Chapter 37

693 96 19
                                    

"Gue ngerasa nyaman sama lo. Gue rasa alasan singkat itu cukup untuk bisa ngebuat lo jadi teman hidup gue selamanya. Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"

Kini, Randa berjongkok dihadapan Putri sambil memegang sebuket bunga mawar merah. Putri tersenyum malu-malu sambil mengambil bunga mawar Randa lalu mengangguk cepat. Randa berteriak girang sambil memeluk tubuh Putri.

Putri sampai terbatuk-batuk saat pelukan Randa terlalu kencang, ia bahkan menepuk punggung Randa agar Randa melepaskan pelukannya.

"Okay, thankyou!" Randa tertawa bahagia menatap Putri. Seluruh siswa dikelas bersorak saat melihat adegan romansa ala Randa dan Putri itu.

Disisi lain, Ridho yang sedang melintasi kelas Putri bersama Lesty melihat jelas bagaimana adegan Randa menembak Putri tadi. Belum lagi, pintu kelas terbuka lebar membuat Ridho bisa mendengar jelas ucapan Ranea yang terdengar simpel. Ridho juga melihat jelas anggukan jawaban dari Putri. Seketika hatinya melebur, Ridho merasa ia sudah gagal sebelum bertempur.

"Dih, jaman sekarang masih bocah juga udah pacar-pacaran aja" celetuk Lesty sinis disebelah Ridho.

"Les, lo duluan aja ya ke BK, entar gue nyusul, mau beresin masalah ini dulu" ujar Ridho. Lesty menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju.

"Gak usah disamperin kali, lagian itu hak mereka mau pacaran dimana aja'kan" Ridho menahan napasnya berat, ia mempertimbangkan ucapan Lesty yang ada benarnya juga.

Balik lagi ke Putri, tiba-tiba salah satu dari teman sekelas Putri ada yang menyadari kehadiran Ridho.

"Tuh ada si Ridho kayaknya mau ngamuk gara-gara kalian heboh banget dah" ujar teman sekelas Putri. Putri menatap ke arah luar pintu, matanya mencari keberadaan Ridho yang sudah tidak ada. Lantas, ia berbalik menatap ke arah Randa.

"Kenapa?" tanya Randa saat menyadari tatapan cemas Putri.

"Eh, enggak. Kalo gitu gue mau ke toilet bentar bareng Rara dulu ya" balas Putri sambil tersenyum paksa kepada Randa, lalu ia buru-buru menarik tangan Rara.

"Kok buru-buru banget, Put? Mau kemana sih?" tanya Rara saat Putri sudah melepas tarikannya ditikungan koridor.

"Aduh, gue harus gimana jelasin ini ke Ridho? Tadi kata Alief, Ridho ngeliat pas Randa nembak gue, tapi pas gue liat keluar Ridho'nya udah gak ada.. Kalo gini caranya dia bisa salah paham dan gue sendiri yang jadi gak enak sama dia" ujar Putri jujur.

"Yaudah sih, jujur aja tentang perasaan sebenarnya lo ke dia" Rara berujar dengan santai, hal itu membuat Putri ingin menelan Rara hidup-hidup. Putri menarik napas lalu membuangnya kasar, meninggalkan Rara yang masih dengan segala kebingungannya. Jujur aja, apa susahnya sih?!.

*****

Ketika pulang sekolah keadaan sekarang sedang hujan disitu secara tak sengaja mata Putri terbelalak lebar saat menangkap siluet tubuh seseorang yang sangat dikenalnya. Belum lagi, orang itu sedang meringkuk kedinginan dibangku halte. Putri menutup kepalanya dengan lengan seadanya dan berlari dengan langkah besar, mengingat langit mulai gelap dan mengeluarkan rintik-rintik kecil.

Saat sudah memasuki area halte, Putri merapikan rambutnya yang agak basah karena rintikan air hujan. Setelah selesai merapikan tubuhnya, Putri berjalan pelan ke arah seseorang yang terduduk menunduk. Tangannya terulur untuk menepuk bahu orang dihadapannya.

"Ridho?" panggil Putri yang ingin memastikan orang dihadapannya adalah memang benar Ridho.

"Dho?" panggil Putri sekali lagi saat melihat orang yang diduganya Ridho masih belum mendongak. Putri lantas memilih duduk disebelah Ridho, lalu tangannya merangkul bahu Ridho.

"Jangan takut, ada gue" bisik Putri lembut.

Kemudian, Ridho mendongak dan matanya menatap wajah Putri  lekat. Setelah tersadar, Ridho menggeser tubuhnya memilih menjauh.

"Kenapa? Gue punya salah?" tanya Putri bingung. Seperti biasa, Ridho hanya diam tidak merespon.

"Uhm...soal ungkapan perasaan lo yang kemarin, gue..." Putri terlihat menggaruk tengkuknya.

"Gue lagi pengen sendiri dulu" ucapan singkat dari Ridho berhasil membuat tubuh Putri membeku ditempat. Niat Putri hanya ingin menemani Ridho agar tidak ketakutan, tetapi mengapa Ridho terkesan mengusir dan menghindarinya?.

"Tapi, lo harus dengerin jawaban gue soal ungkapan hati lo" ujar Putri memaksa.

"Putri please, gue mohon dengan amat sangat, tinggalin gue sendirian" nada suara Ridho benar-benar bergetar, bahkan kepalanya menunduk dalam. Putri hanya menghela napasnya.

"Gue gak bakal gangguin lo, tapi ijinin gue nemenin lo" Ridho hanya diam tidak merespon ucapan Putri. Toh, mengusir Putri itu tidak gampang.

Setelah berteduh kira-kira selama 45 menit, akhirnya hujan mereda dan langit kembali cerah. Tubuh Ridho sedikit merileks, meskipun ia merasa lemas setelah phobianya berhasil dilawan.

"Gue anter lo pulang ya?" tawar Putri yang dibalas gelengan oleh Ridho.

"Gue bisa bawa mobil sendiri" balas Ridho dengan ekspresi datarnya.

"Gimana kalo kita makan siang dulu? Lagian lo pasti belum makan" tawar Putri lagi yang ditolak lagi oleh Ridho.

"Ada yang mau gue omongin sama lo" lanjut Putri lagi. Sebenarnya, ia lelah dengan sikap Ridho yang mendadak berubah dingin seperti ini.

"Gak ada yang perlu kita omongin lagi" balas Ridho dengan wajah datar.

"Lo itu kenapa sih?! Katanya lo cinta sama gue? Terus kenapa sikap lo seolah-olah nunjukkin kalo lo gak cinta sama gue?" tanya Putri kesal.

"Lo percaya sama omongan gue kemarin? Dasar baperan! Lagian kemarin gue cuma ngeprank lo doang, lo tau'kan tipe cewek gue itu kayak apa? Ya intinya jauh dari sifat dan sikap lo" balas Ridho tanpa perasaan. Lalu Putri hanya menatap Ridho dengan tatapan terlukanya.

"Gue gak tau kalo lo sebrengsek ini, Dho. Dan gue udah salah karena menilai cinta lo itu emang tulus ke gue" Putri mendongakkan kepalanya, menahan agar cairan bening dari matanya tidak lolos.

"Semuanya udah jelas kan? Sekarang lo boleh pulang dan tinggalin gue sendiri"  Ridho berujar dengan ekspresi datarnya.

Bahkan Putri sudah tidak mempunyai tenaga untuk merespon ucapan Ridho itu hatinya sangat amat terluka mendengar pernyataan Ridho tadi kalau kemarin Ridho hanyalah mengerjai Putri tentang perasaannya. Lalu Putri buru-buru bangkit, ia berbalik tanpa mencoba untuk menatap Ridho. Putri menyeka air matanya saat merasa cukup jauh dari penglihatan Ridho.

Sedangkan Ridho, ia masih bertahan dengan posisinya. Ia sama sekali tidak berniat mengucapkan kata-kata seperti itu. Ia lepas kendali dan berdusta tentang perasaannya kepada Putri. Hatinya ikut teriris saat menatap tubuh Putri yang menjauh.

•••••••

Next?

Hujan Menyatukan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang