeting, gotta go soon."
Perempuan itu membuka celana Stefano, lalu ia menyingkap roknya, menungging di meja makan.
Dengan jijik Nick menjauh, menuju ruang kerja kakaknya. Sementara sang kakak menggenjot perempuan gatal itu, tak sungkan ada Lita di situ.Gadis itu berusaha mengabaikan tontonan di depannya, membereskan peralatan makan ke kitchen sink, mencucinya. Ia membelakangi mereka, tapi di benaknya terpampang adegan itu, apalagi Gladys berisik menyuarakan kenikmatannya.
Surabaya, 8 Mei 2020
#NWR
![](https://img.wattpad.com/cover/224029764-288-k803169.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMELITA
RomanceCarmelita lari dari rumah. Ayahnya menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, ia ingin menikah karena cinta, bukan untuk kepentingan bisnis. Pergi terburu-buru ia lupa membawa paspornya, tak bisa pulang ke Indonesia. Ia ju...