MH-16

251 40 10
                                    

💞

Sejak awal niatku sudah buruk. Maka aku tak merasa heran kalau ini yang akhirnya aku dapatkan.

Mempermainkan sebuah hubungan untuk tujuan balas dendam. Cih. Sekarang aku menerima akibat yang justru harus di rasakan oleh hatiku.

Patah, hingga nyaris remuk.

Aku berusaha berjalan melewati lorong rumah sakit sembari memegangi kepalaku. Entah kenapa rasanya bukan hanya hati tapi setiap bagian tubuhku terasa sakit.

"Wendy..."

Aku yang sejak tadi menunduk mengangkat kepalaku dan menemukan Junhoe Oppa berdiri di depanku.

"Gwenchana?"

Aku mendengus melihat wajah khawatirnya. Jadi inilah penyebab perubahan si dingin ini.

Rasa kasihan.

Tentu saja, dia pasti tahu apa yang terjadi padaku. Makanya dia jadi kasihan.

Ah... Mungkin di kepalanya sekarang dia sedang berkata: malang sekali kau Wendy.

Aku tertawa lalu berpegangan pada dinding, hingga akhirnya terduduk di lantai, dan entah sejak kapan tawaku berubah jadi raungan pilu yang aku pikir seperti suara dawai rusak yang di paksa bergesekan, dan aku meremas erat ujung kemeja Junhoe Oppa saat ia berlutut dan memelukku.

"Gwenchana... Wendy-ya... Gwenchana..."

Aku akan baik-baik saja.

Ya.

Aku akan baik-baik saja.

Aniya!

Aku tidak akan baik-baik saja. Ini sangat menyakitkan.

Sakit.

Tenggelam dalam kepedihan aku hanya mengikuti kemana Junhoe Oppa membawaku. Tubuh dan pikiranku benar-benar tidak selaras malam ini, hingga pada akhirnya motor milik Junhoe Oppa berhenti di depan rumahku. Mengucap terima kasih aku memberikan helm padanya lalu membuka pagar dan masuk. Hingga aku tidak ingat apa pun selain mengunci diri di dalam kamar.

💞

Menikmati rasa sakit yang di akibatkan oleh hatiku, aku tidak pernah meninggalkan kamarku semingguan ini. Appa dan Eomma sering datang dan bertanya apa aku baik-baik saja. Dan jawabanku selalu sama.

Aku baik-baik saja.

Meskipun jelas aku tidak baik-baik saja.

Bahkan Taeyeon Eonni selalu menyempatkan untuk membawakan aku makanan entah itu makan malam, atau sarapan sebelum pergi kerja karena aku tidak pernah melewati pintu kamarku. Sementara Yunho Oppa, dia tidak pernah menemuiku. Mungkin ia marah, atau apa aku tidak tahu.

Duniaku sedang berhenti berputar saat ini, semua seperti tak bergerak. Terdengar berlebihan, tapi begitulah jika sedang patah hati, bahkan beberapa hari yang lalu Joyi bilang, nikmati saja dulu, nanti saat semua terasa memuakan aku bahkan akan tertawa mengingat hari ini.

Apa benar akan begitu?

Kita tunggu saja.

"Aku ingin bicara denganmu."

Mengangkat kepala dari dada boneka beruangku, aku menoleh kearah pintu kamarku yang terbuka. Dan aku mendengus melihat sosok itu masuk tanpa meminta ijin lebih dulu.

"Wendy. Kau baik-baik saja?"

Aku berdecih lalu duduk mengamati wanita yang masih berdiri di depanku.

Main Hati [fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang