Dua 🍁

112 45 8
                                    

Jangan datang kalau hanya cuma-cuma, aku tau niat awal mu hanya untuk mendapatkan dia yang terlalu istimewa ! Sedangkan aku hanyalah setangkai bunga yang menunggu mu dengan percuma.



***

Mitra memulai tingkah konyol nya. Menutup rapat mata di saat berdiri sendiri di lapangan sekolah. Ia mulai menutup rapat matanya. Sangat rapat mungkin! Mengapa terasa gelap?

Ia buka lagi mata yang lentik nan indah itu, lalu terasa terang kembali. Busyetdah! Wajar kale, orang tutup mata ya gelap.

Ternyata jarak antara gue dan lo, hanya sebatas kedipan mata. Mengapa tidak?

"Pertama gue melihat tu cowok berada di ujung sana! Dan kedua gue liat dia sedang berjalan ke arah gue, lalu ketiga...., heiii lo cowok ganteng berhenti.." teriak Mitra melengking, membahana seisi sekolah.

Mitra berlari mengejar cowok itu, padahal tidak perlu sebenarnya.Why? Dia kan sedang berjalan ke arah Mitra. O'on sekali sih teman Eca laknatullah itu.

"Tunggu!" Mitra merentangkan kedua tangan nya menghadang cowok yang sedari tadi ia sebut dan cari.

"Lo cowok yang waktu itu nyuri gelang gue kan? Pas di cafe waktu kita bertemu."

Mencuri? Mitra ngga salah ngomong kan sis? Belom ada bukti loh, itu anak udah sembarangan nuduh aja.

Seorang Mitra meraba-raba cowok yang berada tepat di depan nya, memastikan apakah benar itu gelang memang dia yang nyuri? Soalnya ngga ada bukti.

Ecak bilang barusan. Mitra masih sangat jelas mengingat per-kata, " Mit gue yakin, gelang lo pasti di simpen di saku celana dia. Lo selidikin aja semua nya. Tenang ada gue yang atur soal sanksi nanti."

Mitra itu orang nya penurut. Tentu saja ia percaya dengan apa yang di katakan oleh Eca. Tanpa komando tangan mungil nya meraba cowok ganteng yang masih mematung seperti bongkahan itu.

Setiap tindakan pasti ada pertanggung jawaban. Jika jelek perlakuan nya, maka Mitra akan menanggung komentar pedas juga atas perbuatan nya. Cowok di depan nya itu, menarik tangan Mitra yang hendak meraba dada di bagian saku seragam nya.

"Nyari kesempatan ni bocah. Anak siapa si kagak di urus, lepas kandang kali ya?" Ando bertanya sendiri dengan hatinya.

Mitra terhenti, ia merasa terganggu. Lalu Mitra melihat wajah ganteng cowok itu, GANTENG! mirip siapa saja yang ganteng.

Bola mata mereka saling bertumbuk, berusah berbicara melalui mata masing-masing. Di antara nya masih belum ada yang mengeluarkan suara.

Mitra mulai ngeyel sendiri.
Oh mata nya, matanya bersinar seperti bintang di kala malam hari, hidung nya menjulang setinggi gunung mahameru, lalu bibirnya.... Bibirnya seperti apa yaa?

Ah tidak dapat di definisikan sulit. Mitra mulai berfikir lagi mencari kata yang cocok untuk bibirnya...

"Ngapain lo?" tanya jutek sang cowok.

Suara datar nya membuat Mitra salah tingkah, pipi nya merona. Lalu timbul gugup seketika.

"Gu..gue, gue lagi nyari gelang. Iya gelang," jawab nya menjauhi cowok itu.

"Lo simpen dimana ya gelang gue?" tanya Mitra sangat berhati-hati. Tu cowok ganteng kalo datar gitu serem dah.

"Aneh. Emang gue toko perhiasan, bisa nyimpan gelang. Minggir lo!" dia melanjutkan jalan nya, lalu meninggalkan Mitra yang masih kebingungan.

Ia bingung dan penasaran. Apa iya tu cowok sama sekali ngga nyimpan gelang Mitra? Terus siapa dong? Nenek gayung?

"Tungguin!" pinta Mitra.

Tidak Serius [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang