11. BERTEMU STEFANI

3.5K 129 0
                                    

Stefano mengajak Lita ke sebuah acara, ia memakai rok selutut dengan bagian bawah lebar. Saat acara dansa, roknya berkibar setiap kali ia berputar. Stefano baru menyadarinya ketika Lita berdansa dengan orang lain. Celana dalam berenda mengintip setiap kali ia berputar.
"Cukup, jangan berdansa lagi."
"Mengapa?"
"Celana dalammu kelihatan."
Carmelita tertawa, "bagaimana kalau kulepas ...?"
"Kau ingin aku membunuh orang?"

Nick muncul, meminta ijin berdansa dengan Lita, Stefano ingin menolak, tapi istrinya sudah lebih dulu menarik Nick ke lantai dansa.
Irama musiknya lain, tidak ada kesempatan berputar yang membuat rok berkibar, tapi dada Stefano membara.
Mereka berdansa begitu dekat, tubuh mereka bergesekan, lutut Nick diselipkan di antara paha Lita. Ia bisa melihat nafsu di mata adiknya, dan istrinya juga terangsang, ia tak memakai bra, putingnya mencuat ingin menembus roknya.
Sebelum ia melakukan hal yang memalukan, lagu berganti, Lita mengajak menepi. Stefano bisa melihat celana adiknya menggembung.

*

Selama setahun selalu ada yang menjual saham Stefano corp. dengan harga murah, Lita menggunakan semua uangnya untuk membelinya, sekarang ia memiliki 35% saham perusahaan suaminya.

Sementara itu Stefano curiga, setiap kali istrinya berlibur dengan mertuanya, Nick menghilang.
Ia mengosongkan jadwalnya di waktu yang sama, melacak semua penerbangan, mencari informasi kemana istrinya pergi.
Ia membeli tiket yang sama, kelas ekonomi, memberi jarak untuk mengamati diam-diam.

Kartika menyambut di teras menuntun Stefani, bocah itu lagi senang-senangnya berjalan. Lita langsung mengangkatnya, menciuminya.

Besoknya Lita mengajak anaknya ke mal.
"Mam ... mamma ...."
"Pap ... appa ...."
Nick sangat senang dipanggil papa, ia mengambil bocah itu dari gendongan Lita, tanpa sengaja menyenggol payudaranya. Mereka berdua tertawa, tak menganggap hal itu penting.
Namun ada yang melihatnya dengan penuh amarah, Stefano mengertakkan gigi.

Masuk ke rumah, pembantunya memberi tahu, ada tamu yang menunggu.
"Stefano!"
"Jadi kau punya anak dengan Nick?"
"Aku tak pernah tidur dengan adikmu! Stefani anakmu."
"Bagaimana mungkin?"

"Lihat aku baik-baik, aku Carmelita Sanjaya, kita di Bali dua minggu, selama itu kita berhubungan sex setiap hari."
"Kau ... kau ... my Lita? Tapi tubuhmu mekar, payudaramu ...."
"Tentu saja, bodoh! Aku belum lama melahirkan Stefani."
"Mengapa tak memberitahuku?"
"Lalu ... kau akan ngotot menikahiku ... padahal aku sudah berjanji menikah dengan pilihan ayahku."
"Aku senang kaulah jodoh pilihan ayahku, tapi kau seperti orang asing, tak mengenaliku."
"Sungguh, Lita, aku tak tahu itu kau! Maafkan aku." Stefano memeluknya.

Kemudian ia menoleh kepada bocah di gendongan adiknya, "sayang ... anakku ...."
Hatinya sakit karena Stefani memeluk Nick, "appa ... appa ...."
"Beri dia waktu, sejak bayi ia hanya mengenal Nick."
"Sejak bayi?"
"Kaupikir kenapa pernikahan ditunda setahun? Karena aku hamil! Menunggu aku melahirkan."
"Kebetulan aku ke Singapore, brother, aku mampir dan melihat perutnya sudah besar. Merasa kasihan padanya, aku di sini menemaninya, mengantarnya ke dokter, menungguinya melahirkan. Dokter dan perawat di rumah sakit itu menganggap akulah ayah Stefani."

"Papa berlibur bersama Mama selama dua minggu empat kali setahun. Aku ikut pulang untuk menjaga Stefani selama mereka berduaan. Tak sengaja Nick tahu rencana itu, ia selalu ikut ke Indonesia."
Stefani berjalan tertatih-tatih mendekati Stefano, mengulurkan tangan minta digendong. Lelaki itu menyambut dengan bahagia, airmatanya berlinang penuh haru.

Besoknya Nick pamit, "sudah ada Stefano, aku tak dibutuhkan. Aku pulang."
"Nick."
"Ada penawaran lagi, kau mau?"
"Ambil! Text me how much I should transfer you."
Stefano menatap mereka berdua dengan curiga, tapi tak berkata apapun.

"Aku ingin membawa Stefani ke Amerika."
Mereka mengurus paspornya.
"Stefani Sanjaya?"
"Kau mau dia menyandang nama Malik? Kita harus mengadopsinya."
"Nanti saja. Di paspormu, masih Carmelita Sanjaya, kan? Berarti tidak masalah."

*

Daniel menyambut Stefani dengan gembira, bahagia Lita tak perlu berahasia lagi. Greta cemberut, "satu lagi anak haram masuk keluarga Van der Brink."
Ibu tiri Lita sedang mendorong Danny untuk segera menikah, tapi pemuda itu selalu menghindar.

"Bolehkah saya menggendongnya, Miss Lita?" tanya Lisa Mae, ia masih bekerja di situ.
"Tentu saja."
"Apa kabarmu, Lisa Mae, any boyfriend?"
"Sssttt ... sebenarnya saya sedang hamil anak Mr. Danny, tapi tentu saja saya tak bisa menikah dengannya, saya hanya istri simpanan?"
"Mama tahu?" perutnya agak gendut, tapi belum kentara.
"Sudah. Ia memeriksa saya muntah-muntah, kebetulan saya baru ijin pulang sebulan sebelumnya, jadi saya bisa bilang ini hasil incest dengan Chiko."
"Hmmm ...."
"Beliau bersimpati dan membelikan saya vitamin. Katanya saya bisa bekerja sampai menjelang melahirkan, lalu bisa cuti tiga bulan, kemudian balik bekerja."
"Apakah kau mencintai Danny?"
"Awalnya bukan cinta, Miss, ia memperkosaku." Gadis negro itu tersenyum malu, "lalu aku ketagihan, malam-malam masuk ke kamarnya, merayunya."
"Ia tahu kamu hamil?"
"Ya, tapi ia menuduhku ini benih orang lain ...." Lisa Mae tertawa, "tapi ia masih memanggilku ke kamarnya tiap malam."
"Hubungi aku bila kau butuh bantuan."
"Makasih, Miss."

Lita menarik Danny untuk bicara berdua, "kau tidak mau bertanggung jawab atas Lisa Mae? Betapa teganya kau bilang itu anak orang lain!"
"Sista, aku mendapat kabarnya dari Mama, katanya gadis itu incest."
"Lah kau mau ia menunjukmu?"
"Tentu tidak."
"Kau mencintainya, tidak?"
"Tidak! Lisa Mae hanya teman tidur bagiku."
"Ooo ya sudah."
"Mengapa?"
"Bila kau mencintainya, ajak ke Las Vegas menikah di sana, tapi tak perlu ceritakan kepada siapapun."
Danny diam.

*

Ayah ibu Stefano menyambut Stefani dengan gembira.
"Mengapa aku tak tahu putri Van der Brink itu kau?" kata Mrs. Malik, ia sudah menyukai Lita waktu masih menjadi pelayan Stefano.
"Ia belum ditemukan waktu kita bersama Stefano makan malam bersama Van der Brink," kata Mark, "sebaliknya kau sakit dan Stefano sedang keluar negeri waktu makan malam lagi."
Menoleh kepada menantunya, "jadi penundaan itu karena kau ke Indonesia untuk melahirkan Stefani?"
"Ya, Pa."

Nick masuk.
"Appa ... appa ...." Stefani berlari ke arahnya, Nick jongkok dan bocah itu memeluk lehernya, minta digendong.
Pemuda itu menciuminya dengan penuh cinta.
"Kau sudah pernah bertemu dengan Stefani?"
"Aku yang menemani Carmelita saat hamil dan melahirkan. Aku juga selalu ikut saat ia pulang tiga bulan sekali menjenguk Stefani."
"Dan kau biarkan ia memanggilmu papa?" Mrs. Malik tak pernah sepenuh hati menerima Nick dalam keluarganya. Walaupun ibu Nick meninggal saat melahirkan dan tak mungkin merongrong rumah tangganya, ia masih belum mamaafkan perselingkuhan suaminya.
"Aku tersanjung, Ma, dan tak pernah berpikir Stefano akan mengakuinya secepat ini. Bocah ini butuh figur ayah."
"Panggilan itu harus dikoreksi, sudah ada ayah kandungnya di sini," kata Mrs. Malik ketus, "atau kau ingin merebut bocah itu dan ibunya dari kakakmu?"
Nick tak menjawab, sangat mengerti karakter ibu tirinya.

"Lita, segeralah hamil lagi, anak laki-laki, Mark butuh penerus untuk Malik Enterprise, suamimu terlalu sibuk dengan perusahaannya sendiri."
"Kan ada Nick, Ma."
"Nick tidak suka kerja kantoran, dia lebih suka main saham bisa dikerjakan dimana saja." Aslinya Mrs. Malik lebih suka mewariskannya ke anak kandungnya. "Buktinya, ia bisa menemanimu di Indonesia."
"Apakah sudah pernah dicoba berikan jabatan kepadanya?"
"Hush! Aku yang mencegah Mark," bisik Mrs. Malik, "anak haram."

Surabaya, 11 Mei 2020
#NWR

CARMELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang