12

1K 208 48
                                    

==============
Mata
Yang
Berkaca-kaca
==============

Hari pertama kegiatan kampus tadi pagi diwarnai debaran gugup yang hampir sulit dikendalikan. Tangan Gendis terasa dingin, tengkuknya dingin, keringat yang berbutir-butir di kening juga dingin.

Dia tercatat sebagai mahasiswa Faculty of Arts & Social Sciences dengan jurusan yang dipilihnya Political science. Banyak dari temannya semasa di bangku sekolah menilai Gendis tidak ada "tampang" anak yang punya minat di ilmu politik. Gendis di nilai bukan gadis yang vocal, atraktif dan sejenisnya. Ia cenderung tidak banyak bicara dan kurang aktif di organisasi sekolah, jika terpaksa diwajibkan, baru Gendis lakukan.

Namun yang teman-temannya tidak tahu, Gendis selalu terpesona melihat kiprah para tokoh besar di dunia yang sohor dengan segala sepak terjangnya seperti Nelson Mandela, Margaret Thatcher, JFK dan banyak lagi. Ada juga tokoh dalam negri yang menurutnya punya kemampuan komunikasi politik yang handal selain Soekarno, seperti Syahrir, Tan Malaka, Agus Salim dan lain-lain yang biografinya dia baca tanpa sengaja di perpustakaan sekolah. Sejak itu, diam-diam dia menaruh minat pada tokoh-tokoh yang memiliki ide besar dengan melakukan perubahan besar di dunia.

Padahal nilai dia tidak bagus-bagus sekali. Hanya berada satu tingkat di atas nilai rata-rata, dan tidak menaruh harapan besar mendapat beasiswa. Namun rupanya pihak NUS Singapura tertarik pada esai yang dia buat tentang  minat dan gairahnya, kenapa memilih fakultas dan jurusan tersebut. 

Dugaan tentang yang memiliki rangking lah yang bakal kena jaring, ternyata salah. Gendis juga lolos wawancara via Skype—mereka yang meminta wawancara jarak jauh ini, karena dia tidak bisa datang ke kampus untuk melakukan tes wawancara.

Entah bagaimana dan datang dari mana kekuatan percaya dirinya waktu lakukan wawancara, Gendis sangat lancar dan terperinci, juga sistimatis mengeluarkan kemampuannya menjabarkan hasratnya, mengapa tertarik menulis esai itu. Mungkin karena Gendis nothing to lose dan tidak berekspektasi berlebihan—
membuatnya tidak terlalu gugup dan lancar saja mengemukakan gagasannya. Nyatanya mereka terkesan. Padahal Bahasa Inggrisnya amat standar. Tapi mereka menghargai esainya dibanding segala indikator prestasi lainnya, yang biasa-biasa saja.

Maka dari itu, sekarang dia merasa kesal dan tidak mengerti kenapa begitu gugupnya menghadapi hari pertama, padahal jelas-jelas dia sudah diterima. Dia sudah tercatat secara resmi di kampus ini.

"You lebih memerlukan ini dari pada I," seseorang tiba-tiba menyodorkan kemasan minuman kotak yang belum dibuka.

Gendis tersipu malu pada gadis berkaca mata dengan perawakan sintal yang baru saja menawarinya minuman. Sempat sungkan, namun akhirnya diterima juga dengan malu-malu. Mereka kemudian berkenalan. Gadis itu bernama Halimah, asal Johor Malaysia. Sama-sama mahasiswa baru. Mereka terlibat percakapan yang kaku, namun saling berusaha mengakrabkan diri masing-masing. Ada baiknya bagi Gendis, ia jadi melupakan perasaan gugupnya, dan perlahan menentramkan diri dengan baik.

Itupun setelah mereka kehabisan bahan percakapan dan Gendis membuka buku Ratna untuk mengatasi rasa canggungnya.  Kalimat dibuku itulah yang paling menguatkannya. Bunyinya begini;

Lingkungan baru sama mendebarkannya dengan memasuki hutan di gunung yang baru pertama kali di daki.
Tapi jangan ciutkan nyali
Ingat terang-terang
semua hutan menyimpan kenyamanan yang sama
Hawa mereka sama
Dingin dan sejuk
Oksigen yang kau hirup nanti, sama
Tanah yang kau pijak sama
Langit yang memayungi juga sama
Kau hanya perlu sedikit usaha mengenal tentang
Jenis pohon yang bisa saja berbeda
Tapi rindang mereka pasti sama,
andai tanganmu tidak jahat menebangnya
Mungkin jenis buah liar mereka bisa saja berbeda
Tapi manisnya akan sama
andai matamu jeli tidak memilih yang beracun
Mungkin binatang yang kau temui bisa berbeda dan menyeramkan
Tapi kakimu hanya perlu sedikit gesit dan lebih pintar menghindar
Tak ada yang kau hadapi di hutan perawan yang benar-benar baru
Anggap saja dia sudah mengenalmu lama
Dan
Kau sudah mengenalnya lama
Sebentar ... dan hanya perlu sebentar saja
Sebelum kau dan hutan perawan akan menjadi karib

DARAH MuDA (2) SURYOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang