Masih tentang bagaimana aku menyelesaikan masa-masaku di perantauan.
Sungguh banyak cerita semasa itu. Meski minim rasa senang, tapi memberi banyak pelajaran.
Aku tipe orang yang meledak-ledak kala emosi, tapi mudah luluh pula saat melihat sedikit perubahan dari seseorang.
Padahal nyatanya, sementara saja semua begitu. Akhir-akhirnya, kembali seperti semula.Karna terus disakiti dan beralih menjadi menyedihkan dalam hanya beberapa waktu, dia membuatku bingung untuk bersikap.
Kerap kali aku marah padanya. Tapi tidak bisa meluapkan karna kadang, pun aku menjadi iba.
Perasaan yang membingungkan.
Sebagian besar rasaku adalah kebencian.
Tapi sedikit rasa kasihan malah lebih banyak mengambil porsi.Aku tersenyum di depannya.
Tapi mengumpat tak henti di balik matanya.
Lalu menangis terlalu tersedu akibat ulahnya yang kembali menyakitiku.Menahan semuanya menjadi satu sungguh melelahkan.
Dia tak mengerti.
Selalu tak peduli.
Sedang aku semakin hari terus merasa dilukai.Dan perasaan yang membingungkan itu membawaku dititik ini.
Titik di mana janji terikrar dengan sepenuhnya kesadaranku.
Setelah ini, setelah semuanya berakhir...
Aku tidak lagi ingin berurusan dengannya.Begitulah.
Perasaan yang membingungkan sudah memutuskan akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (30 Days Writting Challenge)
Short StoryKuceritakan bagaimana 30 hariku berjalan. Mungkin sama biasanya dengan hari-hari kalian, atau sedikit menyedihkan. Tak menutup pula untuk bahagia. Ikuti saja. Kita sama-sama sedang mencoba bertahan, bukan? Didedikasikan untuk para teman tulis di @nu...