MH-19

383 41 5
                                    

💞

Setelah aku mengatakan jika aku lolos dan di terima di kampus kuliner bergengsi di Amerika, semua keluargaku merasa bangga. Seperti Eomma yang bilang bahwa beliau akan selalu mendukungku, Appa yang walau seolah tak rela namun berjanji akan meminta waktu khusus pada Presdir agar bisa menjengukku. Taeyeon Eonni bahkan berkali-kali memberikan semangat padaku agar aku bisa melakukan yang terbaik. Namun, saudara laki-lakiku selalu bisa membuat darahku naik ke atas ubun-ubun, dia justru bilang, aku pasti sudah melakukan kecurangan makanya bisa lolos, tapi di balik semua itu aku tahu dia juga bangga padaku.

Joyi dan Irene tak kalah hebohnya, bahkan Joyi sudah memutuskan saat libur kuliahnya nanti ia akan menemaniku di negeri Paman Sam tersebut. Dia bahkan akan rela bolak-balik jika di perlukan. Sementara Irene, dia akan jadi orang pertama yang akan membantuku jika aku pulang membawa gelar, soalnya dia bilang dia tidak sekaya Joyi yang bisa mendatangiku ke luar negeri.

Ngomong-ngomong soal Joyi dan Irene, keduanya tidak bisa seakrab dulu. Tentu saja, rasa kecewa yang dulu aku rasakan sepertinya tidak lebih dalam dari rasa kecewa Joyi pada Irene. Hingga mesti aku bilang kalau Irene sudah meminta maaf padaku Joyi masih curiga jika gadis itu punya rencana jahat, namun aku meyakinkannya bahwa Irene tetaplah teman kami seperti dulu. Dan sebelum aku benar-benar pergi kami sering menghabiskan waktu bertiga. Bahkan aku dengar dari Irene kalau hubungannya dan Suho sudah berakhir. Laki-laki yang merupakan sepupu jauhku itu sekarang tengah pergi ke kamp militer untuk tugas wajib militernya.

Sebelun ia pergi, dia sempat meninggalkan pesan bersama sebuket mawar merah untukku melalui surat yang isinya kurang lebih.

Aku tahu ini terlambat. Tapi aku mohon padamu Wendy, maafkanlah aku.

Suho

Hanya begitu saja namun rasanya semua masalah terselesaikan dengan baik.

Aku memang tidak pernah membenci Suho, sejak ia meminta hubungan kami berakhir pun, aku menerimanya dengan baik. Hanya saja aku terlalu sakit hati saat tahu temanku yang mengkhianatiku. Itulah alasanku selama ini malas menegurnya jika kami bertemu di acara keluarga, atau bahkan pernah mendo'akan hal buruk untuk nasib percintaannya. Tapi syukurlah semua sudah membaik.

Seminggu lagi aku akan benar-benar berangkat, semua keperluan sudah aku selesaikan. Tinggal mempersiapkan mentalku saja.

"Kau punya pacar baru lagi?"

Aku yang tadi tengah mengunyah snack favoritku sembari menonton drama korea menoleh ke arah Yunho Oppa yang berdiri di belakangku dengan kedua tangan di pinggang.

"Aish. Pacar apanya? Aku sedang nonton Oppa, jangan ganggu."

"Ck. Lalu kenapa sepupu Rosie ada di luar dan ngotot sekali ingin bertemu denganmu."

Aku menyemburkan snack yang sedang aku kunyah lalu berdiri menghadap Yunho Oppa. "Maksud Oppa, Junhoe Oppa?"

"Nde. Dia. Kenapa dia menemuimu?"

"Mana aku tahu. Mungkin dia mau mengambil sendal yang belum sempat aku kembalikan. Ah, iya. Aku lupa mengembalikannya."

"Sungguh? Hanya karena itu?"

"Molla. Biar aku temui dulu."

"jangan lama-lama."

"Hmm."

Aku segera membersihkan tanganku lalu berjalan menuju pintu, dan benar saja aku melihat Junhoe Oppa tengah duduk di kursi teras.

"Wuah, ada gerangan apa Oppa sampai kemari? Mau mengambil sendal?"

Main Hati [fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang