"Mamaaaaa."
Teriakan Mitra bergema seisi kamar nya. Suasana malam yang hening itu bahkan membuat suara Mitra terdengar sangat nyaring.
Mimpi buruk! Ya, bisa dikatakan ia mendapati mimpi buruk. Tapi bagi Mitra itu ialah mimpi indah. Dimana bertemu dengan sang Mama. Mama tercinta yang telah setahun lalu meninggal dunia.
Di dalam mimpi itu terlihat Mama nya sedang tersenyum menatap Mitra, lalu Mama nya melambaikan tangan seolah-olah ingin mengajak berbelanja.
Ups sorry! Bukan berbelanja. Seperti nya Mama ingin mengajak Mitra pergi ke suatu tempat, entah itu dimana. Tempat itu penuh dengan cahaya yang berkilau. Apa iya itu club? Tidak mungkin! Itukan tempat surga. Dimana tempat orang baik daan taat berada di sana.
"Semoga mama tenang disana, Mitra disini udah gede jadi bisa jaga diri, dan juga Mitra ngga pernah nangis." lirih Mitra mencoba menenangkan hati nya sendiri.
Barusan ia bermimpi tentang Mama, mungkin Mitra sedang merindukan sosok seorang ibu.
Ting..tong..
Sore hari ini, untuk Mitra yang belom begitu sadar dari mimpi langsung di kejutkan suara bel yang berbunyi. Ia langsung melenggang keluar, memastikan sesorang yang mangganggu tidur sore nya.
"Siapa sih? Masih sore saja sudah berkunjung. Bukan nya jadwal berkunjung belum di buka."
Dengan jalan yang sempoyongan Mitra berjalan berniat membuka pintu.
"Hallo siapa di luar? Gue di dalam." teriak Mitra nyaris tak di dengar orang itu. Mungkin mereka tuli Mitra yang budeg.
Setelah ia buka pintu. Seketika mata nya membulat kaget dan bahagiaa.
"Papa."
Pelukan rindu jatuh pada dada bidang milik sang Papa Zailani Artodinata, itulah papa Mitra.
"Mitra. Papa rindu sama kamu," ucap Zailani mengusap lembut kepala anaknya.
"Mitra juga rindu, kenapa papa baru dateng. Bukan nya Mitra ngga mau main kerumah papa. Tapi Mitra juga sibuk loh." kata nya manja melonggarkan pelukan sang Papa.
Mitra mempersilahkan Papa nya masuk lalu mereka duduk di sofa kecil. Mirta menuju dapur membuatkan minum, setelah itu ia balik duduk di samping Papa nya.
"Papa datang hari ini, ada yang ingin papa katakan pada mu."
"Apa itu?" tanya nya heran.
"Papa mau kamu pindah kerumah papa. Jangan tinggal di apartemen sendiri, kamu gadis loh." jelas Papa langsung ke inti pembicaraan.
"Tapikan pa, rumah papa itu jauh dari sekolah nya Mitra."
"Itu ngga masalah sayang, kamu tinggal di anter jemput sama supir, ngga perlu repot bawa mobil sendiri."
Benar juga, bukan nya Mitra ini bidadari ya. Yang hanya perlu duduk, lalu menyuruh sesorang melakukan nya. Eh tapi Mitra tak semanja itu.
"Gimana kamu mau kan?"
Mitra masih belum menjawab. Ia masih berfikir dengan tawaran Papa nya.
"Kalau kamu setuju, uang saku sekolah papa tambah tiga kali lipat."
"Haa tiga kali lipat Pa." teriak nya histeris mendekati sang Papa. Tanpa harus berfikir pun, tentu saja Mitra menyetujui tawaran uang.
"Mitra setuju," ungkap nya sembari memeluk sang Papa.
Papa paling tau deh. Apa yang sedang di inginkan oleh anak nya.
"Ok, nanti malem supir jemput kamu. Sementara sore ini kamu beres-beres pakaian, jangan tidur terus nanti kecantikan kamu pudar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Serius [ END ]
Teen FictionKata polos bahkan sering kita dengar di dalam kehidupan nyata, entah itu tentang cewek polos atau lugu. Lalu bagaimana dengan kata polos yang hinggap pada seorang cewek yang mengaku diri nya adalah bidadari. Apakah tingkah polos yang ia perlihatkan...