Ridho menatap tangannya nanar, sungguh ia tidak berniat menyakiti Putri sedikit pun. Matanya menatap perih ke arah dalam ruangan dimana Putri terbaring kaku. Pukulannya terlalu keras yang bisa saja mengakibatkan tulang pipi Putri bergeser dari rahangnya. Ia bingung harus bagaimana menyikapi keluarga Putri nantinya.
"Kalo tujuan lo cuma buat menyakiti Putri, jauhin dia!" desis Rara tajam, matanya bahkan sudah berkaca-kaca sejak Putri memasuki ruang perawatan.
"Putri emang jahat, dia emang kasar, tapi gak seharusnya lo jahatin dia balik. Gimana pun dia tetap cewek, jangan main emosi sama dia" Rara mencoba menetralkan napasnya.
"Dia gak pantes dapetin emosi lo. Lo tau kenapa dia marah sampe nyelakain Lesty? Karna saat dia dengan niat baiknya mau meminta maaf sama Lesty, Lesty malah maki-maki Putri. Gue juga kalo jadi Putri mungkin gue bakal lebih parah nginjak perut dia" lanjut Rara berapi-api. Ridho hanya diam, tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.
"Sejak nyokap Putri meninggal, Putri terpukul banget. Nyokap yang selalu ada buat dia, pergi ninggalin dia buat selama-lamanya. Dan akhirnya bokap dia nikah lagi, emang nyokap tiri dia baik-baik aja. Cuma dia tetap belum bisa nerima kenyataan soal keadaan nyokapnya. Apalagi bokap sama nyokap tirinya juga sibuk ngurusin adek-adek tirinya. Itu buat dia selalu merasa kesepian" ucap Rara mencoba terbuka soal keluarga Putri.
Rara menghembuskan nafasnya kasar, "Bokapnya bersusah payah ngebahagiain Putri dan asal lo tau, ngebahagiain Putri gak segampang itu. Bokapnya belum tau kelakuan dia gimana disekolah, jadi gak ada yang bisa nunjukkin dia ke arah yang benar. Gue? Gue selalu berusaha buat Putri nyadar sama kelakuannya, tapi percuma aja, toh dia gak bakal dengerin omongan gue" lanjutnya lagi.
"Kebahagiaan Putri itu mahal dan gak bisa diberi oleh orang murahan. Dan anggap aja, Putri bisa bahagia dengan ngebully. Gue harap setelah ini lo bisa ngerti dan gak main tangan lagi sama dia. Gue juga gak tau gimana cara ngasih tau orang tua dia tentang keadaan dia sekarang" ujar Rara frustasi.
"Maaf, sejujurnya gue gak ada niat untuk nyakitin dia. Tadi gue lepas kontrol" balas Ridho lirih. Bahkan ia telah memikirkan tentang kemungkinan terburuk yaitu pipi Putri akan penyot dan itu akan membuat Putri merasa tidak berguna dan dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Lo gak perlu minta maaf ke gue. Yang lo sakitin itu Putri, bukan gue" balas Rara ketus.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang dokter berjas putih. Ridho dan Rara segera menghampiri dokter tersebut.
"Gimana keadaan Putri, Dok?" tanya Ridho tidak sabaran.
"Pasien baik-baik saja, hanya pipi bagian kirinya sedikit lebam. Cukup diberi obat dan pasien masih belum boleh memakan makanan keras yang bisa membuatnya bersusah payah mengunyah" ujar Dokter.
Ridho dan Rara menghembuskan napasnya lega, setelah dokter tersebut pergi, mereka buru-buru masuk dan melihat keadaan Putri.
"Put, lo udah siuman? Lo tau gak, gue sama Ridho khawatir banget sama keadaan lo" ujar Rara menghampiri Putri dan merengkuh tubuh Putri pelan.
"Oh ya? Ternyata banci kayak dia bisa khawatir sama gue" balas Putri sinis. Ridho hanya menatap Putri dengan pandangan lesunya, bahkan ia merasa kelakuannya sudah tidak bisa dimaafkan lagi.
"Ra, gue mau pulang" rengek Putri.
"Lo udah baik-baik aja? Gue sih oke-oke aja. Lagian pipi lo cuma lebam begini, kagak perlu dirawat inap" gurau Rara.
"Gue baik-baik aja kok. Yakali, cuma ditampar sama banci langsung tepar. Bukan gue banget" balas Putri terkekeh. Sedangkan Putri masih mematung ditempatnya.
Ia belum sempat menyiapkan serangkaian kata permintaan maaf untuk Putri.
"Put, gue mau bicara empat mata sama lo" ujar Ridho membuat Putri membuang wajahnya.
"Gue gak mau Rara keluar, apalagi ninggalin gue sama psikopat kayak lo. Bisa-bisa bukan cuma ditampar, tapi gue dibunuh pake piso kali" balas Putri enggan.
Ridho menatapnya memelas, "Gue mohon, Put. Sekali ini doang. Gue gak bakal nyakitin fisik lo lagi"
Putri menghela napasnya, "Ra, lo bisa keluar bentar kan? Gue mau bicara sama dia" Rara mengangguk.
"Kalo dia berbuat kasar lagi sama lo, lo teriak yang kenceng aja ya. Gue tunggu didepan" ujar Rara membuat Putri mengangguk.
Setelah Rara keluar, Ridho dan Putri menjadi canggung satu sama lain.
"Maaf" hanya itu sebuah kata yang berhasil lolos dari kebungkaman Ridho.
"Gak perlu" balas Putri ketus.
"Gue beneran gak ada niat nyakitin lo sedikitpun. Gue tulus minta maaf sama lo" ulang Ridho.
"Lo dorong gue ke dinding, lo nyekik gue, lo nampar gue, bahkan lo ngehina gue. Dan saat lo udah nyadar sama sikap lo, lo juga bakal minta maaf dan bilang kalo lo gak berniat kayak gitu. Gue minta maaf sama lo, tapi gue belum bisa maafin lo saat ini" ujar Putri membuat Ridho terdiam.
"Gue tau gue kekanakan, gue kasar dan jahat, gue suka ngebully orang. Bahkan gue buat tulang pergelangan tangan Lesty bergeser. Gue gak pantas dimaafin, gue tau itu. Tapi lo tau gak? Hal yang paling gue kecewain adalah saat gue udah berniat buat tobat, tapi lo gak peduli dan masih aja nganggep gue itu belum berubah. Dan ini gue, Putri si Ratu Tukang Bully. Gue gak bakal berubah sampai kapanpun, toh percuma aja, lo gak bakalan percaya gitu aja sama niat baik gue" ucapan Putri cukup menohok ditelinga Ridho.
"Gue percaya sama lo karena lo satu-satunya orang yang dukung supaya gue bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi gue salah, lo gak ada bedanya sama gue. Lo dengan jabatan sialan lo itu ngebully gue! Lo mukul gue hanya dengan alasan lo mau lindungin Lesty, karena apa? Karena lo Ketua OSIS. Dan lo yang berkuasa, sedangkan gue cuma rakyat jelata yang gak ada apa-apanya dibandingkan dengan Lesty" mata Putri mulai berkaca-kaca.
"Gue lagi pengen sendiri, sekarang lo bisa keluar" ujar Putri menahan mati-matian air matanya yang sedari tadi hendak menetes.
"Put, gue beneran minta maaf. Tadi gue cuma kebawa emosi. Lo boleh tampar gue sepuas lo, asal lo maafin gue" ujar Ridho mendekat ke arah ranjang Putri. Tetapi Putri enggan menatap bola mata Ridho.
"Dho, gue pengen sendiri. Gue harap lo ngerti. Tinggalin gue, please" mendengar nada memohon Putri membuat Ridho semakin merasa bersalah. Tetapi ia tidak mau membantah, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan Putri. Sungguh Ridho sangat menyesal.
Setelah Ridho keluar, air mata yang ditahan Putri sedari tadi juga ikut keluar, menetes deras. Bahunya bergetar hebat, sebenarnya bukan ini yang Putri inginkan. Putri kecewa karena Ridho rela menyakiti fisiknya demi membela Lesty. Benar kata pepatah; sakit batin lebih menyiksa daripada sakit fisik.
•••••••
#Boompart01
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Menyatukan Kita [END]
RomansaSetiap hujan tersirat banyak kenangan tentang kita. Dan saat hujan, kenangan dan harapan kita melebur menjadi satu. Ikuti kisah selengkapnya..! Putri |D'Academy 4 Ft. Ridho (2R) |D'Academy 2 --- Jum'at, 24-April-2020 DIPUBLISH. Senin, 13-J...