Chapter 8

851 86 15
                                    

Hari ini adalah hari pertama Putri tidak membuat ulah, semua siswa terheran-heran dibuatnya. Tak jarang ada yang berasumsi negatif, salah satunya adalah mereka mengira Ridho telah melakukan kekerasan fisik pada Putri. Tapi, mereka bersyukur karena hidup mereka bisa tenang untuk hari ini saja.

Bel pulang sekolah telah berbunyi, Putri masih enggan untuk beranjak keluar kelas.

"Put, kok ngelamun terus dari kemarin?" tanya Rara yang hanya dijawab dengan gelengan.

"Gue balik duluan ya? Takutnya keburu hujan, apalagi bulan-bulan ini udah masuk musim hujan" lanjut Rara. Putri hanya mengangguk.

Seluruh siswa dikelas Putri sudah pulang, hanya tersisa Putri seorang. Ia masih enggan untuk keluar dari kelas seperti perintah Ridho kemarin. Hingga, Ridho yang harus menghampiri Putri.

"Lo kira lo sepenting apa sampe-sampe gue mesti nyamperin ke kelas lo?" tanya Ridho kesal.

"Apa pelajaran etika yang bakal gue terima hari ini?" tanya Putri tanpa menghiraukan ucapan Ridho.

"Kayaknya hari ini kita gak bakal pergi jauh dulu, karena kayaknya udah mau hujan, langitnya juga udah mulai mendung. Jadi, lo ke rumah gue aja. Oh iya, lo bisa nyetir kan?" tanya Ridho sambil memandang ke arah Putri.

Putri mengangguk, "Kenapa mesti ke rumah lo?" Ridho hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Etika pertama yang bakal gue ajarin itu adalah cara menghormati orang yang lebih tua, yaitu oma gue. Dia pasti seneng ngelihat gue bawa perempuan pulang, apalagi dia tipe orang yang antusias banget punya cucu cewek" jawab Ridho.

Putri melotot, "Lo gila? Gue takut sama oma lo" Ridho tidak merespon lebih.

"Kita ngobrolnya sambil jalan, gue takut entar keburu hujan. Dan lo tolong nyetir ya, gue paling anti nyetir pas mendung" Putri menghela napasnya.

"Gue gak mau ikut lo balik, gue gak berani main sama oma lo" ujar Putri.

Mereka berdua berjalan ke arah parkiran sekolah, "Oma gue gak gigit kok, dia orangnya ramah banget. Palingan lo entar diajakin nyulam kain sama dia, lo bisa nyulam gak?" tanya Ridho membuat Putri menepuk jidatnya.

"Jangankan nyulam, masukin benang ke jarum aja gue gak pernah becus" jawab Putri jujur.

"Gapapa, palingan entar lo diajarin sama oma gue. Pokoknya gue gak nerima penolakan" balas Ridho.

Setelah menghabiskan waktu mereka didalam mobil dengan perdebatan-perdebatan ringan, akhirnya mereka sampai dirumah Ridho. Ridho terlihat berlari memasuki rumahnya dan meninggalkan Putri yang masih menyalakan mesin mobil.

"Dih..tuh anak kenapa dah?" tanya Putri bingung.

Tak lama tangannya dijatuhin oleh tetesan air hujan, membuat Putri mendongak, "Duh...keburu hujan lagi, entar gue baliknya gimana dong?" Putri menatap air hujan yang mulai membasahi tanah.

Pintu rumah Ridho terbuka lebar, pasti Ridho yang lupa menutupnya. Atau memang Ridho sengaja, pertanda ia membiarkan Putri masuk. Putri memasuki rumah dengan gerakan pelan, baru masuk saja ia disuguhi dengan sebuah ruangan luas yang diyakini sebagai ruang tamu.

"Eh, kamu pacarnya  Ridho ya?" tanya seorang wanita paruh baya.

Putri tersenyum kikuk, "Bukan Tan. Aku Putri, adik kelasnya Ridho" Wanita paruh baya itu hanya tersenyum hangat.

"Kenalin saya Iis, mamanya Ridho. Kamu main ke halaman belakang dulu ya, Ridho nya pasti lagi istirahat, apalagi ini hujan" ujar Iis. Putri tidak mengambil pusing dan berjalan ke halaman belakang rumah Ridho.

Ia menemukan seorang wanita tua beserta kain sulamnya, duduk dengan nyaman menatap ke arah rintik-rintik hujan.

"Halo...oma?" sapa Putri kikuk. Wanita tua itu tersenyum antusias melihat kehadiran Putri.

"Eh, gadis manis. Sini duduk sama oma. Temannya Ridho kan?" tanya oma membuat Putri tersenyum.

"Oma lagi ngapain?" tanya Putri basa-basi.

"Lagi nyulam, mau buat kupluk untuk Ridho. Ah...seharusnya Ridho sering-sering ngajak kamu main kesini, biar ada yang temeni oma menyulam" seru Oma membuat Putri terkekeh.

"Kan oma bisa minta ditemenin sama Ridho" balas Putri.

"Ridho itu sibuknya ngalahin papanya, jarang ada waktu luang buat oma. Dia kalo udah pulang sekolah, pasti langsung istirahat. Apalagi pas hujan kayak gini, dia pasti lagi mencoba buat tidur" ujar Oma.

"Kalo Putri punya banyak waktu luang, pasti bakal dateng kesini buat nemenin oma menyulam. Tapi, sejujurnya Putri enggak PD menyulam" ujar Putri sambil tersenyum cengengesan.

"Haha...oma sih tidak heran pas tau perempuan jaman sekarang tidak bisa menyulam. Apalagi sekarang jaman sudah canggih, sudah ada mesin jahit" ujar Oma membuat Putri tidak enak hati.

"Tapi Putri mau kok belajar menyulam sama oma. Oma mau kan ngajarin Putri?" seru Putri.

"Dengan senang hati, bahkan tanpa kamu minta oma bakal ajarin kamu, Ridho suka cewek yang pandai menyulam loh. Sama kayak kakeknya, hihihi" ujar Oma membuat Putri menggaruk tengkuknya canggung.

ʙᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ..!



























«~~~»

Sᴇᴇ Yᴏᴜ Nᴇxᴛ Cʜᴀᴘᴛᴇʀ!

Hujan Menyatukan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang