Perbedaan

15 10 0
                                    

Ironi.
Saat beberapa pasangan memilih mundur setelah melewati banyak perbedaan dalam hubungan.

Bukankah dari awalpun sudah minim kesamaan?

Nyatanya, alasan seklise perbedaan malah dijadikan tumbal.

Lagipun, tidak mungkin pria dan wanita akan punya meruah kesamaan sedang dari tampilan saja sudah berbeda.

Wanita yang selalu mengutamakan perasaan untuk apa-apa yang terjadi.
Lalu pria memegang teguh logikanya guna mempertahankan harga diri sebagai kepala disebuah hubungan.

Jika disandingkan, sebenarnya sama-sama saling membutuhkan.

Jika wanita penuh perasaan, logika pria harusnya meluruskan.
Jika perasaan wanita tak menyelesaikan, logika pria sebaiknya memberi keputusan.

Benar, bukan?
Berhenti di tengah jalan itu bukan akhir dari logika pun perasaan.
Itu hanya ego manusiawi yang tak mau dikalahkan.

Namanya perbedaan itu selalu menimbulkan beberapa konflik yang jika tak ada kata mengalah, malah akan menghancurkan.

Lucu saja, kan?
Saling membutuhkan malah enggan memaafkan.

Aku tidak pernah tau bagaimana perbedaan itu malah akan menjadi indah.

Tapi nyatanya, takkan ada manusia yang serupa.
Pun wajah terlebih sikap dan pendapat.

Jika sama, takkan ada namanya keseruan.
Karna berbeda, hidup jadi lebih berwarna.

Senandika Cinta (30 Days Writting Challenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang