"Abang mau pergi ke puncak kan?" tanya Adel memunggungi abang nya yang menenteng tas besar.
"Iya tau aja kamu masalah orang besar."
"Adel udah besar kali, udah kelas 6 Sd. Jadi dari mana nya Adel kecil?" Adel bertanya sembari mengambil sepatu yang ingin digunakan abang nya.
"Badan kamu yang kecil. Balikin sepatu nya," pinta Ando menarik sepatu. Tapi Adel malah menarik balik sepatu abang nya.
"Kenapa Adel, abang buru-buru ini. Itu om kamu udah nungguin abang."
Om yang di maksud Ando adalah Bastian. Karna Ando telah lama membiasakan adiknya itu, untuk memanggil Bastian dengan sebutan om.
"Abang ngga boleh pergi." Adel mendadak rewel, padahal udah besar. Tingkah nya saja yang manja seperti anak-anak Tk.
"Kamu kenapa sih? Kemarin aja ngga ada masalah abang mau kemana aja. Sekarang kok malah cerewet sih?"
Ando mendekati adik nya itu, lalu bertanya pelan mengenai tingkah adiknya. Karna yang Ando tau, Adel adik yang pintar. Selalu nurut apa kata abangnya.
"Adel. Abang punya koleksi banyak doraemon. Kamu suka kan?"
Adel mengangguk semangat, "kalau mau, ada syarat nya. Adel harus nurut sama abang. Adel kan udah besar."
"Kata nya kecil," ucap Adel mamayunkan bibirnya, "hahaha engga lah, abang berangkat dulu ya. Jangan banyak tingkah," kata Ando meninggalkan adiknya. Untung saja kata ajaib doraemon telah Ando keluarkan kalau tidak adiknya pasti aku merengek terus terusan mau ikut dengan nya.
Ando pergi kerumah Bastian lebih dulu, untuk mendiskusikan sesuatu. Setelah sampai ia melihat Bastian yang telah siap dengan barang bawaan nya. Tak lupa penampilannya yang begitu ganteng di setiap hari. Dan senyum yang selalu ia perlihatkan, membuat Ando bergidik ngeri sendiri.
"Bas, titik kumpul nya ngga jadi di rumah Riski. Kita ngumpul di rumah Erick. Lo bareng gue aja kesana."
"Tapi gue pergi nya satu mobil sama Mitra," sahut Bastian biasa.
Ando menyipit, "Mitra ngga ngajak gue tu?"
"Mitra ngajak gue bro, bukan elu. Nunggu di sini aja, Mimit nyuruh gue ngajak lo satu mobil sama dia."
"Terus teman yang lain gimana? Lo udah kasih tau merekan kan soal kita ngga bareng mereka."
"Udah tenang santuy. Semua beres kalau urusan begituan."
Bastian terheran melihat Ando, " lo mau berdiri di sana sampai kapan?"
Ando tersadar dari fikiran nya sendiri, setelah itu ia ikut duduk di sebelah Bastian. Dalam hati ia masih bertanya-tanya. Kenapa bisa pacar polos nya itu ngajak Bastian, kenapa tidak dia?
Ando melupakan sesuatu, bukan kah hari ini Bastian akan mengungkapkan perasaan nya. Bisa gawat! Ando tidak tau harus berbuat apa? Bagaimana menghentikan nya sangat mustahil bila mereka harus berdebat dan adu mulut lagi.
"Hallo," teriak Ecak sangat nyaring.
Mereka berdua terkejut, belum lama larut dalam pemikiran masing-masing mereka telah di kejutkan dengan ke datangan Ecak dan Mitra, " berangkat ayok!"
Mitra menghampiri Ando, " pacar, lo bawa mobil ya!" Mitra memberikan kunci mobil Eca pada Ando.
Ando terheran, sejak kapan Mitra bersemangat menyebut nya sebagai pacar. Apa mungkin Mitra sudah mulai punya rasa sayang padanya? Mungkinkah? Ando sendiri saja tidak tau, apakah dia benar-benar sayang dan cinta sama Mitra. Karna di dalam hatinya masih tersimpan rasa ragu akan hal itu.
Bastian terlihat diam, " Bas. Duduk bareng gue ya di belakang," pinta Eca.
Bastian mengangguk. Ia berdiri dari duduk nya, dan siap memasukkan barang bawaan ke dalam mobil Eca.
Mitra menyusul Bastian, begitupun yang lain nya. Mereka memasuki mobil, dan Ando menyalakan musik lebih dulu. Jujur ia merasakan ketegangan suasana pada saat itu, dimana Bastian yang selalu diam. Setelah tau tetang Ando dan Mitra jadian.
***
"Bas lo kenapa si diem mulu dari tadi? Masuk angin ya?" tanya Mitra menoleh ke belakang.
"Ngga ada topik Mit, mangkanya gue diem."
"Aku bikin topik dulu ya," ucap Eca dengan mata terpejam, tanpa sadar tangan nya memegang kepala Bastian. Ia memainkan rambut nya.
Bastian juga diem di perlakukan seperti itu. ia melirik Eca,"Lo ngomong. Tak kirain tadi molor."
Ecak nyerocos, " gue udah bela-belain nahan kantuk. Dan sekarang lo malah menjatuhkan pembelaan gue?"
Mitra menggeleng, " Ecak gue tau lo belum sadar sepenuhnya. Jadi jangan ngomong dulu deh."
Ecak terlihat lesu. Ia mulai ngoceh lagi, " sebenarnya gue pengen makan bakso, udah lama ngga makan seblak, padahal dulu sering makan sate, eh setelah liat tukang mie ayam, jadi ke inget sama martabak." Ecak mengeluarkan unek-unek nya sambil mengacak rambut Bastian, tak lupa suara nya yang serak tapi masih jelas di dengar.
"Gue sih bodoamat Cak sama keinginan lo. Kalau udah tidur semua yang lo mau bakal ilang juga. Tidur aja yang pules," bisik Bastian di telinga Eca pelan.
Ando hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman Mitra.
***
Tak terasa waktu yang begitu terasa sangat cepat berlalu, hingga malam minggu di puncak mereka lalui dengan membuat api unggun di sekitar tenda.
Dengan posisi berbentuk lingkaran itu, memudahkan Mitra untuk mengenali satu persatu dari kebanyakan teman satu sekolahnya. Siapa sangka, yang di Mitra kira hanya dia dan Eca yang di ajak. Ternyata di diluar dugaanya.
Mitra duduk di sebelah Bastian, dengan Mitra yang memegang gitar milik Bastian sendiri. Mata Mitra tertuju pada seseorang, ternyata dia juga ikut dalam acara ini.
"Yang ngajak Lisa pasti Ando kan?" tanya Mitra kepada Bastian yang sedang melamun mungkin.
"Bisa jadi. Lisa kan ngga bisa jauh sama Ando," ketus Bastian jengkel.
"Ando mungkin juga gitu."
"Lo ngga cemburu melihat mereka berdua?"
Jujur. Mitra sendiri heran, ia tak merasakan cemburu sama seperti yang Bastian bilang. Hanya saja ia merasa. Bukan kah Lisa itu orang yang tidak baik bagi Ando? Lantas kenapa dia masih juga tidak mau menghindari nya.
"Mungkin gue cuma pelampiasan." Mitra tersenyum paksa, " gue juga ragu hal ini." ia berkata lagi.
"Mit." panggil Bastian.
Ia menoleh, " kenapa?"
"Lo ngga beneran suka kan sama Ando, lo ngga serius kan sama dia?"
Bastian berharap penuh, berharap perasaan nya selama ini terbalaskan.
"Gue suka sama Ando, tapi ngga serius." kata Mitra santai.
Bastian tersenyum lega, " kenapa lo terima waktu dia nembak lo?"
Mitra melihat ke arah Lisa dan Ando, " waktu gue kepanasan, jadi ribet ngga mau panjang lebar. Kalau gue tolak dia nangis mutiara, gue kan jadi ribet."
Sambil meracik beberapa rumput yang ada di dekatnya, Mitra melanjutkan perkataan nya, " tapi kan Bas, dulu hati gue pernah sakit waktu ngeliat Ando sama Lisa. Apa iya gue cinta sama dia. Tapi..."
Bastian meraih pundak Mitra, berusaha untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya.
"Lo itu ngga cinta sama dia, gue yakin hati lo hanya sakit karena melihat Lisa yang mulai meraih Ando lagi. Lisa orang nya kan ngga baik. Jadi sebagai teman lo merasa Ando sedang dalam masalah."
"Oh gitu ya? Lo cinta ngga sama gue?" tanya Mitra dengan mata yang penuh harap. Ia berharao jawaban yang akan Bastian katakan tidak akan menyakiti hati nya. Ia tak mau Bastian sama seperti Ando, yang hanya mempermainkan perasaan nya. Yang jelas Ando menjadikan Mitra pelampiasan.
Kenyataan nya, sangat jelas bahwa Ando masih cinta sama Lisa. Ia hanya berusaha membohongi hati nya sendiri. Sekarang saja dia tidak nolak, di dekati cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Serius [ END ]
Teen FictionKata polos bahkan sering kita dengar di dalam kehidupan nyata, entah itu tentang cewek polos atau lugu. Lalu bagaimana dengan kata polos yang hinggap pada seorang cewek yang mengaku diri nya adalah bidadari. Apakah tingkah polos yang ia perlihatkan...