Tujuhbelas 🍁

39 11 1
                                    

Malam yang sunyi berkabut di sertai semilir angin yang tetap mengalun membuat seorang gadis bidadari ini bersembunyi di selimut tebalnya, bersemayan di atas kasur empuk serta tebal doraemon.

Seperti biasa seorang Mitra melakukan ritual awal, yaitu berhalusinasi sebelum tidur.

"Coba aja gue punya boyfriend yang nyatain cinta nya dengan serius, bukan abal-abal. Coba aja Ando yang ganteng itu tidak angkuh! Pasti jalan menuju gelang tidak terlalu panjang, coba aja Ando sama seperti cowok di kebanyakan novel, romantis dan humoris. Walau ujung nya sad ending. Coba ajaa—ahhh gue capek."

Mitra menutup muka cantiknya dengan kedua belah tangan, lalu langsung menarik selimut tinggi-tinggi hingga hanya menyisakan kepala saja.

"Ternyata pura-pura bahagia itu tidak meyenangkan. Yang mengenangkan itu pura-pura kaya." jelas Mitra masih memikirkan hal bodoh sebelum ia benar-benar terlelap.

***

Dua pasang kaki sedang ber-irama menyelusuri koridor sekolah dengan sepatu hitam bersih yang melengkapi penampilan mereka. Pemilik dua pasang sepatu itu ialah milik Bastian dan Ando yang tengah berjalan cool memasang muka santai.

Bastian berdehem sambil bersiul melantunkan pujian nya untuk sang sepupu, " Ando Diandrasyah nama yang keren sesuai muka dan bakat. Pintar hanya dalam satu bidang, jago basket, handsome, tajir, most wanted," ucap Bastian mantap memuji sepupunya dengan mengacungkan dua jari jempol.

Ando yang merasa Bastian banyak bicara akhirnya merasa terganggu.

"Ngomong terus! Noh liat teman lo kan itu?" tunjuk Ando dengan dagu nya mengarah ke arah target.

"Girlfriend gue, kenapa cantik kan? Jangan bilang lo naksir." selidik Bastian memincingkan mata ke arah Ando garang.

Karna tidak pernah menurutnya Ando menegur kan Mitra, bukan menegur sih tapi me... Ahhh entahlah.

Mitra bidadari cantik itu tampak ceria. Satu tas di gandeng, rambut terurai bebas, dan tak luput dari dosa. Eh salah, maksud nya tak lepas dari senyum yang menggoda. Ia terlihat masuk ke ruang Perpustakaan.

Di sisi lain Ando sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Bastian yang sedari tadi bertanya A-Z. Ando tetap pada niat nya, ia berniat untuk mencari tau apa kegiatan cewek yang menurut nya sinting pagi-pagi buta masuk Perpustakaan. Ando harus menyelidik, bukan penasaran tapi ia hanya kepo.

"Eh..eh..eh...lo mau kemana bambang?"

Bastian menarik tas Ando yang melangkah maju lebih dulu.

"Bapak gue Anton. Paman gue Keton. Kakek gue Kentong. Kakek moyang gue.."

"Kentongan."

Bastian menyahut sambil menggampar pelan pipi Ando. Lagian sepupu nya itu sudah rada bawel sih.

"Kenapa lo manggil gua bambang haa?"

"Lo mau kemana haa? Sialan. Jangan bilang lo mau deketin cewek gue, lo mau kejar dia dan rebut di...."

"Diam!" pekik Ando geram pada Bastian yang ngomel terus memakinya.

"Harga terasi masih sama. Lo yang bocah diam di tempat atau gue pasung di monas." ancam Ando membuat Bastian tak berkutit.

Padahal Ando punya niat setan untuk mengerjai Mitra, yapss! Sekarang ia harus mendiamkan Bastian terlebih dahulu.

***

Di dalam ruang Perpustakaan di kala pagi hari buta masih sepi. Sepi kayak hatimu.

Mitra sudah terlihat oleh mata tajam Ando. Mitra terlihat sedang memilah buku yang hendak ia jadikan koleksi di kamar nya. Yaa walaupun minjam, dia tak berminat membaca.

Tidak Serius [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang