Ten - Kiss in the dark

419 32 1
                                    

Suasana sendu menyelimuti sebuah rumah duka di kawasan Gangnam. Para pelayat menunjukkan empati mereka kepada sepasang suami istri dengan sebuah pita putih berukuran kecil di tubuh mereka. Mereka adalah pasangan arsitek terkenal di Korea Selatan. Itulah alasan mengapa banyak sekali pelayat datang silih berganti.

Eunbin datang dengan pakaian serba hitam. Kedua mata bulatnya nampak begitu sayu dan berkantung. Tubuhnya terasa sangat lemah begitu melihat foto Hyunbin tengah tersenyum lebar dihadapannya.

Lee Hyunbin, putra bungsu dari tiga bersaudara pasangan arsitek itu adalah pasien pertama yang tak dapat ia selamatkan. Ia merasa sangat terpukul dan merasa bersalah.

Kyuhyun turut menemani Eunbin sejak semalam. Melihat Eunbin begitu kalut saat mendengar kabar dari rekan kerjanya membuat pria itu tak tega meninggalkan Eunbin seorang diri barang sedetik saja. Ia melihat sendiri bagaimana tanggung jawab Eunbin sebagai seorang dokter, semalam gadis itu bahkan melupakan tas selempangnya di mobil begitu ketika tiba di rumah sakit.

Eunbin mengambil setangkai bunga krisan dan meletakkan bunga berwarna putih itu di samping peti Hyunbin. Ia beralih untuk menyapa kedua orangtua Hyunbin. Airmatanya tak dapat lagi dibendung begitu melihat wajah pucat ibu Hyunbin.

“Maafkan aku” suara Eunbin bergetar ketika mengatakannya.

Ibu Hyunbin menggeleng pelan. “Aku sudah mengikhlaskan Hyunbin dokter Kang, aku tidak ingin dia merasakan sakit lagi. Mungkin ini jalan terbaik untuknya.”

Wanita paruh baya itu memberi isyarat pada putri sulungnya. Tak lama kemudian putri sulungnya memberikan sebuah gulungan kertas pada Eunbin.

“Ia memintaku memberikan ini padamu. Terimakasih atas semua jasamu dokter Kang. Hyunbin begitu menyukaimu. Terimakasih telah memberikan kenangan dan kasih sayang di hari-hari terakhinya.”

Tangis Eunbin kembali pecah. Airmatanya mengalir dengan deras. Kyuhyunpun mewakili Eunbin untuk undur diri dari sana.

Kyuhyun membawa Eunbin ke sebuah taman di tepi sungai Han. Waktu masih menunjukkan pukul Sembilan pagi. Cuaca tak begitu terik saat ini bahkan cenderung mendung, Kyuhyun berharap semilir angin mampu menenangkannya.

Eunbin membuka gulungan kertas yang diberikan ibu Hyunbin. Disana tertera seorang dokter dan seorang anak kecil yang menggambarkan dirinya dan Hyunbin tengah tersenyum lebar. Ada pula gambar seorang pria disamping gambarnya.

‘Terimakasih banyak atas kasih sayangmu padaku noona. Berbahagialah bersama seorang hyung tampan. Jangan menangis. Hyunbin’

Itulah serentetan kata yang tertulis disana. Kyuhyun turut membacanya.

“Lihatlah. Hyunbin bahkan melarangmu untuk menangis Eunbin-ah. Ia ingin kau bahagia. Sudah ya menangisnya?” ucap Kyuhyun. Tangannya terulur untuk mengusap lembut surai Eunbin. Bukan mengacaknya seperti biasa.

“Oppa.. aku sudah sering melihat kematian pasien tapi ketika pasien yang kutangani sendiri meninggal, entah kenapa rasanya sakit sekali. Aku merasa sangat berdosa. Apa pantas aku disebut seorang dokter?”

Kyuhyun menghapus jejak air mata Eunbin yang mulai terhenti lalu merengkuh gadis itu ke dalam pelukan hangatnya. Ia menepuk pelan punggung Eunbin berharap gadis itu bisa tenang.

Tindakan Kyuhyun yang tiba-tiba membuat jantung Eunbin berdebar kencang. Ia pun teringat seharusnya semalam dirinya menjawab pinangan Kyuhyun.

“Dokter Kang Eunbin. Semalam kau sudah berusaha semaksimal mungkin. Kuatkan dirimu. Ternyata selain keras kepala dan pemaksa, kau ini cengeng juga. Wajahmu terlihat jelek-”

Eunbin melepas pelukan Kyuhyun begitu mendengar gurauannya. Memukul lengan pria itu lemah.

“Tidak lucu.”

(Cho Kyuhyun) SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang