Rino POV

170 24 0
                                    

"Hai, Ca!"

"Hai, Chris! Sini masuk!"

Gue emang udah tau kalo Chris sore ini bakal ke rumah Ica makanya gue gak langsung pulang setelah acara wisuda Ica.

Gak tau deh, kayak ada yang dangkal setiap kali gue lihat Chris. Walaupun gue juga tau kalo mereka emang bener cuma temenan.

Gue lihat Chris masuk beriringan dengan Ica dan duduk di ruang tamu. Sedangkan gue sama Bang Jefri lagi ngobrol di meja makan. Gue bisa lihat mereka dari sini.

"Udah lah santai aja kenapa si, cemburu amat lo!" Bang Jefri sadar kalo gue dari tadi ngelihatin mereka.

"Hehehe gue takut kali bang, gimana pun juga Chris pernah suka sama Ica."

"Yaudah lo tenang aja, jagain adek gue baik-baik. Gue percayain dia sama lo."

Gue ngangguk-ngangguk sambil masih ngelihatin Ica sama Chris yang sekarang lagi buka laptop.

"Eh kata Ica, Chris juga daftar di kampus dan jurusan yang sama ya?"

"Iya bang."

"Wouh, bakal ada yang panas nih!"

Bang Jefri malah manas-manasin gue. Ya gue juga bakal tau resikonya kalo mereka jadi satu kampus dan satu jurusan. Tapi gue harus tahan, gue gak bisa maksa Ica jauhin Chris. Gue harus jaga kepercayaan dia.

"Aduh 5 menit lagiiii!" gue denger Ica yang udah gak sabar dan terus mantengin layar laptop.

Gue putusin untuk nyamperin mereka karena gue juga penasaran sama hasilnya. Gue dateng dan ngelus kepala Ica pelan. Ica seketika noleh ke gue terus senyum.

Sedangkan Chris mandang gue sinis.

Gue sih gak peduli.

Gue nunggu sekitar 5 menit seperti yang dikatakan Ica tadi. Dan ketika situsnya terbuka, Ica sama Chris serius banget mantengin layar laptop. Mereka fokus nyari nama mereka disana. Berharap namanya akan muncul disana.

"Chris! Lo masuk, Chris! Lo lolos!"

Ica teriak girang saat dia nemuin nama Chris disana. Gue masih fokus natap layar laptop sambil cari nama Ica.

"Kamu juga masuk sayang!" gue tersontak seneng ketika gue nemuin nama Ica disana.

Ica teriak dan langsung meluk gue. Dia eratin pelukannya, gue seneng banget dia lolos seleksi masuk universitas. Apalagi Ica, dia juga gak kalah bahagianya. Ini kan juga impiannya sejak lama.

"Syukur ya Ca kita berdua masuk."

Chris membubarkan suasana bahagia gue sama Ica. Ica lepas pelukannya dan berganti natap Chris. Dia sedikit malu karena tau Chris masih disini, sedangkan dia meluk gue.

"Iya Chris! Gak nyangka kita berdua lolos. Gue seneng banget!"

Hampir aja Chris mau meluk Ica. Mata gue udah melotot dan tubuh gue reflek ngejauhin Ica dari Chris.

"Ehem!" gue berdehem menyadarkan mereka, kali aja lupa kalo pacarnya Ica lagi disini.

Akhirnya mereka berdua berakhir dengan melakukan tos ala-ala mereka. Udah lah gak peduli juga gue.

Asalkan gak ada yang nyentuh cewe gue.

Gue biarin mereka ber tos ria.

"Aku ke dalem dulu ya, habis ini kita makan malam."

"Eh makan malam disini sekalian aja Chris!"

Gue yang niatnya mau jalan jadi enggan gerakin tubuh gue saat gue denger Ica ngajak Chris makan malam disini.

"Emang gak ngerepotin nih?"

"Enggak lah. Boleh kan Chris ikut makan sama kita?" Ica nanya ke gue.

Gue cuma bisa kasih anggukan dan senyum ke Ica.

Dan disinilah kita sekarang. Di meja makan yang cukup rame. Ada gue, Ica, Chris dan Bang Jefri.

Ica ambilin gue nasi dan ikan di piring gue. Itu udah menjadi kebiasaan kita sekarang. Kalo lagi makan dirumah, Ica selalu layanin gue kayak begini.

"Mesra banget kalian, udah kayak pasutri aja." cibir Chris.

Ica ketawa denger cibiran Chris.

"Iya nih! Kak Rino kalo gak gue ladenin gak mau makan dianya."

Lah? Kenapa jadi gue? Gak gini juga kalo bikin candaan. Padahal situ sendiri yang mau ngambilin gue, iya kan?

Gue diem aja, gak ladenin candaan mereka. Dan kita berempat pun makan dengan khikmat.

Setelah makan malam, Chris akhirnya pamit pulang. Gue sama Ica nganterin Chris sampe depan.

"Eh besok daftar ulangnya bareng gue aja gimana?"

"Boleh tuh, biar gue juga ada temennya juga hehehe."

Gue natap Chris datar, sedetik kemudian Chris lemparin tatapan aneh ke gue. Gue gak ngerti apa maksud tatapannya itu. Setelah Chris keluar dari rumah, gue ajak Ica masuk ke dalam.

"Kamu besok jangan ke kampus sama Chris, sama aku aja."

"Kenapa? Bukannya kamu juga sibuk? Udah aku sama Chris aja biar kamu gak repot."

"Enggak, pokoknya harus sama aku."

"Kamu kenapa sih? Cemburu lagi?"

"Iya aku cemburu."

"Kakk, kan cuma daftar ulang doang gak ngapa-ngapain." Ica ngelembutin suaranya.

"Yaudah kalo gitu aku yang antar kamu ke kampus."

"Nanti kasian kamunya malah repot."

"Aku antar atau ke kampus sama aku?" gue beneran ngerajuk.

Ica hembusin napasnya pelan.

"Iya iya yaudah, besok kamu yang nganter."

Gue pun cium pipi Ica singkat. Dia juga senyum waktu gue cium dia. Gak tau deh seneng aja kalo Ica nurut sama gue. Lagian gue ngelakuin ini juga karena khawatir sama Ica.

"Yaudah kamu pulang gih udah malem."

"Ngusir nih?"

"Udah malem sayang, kan besok kamu juga harus nganter aku. Udah sana pulang istirahat."

"Istirahat disini aja gak boleh?" gue deketin badan gue ke Ica dan gue rengkuh pinggang dia.

Dia naruh tangannya di leher gue. "Enggak boleh."

Gue cuma bisa pasrah.

Pasrah nahan nafsu.

"Udah kakk sana pulang."

Ica lepasin tangan gue dari pinggang dia.

"Cium dulu lah!"

"Ih kebiasaan!"

"Buruan,"

"Enggak gak mau. Kamu tuh ya, sekarang mesum mulu dikit-dikit minta cium."

"Ya biarin emang gak boleh minta cium sama pacar sendiri?"

"Hmm."

"Ayoo ciuum!"

Dan Ica pun kecup bibir gue.

Nervous || Lee Know • Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang