MH-9

225 40 1
                                    


💞

Aku terbangun dengan wajah yang bersemu merah saat melihat benda yang melingkar di tangan kiriku. Senyumku bahkan tak berhenti mengembang. Rasanya aku tidak yakin yang semalam itu nyata, andai saja sekarang aku terbangun di rumah Joyi. Tapi kini aku berada di dalam kamarku yang bernuasa biru pastel seperti gelang yang tengah ku kenakan, dan itu cukup membuatku yakin bahwa semalam bukan mimpi.

Setelah pulang dari kafe semalam, Chanyeol Oppa memang mengantarku ke rumah Joy. Tapi pagi tadi aku harus terbangun dengan cepat karena Joyi buru-buru ke kampusnya, alhasil saat pulang ke rumah tanpa menyapa siapa pun aku kembali tidur dalam pelukan boneka beruangku yang menguasai penuh ranjang karena ukurannya yang sangat besar. Dan kini saat aku melirik jam weker yang ada di atas nakas. Aku langsung duduk karena menyadari sudah sesiang ini aku baru bangun.

Ya Tuhan, perutku bahkan terasa sangat lapar.

Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu dengan rambut yang masih basah aku turun ke lantai bawah.

Dan, senyumku langsung mengembang melihat sosok yang beberapa hari ini aku rindukan tengah duduk di sofa depan tv.

"Appa!" Aku segera menghambur dalam pelukan Appa yang justru tertawa sembari menepuk punggungku.

"Anak gadis baru bangun jam segini? Kalah sama ayam."

Aku tertawa mendengarnya, namun tak berniat untuk protes. "Kapan Appa pulang?"

"Semalam. Tapi sayang sekali anak bungsu Appa justru tidak ada di rumah."

"Hmm... Aku menginap di rumah Joy."

"Ya. Eomma sudah bilang."

Aku melepaskan pelukanku namun tetap bersandar di bahu Appa yang tengah menonton berita.

"Hari ini Appa libur?"

"Ya. Presdir sedang tidak punya acara apa pun setelah pulang dari Jeju. Dan dia bilang Appa boleh beristirahat hari ini. Wae?"

"Tidak apa-apa, hanya ingin seharian bersama Appa."

Dan tawa Appa yang selalu membuat hatiku merasa hangat kembali aku dengar.

Appa bekerja sebagai sekretaris Presedir Shinwa Grup. Perusahaan raksasa yang terkenal di Korea Selatan. Pemiliknya adalah orang yang amat di segani banyak orang, entah karena apa aku tidak tahu. Dan Appa bilang beliau beruntung bisa bekerja dengan bosnya, karena bosnya itu merupakan teman lamanya.

Untuk Eomma, beliau adalah dosen yang mengajar di Shinwa University yang ketua yayasannya tentu saja sang pemilik Shinwa Grup. Kalau Yunho Oppa, dia jadi manager di Shinwa, setelah mendapat rekomendasi dari pemilik perusahaan itu langsung.

Begitulah kehidupan keluarga kami. Yang terlalu bergantung pada Shinwa. Aku bukan tidak suka, hanya merasa, kenapa hampir satu keluarga bekerja di tempat yang sama.

Dan sejujurnya ini salah satu alasanku malas untuk kuliah, aku hanya tidak mau jika aku juga akan masuk ke perusahaan itu. Bukan apa-apa, aku tidak mau di kendalikan. Begitu juga yang Taeyeon Eonni katakan padaku. Makanya dia lebih memilih bekerja di toko bunga.

Tapi apa pun itu, aku bersyukur dengan hidup kami saat ini. Kami mungkin bukan orang berlebihan, tapi juga tidak kekurangan, cukup, bukankah begini saja lebih baik.

Kruuukkk...

Aku mendongak saat sebuah suara keluar dari perutku. Dan Appa justru menyentil dahiku. "Harusnya sayangi perutmu sebelum dia berteriak lebih dulu. Sana makan."

Main Hati [fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang