Tigapuluhsatu 🍁

27 7 0
                                    

Jika kalian tak pernah melihat keringat bidadari, maka hari ini detik ini juga kalian bisa melihatnya. Mitra Anggelista Carsya seorang bidadari kasur sedang menikmati perjalanan siang hari yang begitu terik. Raja siang ikut memanas bahkan sangat rela membuat keringat Mitra mengucur deras di pelipis. Muka nya tak lagi berbentuk, berkerut sana-sini. Ia memantau keadaan sekitar mencari warung terdekat yang mungkin menjual minuman segar.

"Nah itu warung!"

Mitra terlalu bersemangat melihat warung kecil di pinggir jalan, ia tak peduli betapa ramai nya warung itu di penuhi segerombolan anak geng motor sepertinya. Mitra nyelonong masuk ke dalam nya, " Mas-mas marimas nya dong rasa mangga." pinta nya duduk sambil mengibas rambut menggunakan tangan kepanasan.

"Olahraga siang kak?"

"Malem. Yaiyalah siang ngga liat apa matahari yang nongol bukan bulan. Buta apa bisu? Perasaan..."

Apa? Itu muka apa tembok datar semua. Kok pada ganteng-ganteng ya? Anak siapa nih di kumpulin kesini? Perasaan yang ganteng hampir punah deh di telan sama Lisa semua.

"Hallo," sapa Mitra melambaikan tangan, muka nya berubah jadi meringis ketakutan habis ngomong yang mungkin menyinggung pihak bersangkutan.

"Hello. Hallo. Lo lagi nelpon?" sahut lelaki berkulit putih pucat kek mayat, " lagi memberi hormat kak." sahut Mitra.

"Anak siapa lo? Perasaan sekitar sini ngga ada cewek cantiknya?" kata lelaki berkulit kuning langsat.

"Gue baru lahir kak, jadi masih produk baru belum di pasarkan."

"Marimas nya mbak."

"Eh mas marimas udah selesai ya? Tenggorokan Mitra udah basah kembali mas." nyengir kuda beringsut dari duduknya membuka tas mencari duit.

"Ngga usah bayar. Yang cantik mah gratis di sini. Tapi bersyarat," ujar lelaki berkulit sawo matang.

"Syarat nya."

"Syaratnya adalah..."

Langsung saja Mitra mengeluarkan uang sebesar dua ribu rupiah. Tak perlu bersyarat yang pening tenggorokan nya sudah basah oleh marimas, " syarat nya bilang besok aja yang bang. Soal nya gue mau lanjut jalan."

Mitra kembali menenteng ranselnya, lalu orang di belakang menarik tanpa di suruh.

"Kenapa kurang ?" tanya Mitra berbalik.

Lalu lelaki berkulit kuning langsat menampakkan sosok nya dari belakang. Ia mengitari Mitra seraya meneliti setiap ekspresi yang Mitra perlihatkan.

Takut sih sebenarnya pasti! Namun seorang Mitra tak mau memperlihatkan itu, " kenapa, mau muka gue? Cantik kan?" tutur nya mencolek orang tersebut.

Namun lelaki itu membisu, tetapi mata itu mengisyaratkan ada makna di balik diam nya lelaki berkulit kuning langsat.

"Anak orang kaya, manja, cengeng, manja. Manja. Manja!" ucap lelaki itu seperti membaca puisi alay.

Mitra mendelik kesal, ia menarik tas nya memindahkan nya ke depan. " gue emang manja. Mangkanya gue cantik."

"Emang lo cantik. Tapi..."

"Ngga suka sama gue yang manja?"

"Kok bisa tau kalau gue itu.."

Mitra tak melanjutkan kata-kata nya, lelaki itu merangkul pundak nya lalu mendudukkan Mitra di kursi kayu panjang.

"Liat muka gue baik-baik," ujar lelaki yang berada di depan nya.

Mitra menurut saja. Toh mumpung ada muka gratis yang minta di tonton kenapa harus nolak? Batin nya.

Tidak Serius [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang