Chris POV

120 21 1
                                    

Sekarang gue lagi ngikutin Ica yang tadinya bilang mau nyamperin si Rino.

Kalian pasti gak tau aja, sebenernya gue belum bisa move on dari Ica. Sejak Ica nolak gue, gue makin kekeh buat dapetin Ica. Tapi Ica sekarang malah udah jadi milik orang lain.

Secepat itu.

Tapi gue gak akan nyerah gitu aja, gue bakal terus perjuangin Ica. Cuma Ica yang gue mau.

Gue lagi ngikutin dia yang sekarang masuk fakultasnya Rino. Gue sempet lihat Ica yang ngobrol sama Kak Yuna. Sampe akhirnya Kak Yuna juga nemuin gue di belakang Ica.

Tentu aja Ica gak tau kalo gue disini.

"Loh? Lo temennya Ica yang waktu itu kan?"

"Iya kak, bener."

"Lo ngapain? Lo gak sama Ica? Ica tadi nyariin Rino." kata Kak Yuna itu lagi.

"E-ehm iya aku emang kesini sama Ica, ini mau nyusulin." bohong gue.

Gue langsung pergi aja daripada ntar Kak Yuna makin curiga. Gue ngekorin Ica sampe dia sekarang berhenti di segerombolan cowok-cowok. Kayaknya sih itu temen-temennya Rino.

Masih gue awasin.

"Anjing!"

Gue ngumpat ke diri gue sendiri setelah lihat adegan Rino nyium pipinya Ica. Hati gue panas banget.

Gue emang udah berkali-kali ngelihat mereka mesra-mesraan tapi ini pertama kalinya gue lihat Ica dicium, di pipi. Gue langsung mikir yang aneh-aneh.

"Apa jangan-jangan dia udah pernah nyium bibir Ica?!" gue teriak ke gue sendiri.

"Shit!"

Gue gak bisa ngebiarin ini. Gue udah gak bisa nahan semua ini lama-lama, semakin gue tahan semakin gue ingin miliki Ica sepenuhnya.

Karena hati gue yang makin panas lihat mereka berdua akhirnya gue cabut dari kampus. Gue cari hp gue di saku dan terlintas di pikiran gue buat ngehubungin cewek yang baru aja gue kenal hari ini.

Shena.

Gue cari kontak dia dan gue hubungin dia.

"Halo?"

"Hi Shen, lo sibuk gak?"

"Nope, i'm bored in the house actually. What's up?"

"Ehm nothing. Maybe you wanna join me to dinner in Ica's house tonight?"

"Wow great! Sure! I'm glad to be there!"

"Yeah nice! Gue jemput jam 7 dirumah lo ya?"

"Okey. See you!"

Gue pun segera pulang ke rumah dan siap-siap untuk nyiapin hadiah buat Ica.

Gue selalu kasih hadiah-hadiah kecil ke Ica, tujuannya biar dia selalu inget gue dan siapa tau dia bisa nerima gue dihatinya.

Sebelum pulang gue mampir ke toko perhiasan. Gue mau kasih Ica hadiah sebuah kalung. Gue cari-cari kalung yang cocok buat Ica.

"Cari kalung buat siapa kak?" tanya salah satu karyawan di toko perhiasan itu.

"Buat cewek saya, yang bagus yang mana ya?"

Karena gue gak bisa milih, gue pasrahin aja ke karyawannya biar dipilihin. Dia cewek pasti seleranya juga gak jauh beda sama Ica.

"Ohh untuk pacar kakak? Berarti spesial ya? Saya carikan yang cocok ya kak, tunggu sebentar."

Mbak-mbak itu mengambil beberapa kalung dan dia perlihatkan ke gue. Mana gue tau sih beginian? Menurut gue ya bagus semua.

"Nah ini pilihan terbaik disini kak kalo untuk orang spesial. Kakak bisa pilih yang kakak suka."

"Aduh saya gak begitu paham mbak. Menurut mbak yang paling bagus yang mana ya?"

Lalu diantara ketiga kalung tadi, mbak-mbak karyawannya ambil kalung yang paling kiri.

"Kalo ini bagaimana?"

Gue lihat baik-baik kalung itu.

Cantik, kayak Ica.

Liontin bulan sabit dan bintang di kalung itu pasti cocok banget di leher Ica. Tanpa berpikir lama gue akhirnya langsung beli kalung itu.

~~

Jam udah menunjukkan pukul 18.00. Gue langsung siap-siap untuk jemput Shena dulu sebelum ke rumah Ica.

Dan by the way, Ica masih belum tau tentang rencana ini. Gue mau kasih dia surprise.

Gue pun mengendarai mobil gue ke rumahnya Shena. Sampe disana, ternyata dia udah nunggu gue didepan. Shena langsung masuk dan pasang seat beltnya tenang.

"Maaf ya lama." tutur gue.

"No problem. Let's go!"

"Eh bentar."

Gue raih paper bag yang ada di belakang mobil gue dan gue keluarin kalung yang mau gue kasih ke Ica. Gue tunjukin ke Shena, gue pengen tau pendapatnya.

"Wow! That's beautiful! Kamu beliin ini buat aku?"

Lah geer amat ini cewek.

"Buat Ica. How do you think? Bagus gak?"

Shena langsung malu gitu karena dia salah paham. Dia kira gue mau kasih kalung itu ke dia.

"Bagus kok. Kayaknya cocok buat Ica, dia pasti suka." kata dia sambil senyum palsu.

Gue langsung kembaliin kalung itu ke tempatnya dan pergi ke rumah Ica.

Tok tok tok!

Gak lama pintu rumah Ica kebuka dan kebetulan Ica sendiri yang buka pintunya.

Dia kaget dengan kehadiran gue dan Shena yang mendadak.

"Loh? Chris? Shena? Ada apa?"

Dia senyum ke kita berdua. Kayaknya dia seneng karena kedatangan gue sama Shena.

"Chris bilang mau ajak aku main ke rumah kamu. Do you mind?" kata Shena.

"Ih enggak dong! Gue malah seneng banget! Sini ayo masuk!"

Ica narik tangan Shena masuk ke rumahnya. Gue ngikutin mereka berdua menuju ke meja makan.

"Kalian pasti belum makan malam kan? Kita makan malam dulu yuk!"

Tanpa lama-lama gue langsung duduk dan nunggu Ica nyiapin makanan buat gue dan Shena.

Gue heran sama Ica, padahal dia ada pembantu. Pembantunya malah lagi berdiri di deket dapur ngelihatin Ica. Tapi malah dia yang repot-repot nyiapin semuanya.

Setelah semua hidangannya siap, Ica duduk disamping Shena. Cuma ada kita bertiga di meja makan.

"Eh Ca, gue ada hadiah buat lo nih!"

Gue kasih paper bag yang berisikan kalung itu ke Ica. Dia menerimanya dengan senang hati.

"Wah apaan nih?"

"Dibuka ntar aja kalo lo lagi dikamar."

"Awas ya kalo lo kasih gue aneh-aneh!"

Tawa kita pun pecah di meja makan ini. Baru aja kita mau makan, pintu rumah Ica tiba-tiba kebuka.

Gue lihat ada 3 orang masuk berjalan ke dalem. Gue tau salah satu dari mereka adalah Bang Jefri, kakaknya Ica.

"Mama? Papa?"

Jadi mereka orang tuanya Ica? Gue belum pernah lihat orang tua Ica selama gue main di rumah Ica. Ini pertama kalinya gue ketemu sama mereka.

Betapa terkejutnya gue saat mereka nyamperin kita di meja makan. Perempuan itu jalan mendekat ke arah gue. Gue masih gak percaya sama yang gue lihat.

"Ma-mama?!"

Wanita itu sama terkejutnya saat ngelihat gue.

"Christoper?!"

Nervous || Lee Know • Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang