12 - Asya

43 9 1
                                    

Bola mata hazel milik Aletta kini meneliti ruang kelas nya.

Kini, bel pulang sudah berbunyi. Kelasnya sudah sepi sejak 5 menit yang lalu. Saat jam olahraga selesai tadi, Aletta langsung di serbu dengan berbagai pertanyaan dari teman temannya. Ternyata itu ulah Nasya yang memberi tau pada teman temannya apa yang Aletta katakan pada Nasya. Untung, Aletta bisa mengelak dengan berbagai alasan. Aletta bilang bahwa ia hanya bercanda. Nasya saja yang mudah di tipu.

Aletta mengetuk mengetukkan jarinya di meja. Ia sangat bingung kali ini. Tadi, saat jam olahraga Aksa mengajaknya pulang bareng untuk menjemput kakak dari aksa di bandara. Dan saat ini, Aletta Ingin bertanya dimana Aksa, tetapi tidak mempunyai kontak lelaki es itu.

Aletta beranjak dari duduk nya. Ia keluar kelas. Niatnya dia ingin menuju koridor kelas 12 untuk mencari Aksa.

Koridor kelas 12 sepi. Kelas Aksa juga sepi. Aletta memutuskan untuk berjalan menuju halte, jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah.

Aletta mengeluarkan ponsel nya dari tas. Membuka aplikasi Instagram untuk mengecek notifikasi yang dari tadi bermunculan.

@ravael.syhrz_ started following you

Mata Aletta membulat. Jari jarinya mulai meng-klik Akun sosial media milik Ravael. Pengikut nya tidak terlalu banyak, namun tidak terlalu dikit juga. Berada di kisaran ribuan.

Aletta men-scroll postingan yang menandai cowok itu. Akun Instagram milik '@grixenfanbase' menampilkan inti grixen di foto itu. Di postingan itu juga di beri tag dari pemilik akun pribadi mereka.

Aletta meng-klik akun Instagram '@Aksaafr'. Akun nya di private. Ternyata susah juga menjadi stalker kepo akut. Ingin memfollow duluan, namun kata 'gengsi' selalu berputar di otaknya.

@Ravael.syhrz_ : hai,follback ya cantik!

Mata Aletta membulat, lagi. Apalagi tambahan kata 'cantik' yang di kirim ravael di dm Instagram.

@Alettathnaa : eh?iya ka.

Tak ada balasan dari Ravael. Mengapa Aletta menunggu nya? Itu pikir Aletta.
Aletta melupakan pikirannya yang berkelana dan bertanya mengapa Ravael tak membalas pesannya.

Lagi pula Aletta siapa?.

Wajah mereka sama, nama panggilan mereka juga sama. Tetapi kepribadian mereka berbanding balik. Tatapan mereka berbeda, warna bola mata mereka juga berbeda. Lalu, apa yang harus di harap kan dari Ravael untuk mengganti kan sosok pelindungnya, hanya bermodal wajah dan nama yang sama? Aletta pikir itu saja tidak puas.

Pikiran Aletta semakin kalang kabut mengingat Rava dan Ravael. Orang yang berbeda, namun wajah mereka sama. Tetapi perbedaan mereka lebih banyak. Jadi, tidak mungkin kan, Rava nya Aletta berubah menjadi sosok Ravael?

"Hm" sebuah deheman singkat membuat Aletta mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk untuk melihat ponselnya.
Memang, dari tadi Aletta sudah duduk di halte. Tapi matanya tak lepas dari ponselnya. Dan pikirannya tak lepas dari sosok yang akhir akhir ini memenuhi ruang lingkup di kepalanya, Rava dan Ravael.

"Napak? Kirain setan. Ngilang Mulu." Aksa mulai mencibir Aletta yang dari tadi Aksa cari, ternyata sedang duduk di halte.

"Aku yang nyari kakak!" Mendengar jawaban Aletta, membuat Aksa semakin menatapnya datar.

Aksa berbalik badan. Kembali ke arah motornya. Sebelum memakai helm, "kita ketemuan di bandara."

"Lhoo, kalo kaya gitu si, aku pulang aja!"

AksAleta's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang