Tigapuluhenam 🍁

24 5 0
                                    

Ocehan ringan kembali membahana di ruang tengah rumah mewah Mitra. Di sana sudah terdampar Aziz yang selojoran di lantai bawah sambil memerhatikan Mitra ngomong. Sedangkan Mitra dengan posisi terlentang di atas sofa.

Sudah dua jam lama nya mereka menunggu Papa Mitra pulang ngantor. Karna Mitra menyuruh Papa nya untuk membeli makanan. Dua sejoli itu memang tak pandai menghargai orang tua, tau nya hanya suruh-suruh.

Mitra ngomel sendiri di kala malam hening yang semangkin lama semangkin larut tenggelam.

"Kupu-kupu cantik tidak akan hilang jika di sana masih ada bunga memiliki madu yang banyak."

"Maksud lo?"

"Iya Lisa ngga akan pergi kalau cowok ganteng di dekat nya masih banyak."

Mereka berdua itu sedang memperdebatkan masalah hubungan Lisa dengan para cowok yang selama ini ia dekati.

Aziz menyipitkan matanya, " kalau lo gimana? Masih suka tarik-tarik cowok ganteng ngga?" tanya Aziz.

Mitra bersemangat menggebrak meja tepat di depan mereka, " masih lah....gue ngga mau kalah saing sama Lisa." sahut nya membanggakan diri.

"Yakin lo bisa menang?"

"Yakin lah..."

"Oh lo kan bidadari ya?"

Mitra memberikan anggukan setuju, " bidadari kelas atas."

"Muka lo. Bidadari kok pernah nangis."

Yang ini nih malu-maluin. Kenapa juga si Aziz ungkit masalah bidadari yang nangis. Harga diri Mitra kan jadi turun drastis dengar nya. Jadi down gitu. Harus di alihin nih omongan nya ngga bener ni anak.

"Ngomong-ngomong lo ngga balapan lagi gitu. Ngebut-ngebut di jalanan pake motor sport lo itu?" tanya Mitra.

Tiba-tiba saja ia teringat dengan Aziz dan geng motor nya yang hobi balapan. " Ngga teman gue pada tobat, ngga mau ngebut lagi katanya..."

"Katanya..." ledek Mitra.

Ia tahu betul bahwa Aziz berbohong. Sekali nya hobi ya tetap hobi lah. Mana mungkin bisa tobat secepat itu.

"Gini ya Ziz, kalau lo patah hati sama tu Lisa. Lo balapan aja di jalanan biar bisa terluapkan tu emosi."

"Di jalanan bahaya Mit. Lo mau gue celaka apa?"

"Kalo jatuh palingan cuma cium aspal doang. Masa anak balap takut jatoh sih!"

"Enak ya ngomong."

"Emang."

Mitra menjulurkan lidah nya mengolok Aziz yang mulai kesal dengan ide teman nya itu. Tahun ke tahun gesrek nya semangkin bertambah bahkan tidak berkurang sama sekali.

"Awas ya. Kalau gue liat lo nangis, dan gue jadi orang pertama yang bakalan ketawa sepuas-puas nya."

"Jahat!" seru Mitra manyun.

"BODOAMAT!"

Untung gue nangis ngga pernah ketahuan sama tu orang. Bisa gaswat nih harga diri gue.

***

Cahaya Rembulan telah tergantikan oleh Sang Raja Siang. Siang itu bahkan tak menghentikan kegiatan dua sahabat bobrok untuk nguntit tak jelas di sekolah nya.

Ruang Osis.
Ya ruang osis. Ruang di mana para anggota osis berkumpul. Disana sudah ada beberapa yang datang berkumpul untuk mengadakan acara rapat. Rapat mengenai siswa yang cinta nya di gantung, dan bertepuk sebelah tangan. Ck! Ngga penting banget sih topik nya. Dan... Yang lebih ngga penting itu ialah, dua sekawan yang sedang  ngintip tidak jelas.

Tidak Serius [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang