MH-6

257 39 3
                                    

💞


Setelah kencan pertama kami seminggu yang lalu, Chanyeol Oppa belum menemuiku lagi, dan itu sedikit membuat hariku terasa buruk. Bukan apa-apa. Dulu saat pacaran dengan Suho, tiada hari yang kami lewati tanpa saling bertatap muka. Entah dia yang datang ke rumah, atau malah aku yang pergi menemuinya. Jadi hubungan yang aku jalani bersama Chanyeol Oppa terasa tidak menyenangkan.

Bukankah dia berjanji akan membantuku sungguh-sungguh. Tapi sejak tiga hari yang lalu dia tidak membalas pesanku.

Menyebalkan.

Aku menarik selimutku untuk bergegas turun. Berjalan ke dapur aku membuka lemari khusus penyimpanan snack favoritku, dan sialnya hanya tersisa satu.

Ya sudahlah, nanti aku minta Eomma membelikannya untukku.

Membuka perlahan bungkusnya agar tidak ada yang jatuh aku duduk di sofa depan tv dengan mood yang buruk. Bahkan rasa keju dari snack ini tidak membuat hariku menjadi lebih baik. Aku menghela nafas lalu meletakkannya di meja, karena aku harus ke kamar mandi. Setelah mencuci muka dan menguras kantung kemihku, aku kembali dengan mood yang sedikit lebih baik. Namun sesampainya di sofa aku yang sudah duduk kembali berdiri saat menemukan bungkus snackku kosong. Semua isinya menghilang.

"Ah....!"

Aku berteriak sekeras mungkin. Lalu menghentakkan kedua kakiku bergantian dengan kesal.

"Waeguere?!"

Yunho Oppa yang datang dari arah dapur hanya dengan celana pendek tanpa baju terlihat panik.

"Oppa yang menghabiskan snackku?!"

"Oh, itu. Nde. Mian."

"Mian? Aish, jinjja! Ini snack terakhirku! Aku tidak mau tahu pokoknya Oppa harus ganti!"

"Arra arra. Nanti kita ke minimarket di depan."

"Shireo!!"

"Wae?"

"Oppa harus ganti sekaligus dengan pabrik-pabriknya!"

"Mworago?!"

"Aku tidak mau tahu!"

"Yak yak. Neo micheoso?"

"Ganti... Pokoknya... Ganti..." Aku sudah merengek sembari menangis lalu duduk di sofa dengan kedua kaki yang aku tekuk.

"Hei, Wendy! Aish, jinjja."

Aku merasakan pelukan di sampingku lalu kecupan di ujung kepalaku. "Mian. Oppa pikir karena tergeletak begitu saja, itu tidak ada pemiliknya."

"Geotjimal..." tentu saja, semua orang di rumah ini tahu, kalau itu snack kesukaanku, tidak ada pemiliknya bagaimana. Aish. Pembohong.

"Mian, mian, jeongmal mianhae... Sekarang berhenti menangis, dan rapikan penampilanmu, kita jalan-jalan, eotte?"

Aku mengangkat kepalaku untuk memastikan apa yang baru aku dengar. "Jalan-jalan?"

"Hmm. Jalan-jalan. Ke manapun kau mau."

"Ke manapun?"

"Ke manapun."

"Kalau ke Bali?"

"Aish. Itu luar negeri. Maksud Oppa ke manapun itu yang dekat-dekat saja."

"Aish, Shireo! Luar negeri atau tidak sama sekali!"

"Oke. Oppa pilih tidak sama sekali."

Main Hati [fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang