Menjalani kehidupan sendiri diperantauan, membuat aku sadar bahwa pertemuan dengan orang tua sangatlah berharga.
Tiap jam bersama bapak ibu adalah yang paling tidak bisa digantikan.Jika tak ada dia, mungkin aku sudah benar-benar menyerah.
Aku yang sering merebak airmata karna terlalu lelah,
Melulu dalam suasana hati yang uring-uringan tak mau dibantah,
Selalu merasa iba pada diri dengan segala yang membebani.Aku jadi tak merasa sendiri.
Pintu kos-kosan terasa ringan terbuka saat aku paham, akan bertemu dengannya dipenghujung hari.
Menyalurkan segala resah, pedih dan rindu orang tua padanya.Dia yang menyambut dengan senyuman sederhana penghangat suasana.
Menghadiahi tepukan ringan di punggung agar aku bisa lebih tenang.
Lalu menyapa dengan suara khasnya yang mampu mendamaikan.Dia yang seperti rumah...
Memberi tempat untuk letihku singgah,
Membiarkan pilu di dadaku enyah,
Lalu menyediakan ruang untukku tak lagi merasa jengah.
Aku jadi tidak mencurahkan apa-apa pada seseorang yang entah.Dia yang seperti rumah...
Ada kedamaian dalam setiap rengkuhan
Hangat menjalar dari sorot yang di berikan
Dan ada nyaman yang menjadikan aku merasa aman...Dia yang memang akan menjadi rumahku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (30 Days Writting Challenge)
Short StoryKuceritakan bagaimana 30 hariku berjalan. Mungkin sama biasanya dengan hari-hari kalian, atau sedikit menyedihkan. Tak menutup pula untuk bahagia. Ikuti saja. Kita sama-sama sedang mencoba bertahan, bukan? Didedikasikan untuk para teman tulis di @nu...