16 - Pelukan Hangat

29 5 0
                                    

Semua nya hilang, bersama hilangnya kamu dari dunia ini.

* * *
Happy Reading, Enjoy!

"Keluarin mereka semua dari sekolah itu," ucap pria pada seseorang melalui sambungan telepon.

Brakk!

Pintu dibuka sangat keras.

"Nanti saya hubungi lagi."

"Yah, jangan gini," ucap perempuan dengan mata yang tak terkondisi kan.

"Mereka juga nggak tau kenapa itu bisa terjadi, jangan lakuin ini yah. Banyak dari mereka yang nggak mampu. Ayah nggak boleh egois."

"Ayah nggak mau kehilangan lagi Al! Kapan kamu ngerti soal ini?!" bentak sang Ayah pada perempuan yang hanya menangis melihat Ayahnya menjadi sosok yang egois.

"Ayah, Kakak udah tenang. Mereka gak salah yah, Al mohon sama Ayah, Jangan keluarin mereka..."

"Keputusan Ayah udah bulat. Kalau kamu nggak terima, silahkan pergi."

Sangat kaget mendengar penuturan sang Ayah yang berarti mengusirnya untuk pergi, dia hanya menangis.

"Alfian! Kamu ngomong apa sih?!" ujar seorang wanita yang tiba tiba datang, Istri Alfian.

"Al gak ngerti rasanya jadi kita An! Aku benci sama dia!!" kalimat sakral yang reflek dikatakan oleh pria bernama Alfian mampu membuat putrinya tiba tiba menegang di tempat.

"A..Ay..Ayah, benci sama Al?"

"Arghh!!" teriak pria itu frustasi. Dia akan membenci semua orang agar dia tidak merasakan kehilangan lagi seperti ini. Kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana sang istri keguguran dan dia merasa kehilangan, membuatnya trauma akan kehilangan seorang anak, dan sekarang, ia baru saja kehilangan seseorang, anak laki lakinya.

"Nggak Al! Ayah cuma nggak sengaja bilang itu!" ucap sang Bunda menenangkan sang Anak.

Ayah dari perempuan itu -Alfian hanya terkulai lemas di lantai.

"Kalo Ayah beneran benci sama Al, nggak a..apa apa ko yah, Ayah itu Ayah terhebat buat Al. Aletta sayang sama Ayah. Al emang gak tau gimana rasanya jadi Ayah sama Bunda, tapi kalian itu terhebat buat Al. Pasti susah ya ngurus Al? Al minta maaf ya Ayah. Maafin Al kalo suka ngelawan Ayah,"
ucap sang anak bernama Aletta itu dengan senyuman dan beberapa air mata yang turun. Tak ada isakan, dia hanya menangis dengan tersenyum dan menghapus air mata nya beberapa kali.

Sang Bunda menangis melihat itu. "Alfian kamu keterlaluan!"

"Ayo benci aku! Benci aku Anya! Tolong benci aku," ucap sang Ayah.

Anya mendekati suaminya, memeluknya erat, menyalurkan semuanya agar bisa di rasakan bersama. "Semua akan baik baik aja, kamu harus mulai mengikhlaskan," bisik Anya pada Alfian.

"Bunda, Aletta boleh pergi juga?" ucap sang Anak membuat kedua orang tua nya menoleh.

Aletta, gadis yang baru saja kelas 10 itu banyak menanggung beban, dia sudah tak sanggup. Dimulai dari nomor tak di kenal yang baru baru ini mengganggunya, masalah keluarga yang untuk pertama kali nya terjadi akibat dari meninggal nya sang kakak, teman sekolah yang tak ada habisnya mengomentari hidupnya.

AksAleta's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang