30

1.2K 242 86
                                    

=======
Tresno
=======

Semua orang tahu dan alami jatuh cinta dengan banyak macam dan versinya masing-masing. Gendis tahu juga kedahsyatan orang jatuh cinta dari tokoh-tokoh novel yang dibacanya, atau dari beberapa teman sekolah yang kadang tak sengaja mencurahkan isi hatinya. Namun  saat itu dirinya hanya bisa menebak — dikira-kira saja. Mungkin rasanya sama seperti saat dia mengidamkan sepatu, baju atau sekedar bando yang dilihatnya entah di Mall, pasar, di majalah kadang-kadang. Begitulah kira-kira perasaan jatuh cinta.

Dan saat ini Gendis alami apa itu jatuh cinta. Langsung merasakan bagaimana rasanya. Dan ia menulis di buku Ratna, dibagian belakang—ada dua lembar kosong.

Begini kah rasanya menyayangi
Menyenangkan sekaligus ingin menangis
Sama seperti ketika Jul ayamku yang terpaksa dipotong saat lebaran tiba
Aku menyayangi Jul 
Dia ikuti terus saat aku menyapu halaman padahal telah kuberi makan
Mengekor di belakangku tanpa bersuara
Jul menyayangiku
Aku cuma tahu saja
Dia bahkan tahu akan dipotong
Mungkin dia juga tahu aku menangis  saat mencabuti bulunya
Menyayangi itu disadari rasanya besar dan menggunung  justru saat menangis
Begini lah rasanya saat ini
Sama
Sesaat setelah tanganmu melepas genggaman
Menungguku masuk dan menutup pintu
Aku berlari ke kamar
Dan menangis
Saat itu juga aku tahu
Menyayangi Kamu itu menggunung besarnya, Kak Yo ...

❇️

Hari ke hari berjalan, hingga bulan terus berganti, sebagaimana dunia ini memutar waktu semestinya. Hanya saja bagi Gendis, waktu seolah berputar di perasaannya saja. Perasaan yang memupuk rasa sayang dan bahkan mungkin cintanya. Semakin tumbuh mesra, berbunga warna warni indah.

Semua putaran waktu berpusat di perasaannya. Semesta seolah hanya bekerja demi  kelangsungan hidup  kalbunya saja. Seperti angin yang berhembus adalah bisikan kalbunya. Daun daun yang jatuh adalah irama kalbunya. Bunga-bunga yang bermekaran adalah wangi cintanya. Di luar semua itu, dunia kampusnya, orang-orang yang berjejalan di commuter, atau teman-teman baru, hanya lah para piguran  agar dunia seolah tidak hanya berisi dirinya dan SA.

Bahasa cintanya sunyi. Dia dan SA lebih sering bermesraan dalam diam, mencumbu dalam sunyi, berenang di kedalaman tatapan mata. Sementara mulut keduanya lebih banyak canda tawa, atau ... bisa banyak cerita tentang segalanya, kecuali cinta dan rasa sayang. Khusus dua hal spesial itu. Mereka hanya bicara lewat tatapan dan relung hati. Mereka punya bahasa sendiri ... bahasa kalbu.

SA seperti membimbing Gendis pada kenikmatan mencintai di level paling tinggi. Menarik paksa pada tahapan paling agung. Abai pada fase fase mencinta ala gadis seumurannya. Yang mengurai cinta lewat bicara, menuntut sayang dengan segala ucap yang manis, atau membumbui cinta dengan segala pengakuan-pengakuan. Tidak ada ucapan selamat pagi, selamat malam, selamat tidur sayang di pesan pesan teks mereka. Tidak ada pertanyaan, sudah makan belum? Sedang apa kamu sayang? Kamu sayang tidak ke aku? Seberapa besar sayangmu ke aku?

Jangan harap SA memberi arah model picisan begitu. Dia membawa Gendis melompati hal manis manis yang memabukkan seperti itu. Bukan candu yang SA tawarkan, tapi membimbingnya pada kematangan rasa. Romantismenya adalah energi yang lebih menggetarkan jauh melampaui kata-kata. Rasa pengertian yang sangat tinggi dan kematangan sikap yang dicontohkannya.

Seperti saat Eep bertandang dan mengajaknya makan ke bawah. Gendis tak bisa menolak karena Eep memang ingin bicara serius dengannya. Wajahnya layu dan terlihat gamang.  Setidaknya itu yang ditangkap Gendis. Jika seseorang datang dan mempercayakan pembicaraan yang paling pribadi padanya. Itu sama saja ia mengemban kepercayaan orang. Apalagi dari seorang Eep. Orang dengan kematangan dan pembawaan yang baik, sopan dan menghormatinya. Tak ada alasan buatnya berlaku sombong dengan menolaknya.

DARAH MuDA (2) SURYOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang