Selamat membaca ^^
Mohon maaf bila ada typo.
Langkah kaki Hyunjin akhirnya sampai di depan bar yang biasa Ryujin kunjungi. Hyunjin bepikir apakah ia harus masuk ke dalam atau tidak. Tapi, Hyunjin tidak ingin menginjakkan kakinya di dalam tempat haram itu. Tapi, jika Ryujin kenapa-kenapa, bagaimana?
Dengan tekad yang kuat, Hyunjin berjalan masuk ke dalam bar itu, dengan tangan yang menutupi kedua telinganya karena di dalam, suara musik sangat kencang hingga membuat telinganya sakit.
Banyak sekali wanita berkeliaran di sini. Dengan baju yang minim bahan, dan berdandan sangat menor. Mata Hyunjin terus mencari keberadaan Ryujin. Hyunjin sesekali melirik ke arah om-om dengan para wanitanya itu. Tapi, Hyunjin yakin, Ryujin tidak akan dengan para lelaki hidung belang itu.
Pendengarannya ia tajamkan, saat ia berjalan melewati salah satu kamar yang ada di bar itu. Nkatnya, Hyunjin ingin pergi ke atas bar, karena di atas sana juga banyak orang-orang. Tapi, biasanya jika di atas kebanyakan orang yang ngerokok dan minum.
Hyunjin awalnya ragu untuk membuka pintu. tapi, entah kenapa hatinya berkata, Ryujin ada di dalam sana. Gagang pintu sudah ia pegang. Hyunjin menekan ke bawah gagang pintu itu, dan terbukalah. Kaki Hyunjin terasa kaku saat ingin melanglah.
Perlahan-lahan, Hyunjin semakin mendengar jelas isakan tangis itu. Dan suara itu, seperti suara tangis Ryujin. Hyunjin sudah sampai di tempat gadis itu menangis. Gadia itu memeluk kedua lututnya, dengan wajah yang ia tundukkan.
Dari pakaiannya, itu adalah Ryujin. Hyunjin melirik ranjang, yang sudah tidak rapi dan berantakan. Hatinya rasanya hancur, dan entah kenapa, Hyunjin langsung berpikir aneh-aneh.
Membuang pikiran itu dengan cara menghela nafas, kemudian Hyunjin menghampiri Ryujin dan memeluknya dari samping. Rambut Ryujin sudah acak-acakan.
"Ryu, maafin, aku, ya." Pelukan Hyunjin semakin erat.
"Gue, kecewa sama, lo," isak Ryujin.
"Ryu, dengerin aku." Hyunjin menghadapkan Ryujin, dan menarik dagu Ryujin agar gadis itu menatap lekat mata Hyunjin.
Mata Ryujin sudah sangat bengkak. "Ryu, kamu harus percaya sama aku. Apa yang di kata Nakyung itu, gak bener. Tapi aku udah bicara sama Nakyung. Nakyung cuma iri sama kamu, Ryu," kata Hyunjin.
"Nakyung, iri sama aku karena apa? Apa yang dia iri dari aku? Padahal, dia lebih baik dari pada aku," tutur Ryujin.
"Karena aku, sayang sama kamu," ujar Hyunjin.
Pelukan mereka merenggang, karena Ryujin melepaskannya dan kali ini, ia menatap mata Hyunjin, setelah tadi ia menolaknya.
Pasti di otak Ryujin bertanya-tanya. Apakah Hyunjin berkata benar atau tidak. "Aku serius, Ryu. Nakyung suka sama aku. Tapi, aku gak suka sama dia. Dia cemburu sama kamu, karena aku terlalu perhatian sama kamu, walau saat itu kamu masih sama Jaemin. Nakyung mau, aku sama dia. Tapi, perasaan seseorang tidak bisa di atur. Karena aku, sayangnya sama kamu," ucap Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Caraku [HWANGSHIN] ✔
Разное"Lo ngedeketin gue, karena dia bilang lo suruh jagain gue 'kan?" - Shintia Ryujin Adelia. "Sebelum dia suka sama lo, gue lebih dulu sayang sama lo! Tapi, lo gak pernah liat itu semua!" - Haris Hyunjin Adinata. Dia yang datang, saat dia pergi