16. HIPERSEKS (1)

7.6K 92 2
                                    

Stefano menjemputnya di klub, sampai di rumah, penyakit lamanya kambuh, tidak menunggu sampai ke kamar, ia mendorong Lita membungkuk di sofa, menarik celananya turun dan menggenjotnya sampai istrinya orgasme.
Tidak perduli Rocky, yang membawakan tas kerjanya, menonton sambil melongo. Sopir itu menelan ludah, sangat paham perempuan yang disetubuhi majikannya ini tak akan pernah dinikmatinya.
Ia cepat keluar, menelpon Gladys, dan pergi menemui perempuan kesepian itu.

Berjalan ke kamar melewati ruang makan, Stefano mengangkat istrinya, mendudukkan di meja makan, lalu membuka kakinya, digenjotnya sekali lagi sampai Lita orgasme.
"Kau belum ejakulasi?"
Kaki Lita menjadi lemah, ia tak sanggup berjalan.
"Aku minum Viagra. Kau mencari Nick, pasti karena aku kurang perkasa, ya kan?"
"Sayang, aku tak sanggup sekali lagi, sekarangpun aku tak yakin bisa berjalan ke kamar."

Stefano menggendong istrinya, membaringkannya di ranjang, lalu menggenjotnya lagi, kali ini mereka bersama mencapai puncak.
Lita berbaring miring, berharap sudah berakhir, ia merasa ada gerakan di perutnya.
Ternyata suaminya menelanjanginya, lalu membuka semua pakaiannya sendiri, kejantanannya masih tegak perkasa.

"Ooo ...." Lita mengeluh pasrah ketika Stefano memasukinya lagi dengan posisi spooning sampai mereka berdua orgasme.
Suaminya berbaring memeluknya, ia berharap berdua tidur sampai pagi.

Harapannya sia-sia, lewat tengah malam, Stefano mencumbunya dari samping. Ingin menindihnya, tapi perut Lita yang besar menghalangi.
Perempuan itu meraih ke bawah, mengelusnya, memberikan kode ia akan mengulumnya.
Suaminya mengambil posisi 69 menyamping, ia tak akan tinggal diam, ingin memberikan kenikmatan juga.
Stefano tak ingin ejakulasi di mulut istrinya, ia menarik diri, tapi Lita menahannya, mengejar sampai tengkurap menindih suaminya. Ia melepaskannya saat sudah ada semburan.
"Nakal!" Stefano memijit hidung Lita yang nyengir puas.

Stefano mendorongnya sampai telentang, "perutmu tertindih, bagaimana anak kita?"
"Tidak apa-apa."
"Kau yakin?" Ia menempelkan telinganya di perut istrinya, dan tersenyum merasakan tendangan si jabang bayi.
Ia mengelusnya penuh rasa cinta, lalu elusannya turun ke bawah, dan tanpa peringatan ia bersimpuh, meletakkan pinggul Lita ke pangkuannya dan memasuki relung tubuh istrinya.
Perempuan itu berteriak kaget, kemudian berubah menjadi erang kenikmatan. Ia orgasme dua kali ketika Stefano mencapai klimaks.

Menarik diri dari tubuh istrinya, lelaki itu kaget melihat pusakanya dibalut darah, dan ada darah mengalir dari ceruk yang ditinggalkannya.
Panik ia menelpon Rocky menyuruhnya menyiapkan mobil, dan iapun cepat berpakaian, mengenakan daster ke istrinya tanpa bra, celana dalam yang disisipi pembalut. Kemudian digendongnya Lita turun, berangkat ke rumah sakit.

*

"Pendarahan sudah berhenti, tapi Mrs. Malik tidak boleh pulang untuk observasi."
"Bagaimana anak saya, dokter."
"Masih bisa diselamatkan. Kehamilannya sudah masuk minggu ke dua puluh lima, aman. Bila itu terjadi di awal kehamilan, dapat dipastikan keguguran."
Stefano menarik napas lega.
"Saya bisa melihat anda lelaki perkasa," dokter itu mendekat, "bolehkah saya membuktikannya?" bisiknya di telinganya.
"Dokter!"
Hatinya menolak, tapi efek Viagra itu belum berakhir, pusakanya masih tegak. Ia mencium dokter itu, meremas pinggulnya.
"Tunggu." Sang dokter mengunci pintu, lalu menariknya ke ranjang periksa. Mereka berlomba membuka pakaian, mata dokter itu melotot melihat ukuran Stefano.
Ia berbaring di ranjang periksa khusus pemeriksaan ginekologi, ada tempat untuk meletakkan kaki, kewanitaannya terbuka lebar.
Lelaki itu tak bisa menahan diri, perlahan ia mendesakkan dirinya masuk lalu tangannya meremas payudara dokter itu.
"Belum pernah punya anak, dok?" tanyanya sambil mulai bergerak keluar masuk.
"Belum. Bagaimana kau tahu?"
"Sempit," Stefano tertawa, "dan putingmu kecil, belum pernah produksi air susu ...."
"Dan tak ada boyfriend yang mengulumnya."
"Tidak harus boyfriend, kan? Fuckbuddy?"
"Cowok-cowok jiper hehehe ... tak ada yang mendekatiku."
"Kan bisa kau yang mendahului, seperti ini tadi."
"Tidak, Mr. Malik, gengsi. Inipun karena aku melihatmu sepertinya masih ereksi." Dokter itu tertawa, lalu melenguh, orgasme yang pertama.
Stefano belum selesai, ia terus bergerak, kali ini dengan tempo pelan, sang dokter menggeliat-geliat, tapi tak bebas karena posisi kakinya. Orgasmenya yang kedua bersamaan dengan Stefano ejakulasi, untung ia sempat menarik diri, berceceran di lantai.

Lita tersenyum lemah melihat suaminya masuk.
"Lama sekali," keluhnya.
"Bertemu teman lama, istrinya baru melahirkan, pulang hari ini," bohongnya.
Tak lama dr. Merrick masuk, wajahnya bercahaya, after sex glow.
"Bagaimana anak kami, dok?"
"Aman! Tapi anda harus menginap beberapa hari di sini untuk observasi. Mungkin setelah itu harus bedrest sampai bayinya lahir."
Lita tersenyum sedih, "saya banyak pekerjaan di kantor."
"Harus memilih, anak atau pekerjaan yang lebih penting."
Mengedipkan mata penuh arti, dr. Merrick keluar ruangan.

"Kau tidak ke kantor?"
"Kau mengusirku?"
"Sebesar keinginanku kautemani, sebesar itulah kehadiranmu dibutuhkan."
"OK, aku tinggal, nanti sore aku datang."

*

Pulang ke rumah untuk berganti pakaian, ia melihat seorang pelayan rebahan di ranjangnya, masturbasi menggunakan dildo dan memanggil-manggil namanya.
"Ehem!"
Netta, pelayan itu, cepat bangun dengan malu, "Mr. Malik."
"Sudah ada aku di sini," ia mengunci pintu dan membuka pakaiannya, "mau merasakan yang asli?"
Netta terbelalak, kemarin waktu ia melihat majikannya bersetubuh di sofa dan meja makan, ia hanya melihat dari jauh, tidak jelas. Ukurannya tidak kalah besar dengan Chiko, tapi milik majikannya tidak hitam, lebih menarik.
"Tunggu apa lagi? Buka pakaianmu!"

Netta berteriak-teriak ketika Stefano menggenjotnya, ia tipe yang berisik saat berhubungan sex.
Ia sudah orgasme dua kali, tapi Stefano belum ejakulasi. Ia memasukkan ke mulutnya, dan kemudian menelan habis cairan yang disemprotkan majikannya.
"Bagaimana rasanya?"
"Anda sangat perkasa, Mr. Malik. Terima kasih."
"Kau mengerti ini akan menjadi rahasia kita berdua?"
"Tentu Mr. Malik, bulan depan saya akan menikah dengan Chiko."
Stefano mandi dan bersiap ke kantor.

*

"Apa yang terjadi?" Nick masuk ke ruang Lita dengan kuatir.
"Stefano menuduh kita berhubungan sex."
"Memang iya, kan?" Nick nyengir.
"Ia menghukumku dengan membuatku orgasme berkali-kali."
"Astaga! Tak ingat saat kau keguguran?"
"Matanya gelap diamuk cemburu."
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Lita tersenyum malu, "yang hiperseks bukan cuma suamiku ...."
"Maksudmu?"
"Would you please fingerfucking me?"
"Now?"

Nick menyingkap selimut Lita, perempuan itu membuka kakinya.
"Ada kateter," kata adik iparnya ragu.
"Lubangnya lain, bodoh! Jangan dilihat, raba memakai perasaan."
Lita menutup selimutnya.

Nick merabanya, mencari-cari liang kenikmatannya, dan memasukkan dua jari. Lita baru orgasme, waktu dr. Merrick masuk, ia sempat melihat tangan pemuda itu di dalam selimut, dan pandangannya yang kikuk.
"Lita, aku kembali ke kantor, besok aku ke sini lagi."

Dr. Merrick menyusul Nick.
"Excuse me, are you her lover?"
Nick mengangguk malu.
"How did you know?"
"I noticed where your hand had been. Well ... I can tell her husband about it."
"Please don't!" Nick memohon.
"Ada penutup mulutnya."
"Berapa?" Nick berpikir ia akan meminta uang.
"Fuck me!"

Surabaya, 13 Mei 2020
#NWR

CARMELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang