Chapter 12

1K 103 15
                                    

Sejak kepulangan mereka dari Panti Tuna Netra, Putri lebih banyak merenung, merenungkan seberapa buruk dirinya selama ini. Ridho juga tidak banyak berkomentar tentang perubahan sikap Putri, malah terkesan mengabaikan.

"Besok kita mau kemana?" tanya Putri tiba-tiba. Ridho mengerutkan dahinya bingung, pasalnya ia juga belum memikirkan mereka akan pergi kemana besok.

"Uhm... Besok hari minggu kan?" tanya Ridho yang hanya dihadiahi deheman dari Putri. Ridho mengetuk-ngetukan jarinya ke meja.

Ridho dan Putri memutuskan untuk makan siang di kafe terdekat, sebelum mengantar Putri pulang, "Kalo kita buka stan bazar dipasar malam seru tuh" celetuk Ridho asal.

Putri menghela nafasnya, "Lo mau jual apaan? Jual tampang? Kagak laku pastinya"

"Lo bisa masak?" tanya Ridho. Putri menggeleng.

"Oh, bisa kok. Masak air tapi" gurau Putri. 

"Anjr, terus lo nyuruh kita buat jual air panas? Makin gak laku" desis Ridho. Putri hanya tertawa kecil.

"Yaudah, siangnya lo ke rumah gue dulu, entar kita suruh nyokap gue buat brownies, terus malemnya baru deh kita jual" usul Ridho yang dihadiahi anggukan antusias Putri.

"Ide bagus! Tapi nih ya, semalem-semalem ide lo buat ngajak gue ke panti asuhan atau panti tuna netra berfaedah gitu. Terus kenapa lo tiba-tiba ngajak jualan? Oh gue tau nih, pasti lo mau ngehasilin duit sendiri tapi gak ada yang mau bantuin lo kan? Terus gue deh dijadiin babu sama lo" fitnah Putri.

Ridho mengacak rambutnya sendiri dengan gemas, lelah dengan tuduhan tak beralasan Putri.

"Gue mau buat lo nyadar, kalo orang tua lo nyari duit gak gampang" balas Ridho santai. Putri hanya mengangguk tanpa mau membalas perkataan Ridho. Dan tak lama makanan mereka datang.

****

Putri mencepol rambutnya asal, dadanya juga sudah tergantung sebuah apron bermotif bunga. Ia sudah memakai sarung tangan plastik, begitu juga dengan dua orang disampingnya.

"Ridho harus ngapain nih? Adonannya sini biar Ridho yang ngaduk pake tangan" gurau Ridho.

"Aduh...kamu dari tadi heboh banget plus rusuh banget lagi" omel Iis sambil menepis tangan Ridho. Putri tertawa kecil mendengar gerutuan Iis. Putri sendiri sibuk dengan adonan coklatnya, sedangkan Iis sibuk mengatur adonan yang sudah jadi ke dalam cetakan.

"Tante dari dulu pengen banget punya anak gadis yang bisa nemenin tante bikin kue, Ridho'nya juga gak pernah bawa temennya ke rumah, kamu orang pertama yang dibawa pulang sama Ridho loh" ujar Iis yang mendapat senyuman malu dari Putri.

"Ih...aku ngajak dia main ke rumah juga gara-gara kita mau buka stan bazar dipasar malem nanti, Mama bilang gitu seakan-akan Ridho gak pernah pacaran" omel Ridho sambil memanyunkan bibirnya.

"Nanti Putri'nya ke-GR-an lagi" imbuh Ridho asal.

"Dih...gue gak GR ya! Lagian kalo bukan hukuman dari lo, gue juga ogah diajak pulang ke rumah" balas Putri tak kalah kesal.

"Hukuman dari Ridho? Hukuman apa, Put?" tanya Iis membuat Putri bungkam. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Apa ia harus jujur kepada Iis? Tan, Putri itu Ratu Tukang Bully disekolah. Sedangkan, Ridho sebagai Ketua OSIS yang beriman terpaksa menghukum tindakan jahat Putri. Putri menggelengkan kepalanya sendiri, menghapus pikiran ngawur miliknya.

"Loh? Kok geleng-geleng sendiri?" tanya Iis lagi membuat Putri salah tingkah.

"Uhm...Putri nakal, Tan" ujar Putri sambil tertawa canggung.

Hujan Menyatukan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang