MH-14

216 38 2
                                    

💞

Dalam keadaanku saat ini, jatuh cinta itu jelas bahaya.

Bahaya untuk kesehatan hati dan juga untuk tujuan awalku. Mungkin sekarang balas dendam pada Irene sudah tidak berarti lagi jika aku benar-benar melibatkan hatiku.

Aku tidak bisa menyalahkan Chanyeol Oppa jika dia sudah jatuh hati padaku seperti katanya. Dan seharusnya aku juga tidak perlu takut jika hatiku sudah mulai bermain. Tapi tetap saja ada rasa was-was di dalam sana. Seperti akan ada sesuatu yang terjadi tengah menungguku.

"Kenapa kau melamun?"

Aku tersentak saat Joyi menepuk pelan bahuku. "Tidak. Aku tidak melamun."

Hari ini sudah seminggu lebih setelah Chanyeol Oppa sembuh. Dan saat itu, aku tidak memberikan dia jawaban apa pun, karena setelah dia menciumku, ketukan di pintu kamar membuat aku langsung buru-buru masuk ke kamar mandinya. Dan setelah berhasil menenangkan hatiku, aku pamit pulang pada Chanyeol Oppa. Ya, aku memang pandai dalam urusan melarikan diri. Dan aku tahu saat itu tubuh Chanyeol Oppa sedang sakit, jadi dia tak bisa mencegahku lebih keras. Tapi sepandai apa pun aku melarikan diri, aku jelas tahu bahwa sejak hari itu ada sesuatu yang sudah terjadi pada diriku.

Aku mulai terbiasa dengan semua perlakuannya. Perhatiannya bak seteguk air di gurun yang tandus. Setiap kali kami menghabiskan waktu, aku selalu merasa enggan untuk menyudahinya, dan jujur saja itu sangat mengganggu. Aku seperti terkena candu yang amat bahaya.

"Joyi..."

Sahabatku yang hari ini datang ke rumahku membawa beberapa oleh-oleh dari Eomma-nya yang baru pulang dari luar negeri menatapku.

"Kalau aku jatuh hati sungguhan pada Chanyeol Oppa, menurutmu bagaimana?"

Reaksinya seolah tidak terkejut akan ucapanku, bahkan dia tertawa sembari mencolek pipiku. "Jadi, ada yang sudah jatuh hati di sini? Eoh?"

Aku mendengus lalu memukul lengannya. "Maksudku, seandainya."

"Aish. Tidak usah mengelak. Semua terlihat jelas di matamu. Di sini, aku melihat wajah Chanyeol Oppa. Omo!"

Aku langsung memukulkan bantal yang tadi tengah aku pangku ke wajah Joyi hingga dia tertawa di sampingku.

Malam ini, sahabat wanitaku ini menginap di rumahku. Dia yang tadi duduk bersandar bersamaku di atas ranjang kini bersilah agar lebih bisa fokus padaku.

"Aku takut Joyi."

"Wae?"

"Aku memulai semua ini dengan tidak sungguh-sungguh. Jika hal buruk terjadi bagaimana?"

"Hal buruk? Misalnya?"

"Chanyeol Oppa mengkhianatiku, seperti Suho, misalnya? Atau... Atau aku yang membuat semuanya kacau, bagaimana?"

"Hei... Kenapa kau jadi pesimis begini?"

"Aku tidak tahu Joyi. Rasanya aku tidak siap jika sekali lagi harus patah hati."

"Hmm. Arraseo. Semua terserah padamu Wendy. Tapi kau harus tahu. Dalam cinta tidak selalu ada bahagia, karena akan selalu ada sedih yang menyertainya. Dan jika kau belum yakin maka jangan lakukan."

"Menurutmu apa yang bisa membuat aku yakin?"

"Jalani saja dulu. Seiring berjalannya waktu kau pasti akan menemukan jawabannya."

"Kuharap begitu."

"Nde. Sekarang kita tidur ya, sudah malam."

Joyi yang malam ini mengenakan piyamaku langsung berbaring dan menarik selimut hingga di atas dadanya. Lalu saat ia mematikan lampu yang ada di atas nakas tak jauh darinya aku pun melakukan hal yang sama. Namun sebelum benar-benar menutup mata, aku mengambil ponselku dan membalas pesan Chanyeol Oppa yang aku terima beberapa menit yang lalu.

Main Hati [fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang