"Lo ngedeketin gue, karena dia bilang lo suruh jagain gue 'kan?" - Shintia Ryujin Adelia.
"Sebelum dia suka sama lo, gue lebih dulu sayang sama lo! Tapi, lo gak pernah liat itu semua!" - Haris Hyunjin Adinata.
Dia yang datang, saat dia pergi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah kejadian malam itu, Ryujin dan Hyunjin menjadi lebih dekat dan lebih lengket. Kemana pun Ryujin pergi, pasti selalu aja Hyunjin dan sebaliknya. Hingga teman-teman Hyunjin sedikit tidak suka dengan Hyunjin, apalagi sahabat Jaemin. Mereka menjadi berbeda sikapnya kepada Hyunjin.
Meskipun seperti itu, Hyunjin tidak memperdulikannya. Karena Hyunjin, sudah mencintai Ryujin lebih lama dari yang mereka tahu.
Senyum Htunjin merekah, saat melihat Ryujin yang ada di ujung lorong kampus, ingin menghampirinya. Ryujin dengan semangat berlari kecil ke arah Hyunjin, membuat Hyunjin gemas melihat kelakuan kekasihnya itu.
Ryujin langsung menggandeng tangan Hyunjin saat sudah ada di depan Hyunjin. "Lama, ya?" tanya Ryujin.
Hyunjin menggeleng. "Enggak, kok. Tumben gak sama Chaeryeong sama Somi?" tanya Hyunjin.
"Mereka tuh kalau mau ketemuan sama pacarnya, gak pernah ajak-ajak aku," ketus Ryujin.
"Gak papa, lah. Kan, kamu udah ada aku," ujar Hyunjin dengan senyum sumringah.
Kedua tangan Ryujin mengeratkan gandengannya dengan Hyunjin. Karena menurut Ryujin, Hyunjin bisa membuatnya merasa aman. Di jalan mereka berdua terus tertawa dan sesekali membicarakan teman-teman mereka.
"Ryu," panggil Hyunjin.
"Hah? Kenapa?"
"Aku di jauhin sama Jeno, Renjun, Haechan," ujar Hyunjin.
Mata Ryujin membulat. Ia beralih ke depan Hyunjin, dan menatap matanya. "Kenapa? Kok, bisa?" tanya Ryujin bingung.
"Kayanya, karena mereka tahu, kalau aku pacaran sama kamu," jawab Hyunjin.
Bibir Ryujin mencabik. "Ya elah, emang kenapa sih, emangnya kita pacaran minta duit sama mereka? Enggak, kan, ih, minta di bacok aja, deh."
Tawa Hyunjin seketika pecah melihat ekspresi Ryujin yang kesal seperti itu. Mamang sangat menyebalkan teman-teman Jaemin. Padahal, Hyunjin sudah menyukai Ryujin terlebih dahulu.
Hyunjin berharap, hari ini akan menyenangkan walau hanya berjalan ke tempat kerjanya berdua dengan Ryujin, dan semoga Ryujin tidka bosan untuk menunggunya kerja. Untung saja, kafe sekarang tutup pukul delapan malam. Jadi, Ryujin tidak akan pulang larut.
Cuaca yang cerah tapi tidak panas itu membuat Hyunjin dan Ryujin bersyukur. Pasalnya, sudah beberapa hari ini Jakarta di guyur hujan, bahkan beberapa daerah terkena banjir. Tapi untung saja daerah mereka tidak terkena banjir.
Tidak lepas dari genggaman Hyunjin, tangan mungil Ryujin bergitu erat, seperti tidak ingin lepas. "Jin, haus, gak?" tanya Ryujin.
Mereka berdua jalan ke warung yang ada di pinggir jalan. Hyunjin kira, Ryujin gadis yang gengsi untuk jajan di pinggir jalan seperti ini. Ternyata, Ryujin sama sekali tidak sama seperti yang di pikirkannya. Semua yang ia pikirkan tentang Ryujin selalu saja melenceng dari kenyataannya.
"Mau beli apa?" tanya Hyunjin.
"Teh pucuk aja lah, atau gak floridina," jawab Ryujin yang duduk di bangku panjang depan warung.
Nikmat sekali rasanya Ryujin duduk dengan kaki yang ia selenjorkan bersamaan dengan angin semriwing yang menyibakan rambut sebahunya.
"Aduh, enak banget, ya," ucap Hyunjin menyodorkan satu botol teh pucuk pada Ryujin.
"Enak banget anginnya. Jarang banget angin Jakarta kaya gini. Biasanya panas benderang. Sampe kulitku hitem gosong kaya gini," celetuk
Hyunjin mencubit hidung Ryujin pelan. "Gak boleh gitu, manusia gak ada yang sempurna. Lagian, kamu cantik walau dalam keadaan apapun," goda Hyunjin.
Kepalan tangan Ryujin melayang di paha Hyunjin. Semenjak mereka resmi berpacaran, Ryujin sering sekali mendengar gombalan-gombalan norak dari Hyunjin. Sepertinya Hyunjin jarang sekali menggombal, sehingga ingin menggodai Ryujin seperti gombalan bapak-bapak.
Mereka melanjutkan jalannya ke kafe tempat Hyunjin bekerja. Hyunjin jarang sekali menggunakan motor ke kampusnya. Hyunjin lebih sering naik bus. Alasannya, karena Hyunjin hanya ingin menghabiskan di jalan dengan mendengarkan musik.
Ryujin yang sekarang bersama Hyunjin pun jadi mengerti, bahwa tidak selamanya orang berada di atas. Bisa saja ia suatu saat nanti berada di bawah dan harus berjalan kaki kemana-mana. Dengan bersama Hyunjin lah, Ryujin jadi sedikit mengerti arti dari hidup ini.
Akhirnya sampai di kafe. Selama menunggu Hyunjin, Ryujin hanya menainkan handphone dan mendengarkan lagu dengan earphone. Karena kafe lumayan sepi, jadilah Yeji berbincang-bincang dengan Ryujin.
Setelah tutup kafe, Hyunjin dan Ryujin tidak pulang terlebih dahulu keduanya pergi ke taman dekat kafe dan memakan ayam di sana. Dengan seperti ini pun, membuat Ryujin sangat bahagai.
"Main truth or dare, yuk!" ajak Ryujin.
Hyunjin mengangguk antusias. "Truth or dare?" tanya Hyunjin.
"Truth," jawab Ryujin.
"Kamu kentut berapa kali dalam sehari?" tanya Hyunjin diiringi tawa.
"Ih, apaan banget pertanyaannya. Masa iya aku harus ngitungin kentut aku seharian sih. Oh iya kayanya, aku kentut lebih dari 10 kali deh, soalnya lagi sakit perut," cengir Ryujin.
"Jadi, pas tadi kita jalan, kamu kentut?" tanya Hyunjin.
Ryujin mengangguk sambil tertawa. Keduanya saling bersahutan tawa. Di malam yang sunyi dan udara dingin, mereka melanjutkan dengan bermain permainan seperti tadi.
Dengan Hyunjin yang apa adanya, membuat Ryujin tahu apa arti hidup yang sebenarnya. Hidup yang tidak harus bergelimang harta, tapi dengan hidup yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.