9. PERNIKAHAN

4.3K 132 2
                                    

Di bandara New York Lita menolak diantar Nick, ia menelpon ayahnya, seorang sopir menjemputnya.
Tidur sehari untuk memulihkan diri dari jet lag, lalu Greta membawanya fitting baju pengantin, pernikahannya digelar hari berikutnya.

Stefano menolak bertemu calon pengantinnya, sekalian saja bertemu di altar. Pikirannya dipenuhi Lita, rindunya membuncah, tapi gadis itu menyatakan putus hubungan, ia tak mau mengemis.
Setahun ini ia bertemu beberapa perempuan yang bersedia tidur dengannya, tapi ia tak tertarik, libidonya disalurkan kepada boneka karet di kamarnya.

Pada hari pernikahan, Lita tampil sangat cantik dan membuat panggung setiap orang. Nick melihatnya berjalan digandeng ayahnya menuju altar, merasa kenal, tapi tak yakin itu Carmelita.
Stefano tak mau memandang pengantinnya, tak menyimak ucapan sang pendeta, ia hanya mengucapkan "I do," ketika ditanya kesediaannya.

Sebaliknya, Lita terkejut melihat Mrs. Malik, lalu Nick, hatinya berdebar-debar, apakah ia dinikahkan dengan Stefano?
Kebahagiaannya dinodai sikap tak perduli lelaki itu, melirikpun tidak. Ketika tiba waktunya pengantin pria menciumnya, lelaki itu menutup matanya, dan mencium dengan dingin, hanya sejenak.

Pemberkatan nikah itu dilakukan di tempat resepsi, Stefano memasang senyum palsu, menggandeng Lita, tapi tak sedikitpun memandang wajahnya. Mereka mengawali dansa, dan lelaki itu lega ketika Nick meminta ijin berdansa dengan pengantinnya.
"Carmelita?" ia memegang dagunya, mengangkatnya supaya bisa memandang wajahnya dengan jelas.
"Ya, Nick." Gadis itu tersenyum bahagia.
"Tapi, mengapa wajah Stefano mendung?"
"Sssttt ... biarkan saja, jangan diberitahu. Sedari tadi ia tak memandangku sama sekali, ia tak tahu aku yang dinikahinya."
"Aku tadi juga tak yakin, kau sangat cantik, aku pangling, dan pendeta menyebut namamu Carmelita Van der Brink."
"Secara resmi, aku memakai nama keluarga ibuku, Sanjaya, karena ibuku hanya my father's mistress."
"Ia tak hadir?"
"Tidak. Mama Greta bisa marah, dan tak mungkin membawa Stefani kemari."

Mrs. Malik menegur Stefano, "kaubiarkan Nick berdansa terus-menerus dengan istrimu?"
"Biarkan saja, Ma, kalau mau, ia juga boleh mewakiliku menikmati malam pengantin." Stefano tertawa meneguk minumannya.
"Cukup! Kau terlalu banyak minum. Klaim lagi istrimu!"

Di lantai dansa Nick dan Lita terus bersendagurau, yang tidak tahu akan mengira pemuda itulah pengantinnya. Lita terlihat sangat berbahagia dan pemuda itu memandangnya penuh cinta.
"Mau aku urus perceraianmu, lalu menikah denganku?"
Mereka berdua tertawa berderai.

"Boleh aku ambil kembali istriku?"
Dengan enggan Nick melepaskan Lita, "berikan padaku kapan saja kau sudah tak mau, brother."
Lagu terakhir, Stefano memeluk Lita tanpa kata, tanpa memandang, gadis itu menyusupkan wajahnya di dada suaminya.

Kemudian mereka naik ke mobil, diantar ke honeymoon suite hotel bintang lima.
Stefano berjalan sempoyongan, agak mabuk, terlalu banyak minum. Lita memeluknya, berjalan ke lift, sampai di kamar mereka.

Stefano melepaskan pelukan istrinya.
"Carmelita, kita menikah karena kepentingan bisnis, di atas kertas, untuk show off. Aku tak akan menidurimu, aku mencintai perempuan lain, kebetulan namanya sama denganmu, Carmelita," katanya berjalan ke kamar, lalu melepaskan pakaian sampai tersisa celana dalam saja.
Ia naik ke tempat tidur tanpa memperdulikan istrinya.

Lita menyusul, melepaskan semua pakaiannya, memeluk suaminya.
"Stefano," bisiknya di telinga, lelaki itu memutar tubuh ke arahnya, "Lita? My Lita?" tapi matanya terpejam.
Gadis itu mencium bibirnya, ia membalas, lalu mulai menggerayanginya.
"Payudaramu lebih besar dari yang kuingat," keluhnya, "tapi aku suka, putingnya menjadi pas di mulutku."
Ia mengulum puting Lita, ada air susu menetes, dan ia menyedotnya dengan rakus.
"Mengapa ada air susunya?" gumamnya.
Tangannya merambah ke bawah, senang tak ada penghalang di selangkangan gadis itu, ia memasukkan jarinya, mengobok-obok sampai Lita mengerang-ngerang.
Dengan kasar ia melepaskan celana dalamnya, lalu mulai memasuki liang kenikmatan istrinya.
Mereka bergumul sampai fajar menyingsing.

Stefano bangun saat Lita masih terlelap, kesadarannya kembali, ia ingat pernikahan yang tak dikehendakinya, istri yang tak diinginkannya. Lalu ia terkejut, ia memeluk seorang perempuan yang menyusupkan wajah di dadanya, mereka berdua telanjang!
Dari pegal-pegal di tubuhnya, ia menyadari telah meniduri istrinya semalam suntuk, padahal ia bermimpi bercinta dengan Lita.
Ia memandang tubuh istrinya, pertama yang menarik perhatiannya adalah payudaranya yang mengkal dan putingnya yang besar. Tubuhnya bereaksi, ada yang menggeliat di bawah sana, timbul keinginan menyedot puting itu.
Keinginan itu begitu kuat. "Ah, hanya menyedot putingnya," pikirnya.
Namun, begitu dilakukan, Lita mengerang, ia lepas kontrol, memasukkan dirinya lagi. Ia baru sadar melanggar tekatnya dengan sadar saat ejakulasi.

Cepat ia menarik diri, lari ke kamar mandi.
Mereka check out lalu ke bandara, mengejar penerbangan ke Hawaii untuk berbulan madu.
Stefano menghindari memandang istrinya, ia tak mau jauh cinta, cintanya hanya untuk Lita.

Di hotel di Hawaii ia berganti pakaian, bermaksud jalan-jalan, hotel mereka dekat pantai. Ia hanya mengenakan kaos ketat dan celana longgar, membebaskan si kecil bernapas.
Istrinya membelakanginya, topless, gaunnya turun ke pinggang. Penuh rasa ingin tahu ia mendekat.
"Apa yang kau lakukan?"
"Memompa air susu," jawab Lita tanpa menoleh.
Melihat puting besar yang menggoda, Stefano mata gelap.
"Let me help you."
Dengan rakus ia menyedot payudara Lita, gadis itu mengerang nikmat. Selesai yang satu pindah ke yang lain, sementara itu pusakanya mekar ke ukuran maksimal.

Stefano menindih Lita, tangannya merambah selangkangannya, menemukan celah di celana dalam berenda. Ia menurunkan celananya, secukupnya sekedar membebaskan pusakanya, lalu ia memasukkannya ke celah itu, menggenjot sampai bersama melenguh saat mencapai puncak.

Ia terkapar di samping istrinya, memeluknya.
"Maafkan aku," bisiknya, "aku mencintai perempuan lain. Tadinya aku ingin pernikahan ini hanya formalitas, aku tak akan menidurimu, tapi aku lepas kontrol, lebih dari sekali."
"Nggak apa-apa, aku senang kita berhubungan intim, jadi aku tak perlu mencari kepuasan di luar."
"Di luar? Kau punya pacar?" Egonya tersinggung.
"Tidak. Tapi, Nick menawarkan diri ketika dance kemarin."
Stefano mengertakkan gigi, Nick selalu ingin merebut yang dimilikinya.

"Aku mau ke pantai, ikut?"

Banyak orang berjemur telanjang.
Stefano berenang di laut, Lita berjemur, telanjang. Dia telungkup waktu ditinggal suaminya, lama kemudian ia berbalik telentang, supaya warna coklat tubuhnya rata.
Capai lurus, ia melipat satu lutut, membuat area sensitifnya jelas terlihat. Beberapa lelaki menggeser tempat berjemurnya mendekat.

Melihat ada yang masturbasi sambil memandanginya, Lita bangkit memakai roknya, tak sempat memakai celananya, lelaki-lelaki itu mengerubunginya mengajak kenalan.
Ia melihat Stefano mendekat, cepat ia berlari memeluknya.
"Ada apa ini? Kalian mengganggu istriku?"
Mereka bubar.

Kembali ke kamar hotel, Stefano mandi shower, Lita menyusulnya.
"Tunggu sampai aku selesai," protes suaminya.
"Space cukup untuk berdua," bantah Lita.
Yang masalah, Stefano tak bisa menahan godaan payudara mengkal istrinya. Dari menyedot, berakhir dengan ia duduk di closet memangku Lita, menyatukan diri sambil menyusu.

Surabaya, 10 Mei 2020
#NWR

CARMELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang