Sering sekali dulu itu, kecewa menjadi rasa yang seolah paling ramah menyapa.
Masa remaja dipenuhi dengan segala drama yang jika dipikir sekarang malah membuat tawa menjadi gelak.
Mulai belasan tahun,
Setiap apa-apa yang terjadi benar-benar hanya mengundang satu rasa bernama kecewa.Kecewa karna seringnya tak mendapat dukungan untuk hobby yang sekarang malah sangat membantu untuk penyembuhan diri.
Kecewa karna acap kali gagal dibeberapa perlombaan dengan alasan tak masuk akal.
Ditambah lagi kecewa cinta yang selalu saja menjadi bumbu paling menarik dalam proses remaja menuju dewasa yang masih entah tak terlihat.
Lalu terus, bertubi kecewa lainnya ikut menghampiri.
Tapi sekarang, aku malah berpikiran bahwa kecewa itu terjadi sebab diriku sendiri.
Kecewa yang tercipta karna terlalu tinggi berangan.
Terlampau ingin mewujudkan harap.
Tergesa ingin mendapatkan pengakuan dari sekitar yang tak begitu sesuai mau.Sedikit-sedikit, mulai aku sadari bahwa sebenarnya kecewa tak begitu ambil porsi dalam sakit hati.
Sebab jika kita bisa meredam ego yang selalu meluap-luap,
Maka kecewa takkan pernah mengahancurkan sedikit harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (30 Days Writting Challenge)
Short StoryKuceritakan bagaimana 30 hariku berjalan. Mungkin sama biasanya dengan hari-hari kalian, atau sedikit menyedihkan. Tak menutup pula untuk bahagia. Ikuti saja. Kita sama-sama sedang mencoba bertahan, bukan? Didedikasikan untuk para teman tulis di @nu...