Cinta Pertamaku

144 20 5
                                    

Ah, jadi hari ini tentang cinta pertama?

Hm, sebenarnya, tiap-tiap insan punya kesan tersendiri mengenai cinta pertama.
Membahagiakan pun mengecewakan.

Aku mengalami keduanya.

Waktu itu, saat aku masih remaja di sekolah menengah pertama. Dia laki-laki pertama yang membuat segala perhatianku tercuri.
Apa saja yang dia lakukan, selalu terlihat keren. Tak pernah cela.
Ck, anak remaja memang selalu melebihkan.

Tapi ternyata benar terus berlanjut. Aku dan dia akhirnya sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.
Aku membumbung tinggi sekali waktu itu. Jalanku terasa penuh dengan bunga.

Lalu akhir menyedihkan terjadi. Jalinan asmara picisan itu terputus begitu saja tanpa rasa empati.
Aku kecewa. Marah. Sedih. Terluka.

Sampai aku lupa, bahwa sebenarnya cinta pertamaku sedang berjuang di tempat lainnya.

Dialah yang kini mulai semakin berwarna abu, tapi tetap semangat mengangkat bahu.
Yang punya tangan kasar, menyimpan banyak kehangatan.

Kerutan yang membuat tiap inci diwajahnya mengeriput.
Punggung yang mulai layu, tapi terus tertempa dan semakin kaku.

Aku lupa cinta pertamaku yang sebenarnya.
Harusnya aku dekat. Sering memberi rangkulan erat. Lalu memberi makna bahagia pada kerutannya yang semakin sarat.

Ah, jika kemarin aku tersipu sendiri, sekarang mataku malah basah tak terbendung lagi.

Bapak...
Sehat selalu, ya.

Senandika Cinta (30 Days Writting Challenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang