Chapter 38

755 97 17
                                    

Ridho memijat keningnya pelan, matanya menatap tidak fokus pada laporan perincian tentang pagelaran seni yang akan diadakan bulan depan. Aulia yang melihat Ridho yang tidak fokus hanya bisa menghela napasnya, ia sudah berusaha menanyakan tentang masalah yang dihadapi Ridho, tetapi Ridho hanya menjawab bahwa dirinya baik-baik saja.

"Dho, si Putri berulah lagi tuh" ujar Lesty yang tiba-tiba datang dengan wajah memerah.

"Lo yang urus aja Les, gue lagi males nih" balas Ridho dengan nada suara rendah.

"Tapi tadi dia dijambak sama cowok sekelasnya, gegara si Putri ngebully pacar cowok itu" ucapan Lesty membuat dada Ridho bergemuruh. Namun, Ridho kembali mengalihkan pandangannya ke arah kertas yang dipegangnya.

"Biarin aja lah, dia emang pantes digituin" balas Ridho datar.

Aulia menatap Ridho dengan aneh, "Dho? Lo kok aneh sih? Biasanya lo bakal turun tangan kalo Putri ngebully lagi. Tapi ini?" tanya Aulia bingung.

Ridho berdehem, "Gue takut gue lepas kendali dan nonjok dia lagi" balas Ridho.

Aulia mengalihkan pandangannya pada Lesty, "Terus keadaan si Putri sekarang gimana, Les?" tanya Aulia kepada Lesty.

"Kepala si Putri tadi sempat kebentur tembok sampe ngeluarin darah dikit sih, tapi tadi udah diobatin sama pacarnya itu di UKS" ujar Lesty santai. Ridho menghembuskan napasnya kuat, hatinya mendadak gelisah mendengar penuturan Lesty.

Aulia menggelengkan kepalanya singkat tak percaya, "Tuh cowok apa banci sih? Kok berani main tangan sama cewek?! Mesti dikasih surat peringatan tuh, Dho" ujar Aulia.

"Enggak perlu lah, Aul. Lagian si Putri'nya juga udah gapapa, emang pantes tuh anak digituin. Bila perlu didorong dari lantai 5, biar musnah makhluk kayak begitu" celetuk Lesty membuat Ridho meradang.

"Aul, urusan cowok itu biar gue yang urus aja. Dan lo, Lesty, tolong rinciin masukan-masukan dari siswa yang berminat ngisi acara" ujar Ridho yang membuat Lesty mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah merasa cukup, Ridho berniat keluar.

"Mau kemana, Dho?" tanya Aulia membuat Ridho menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Ngurusin masalah Putri dulu, nyusahin orang lain aja kerjanya itu anak" balas Ridho sambil mendengus. Aulia hanya mengangguk sekilas, Lesty juga tidak buka suara. Lalu, Ridho langsung keluar dari ruangannya dan kakinya melangkah membawa ke arah UKS.

Hati Ridho kini kian memanas, melihat Putri dan Randa hanya berduaan dan sedang mengobrol ringan sambil tertawa.

Ridho melipatkan kedua tangannya didepan dada, "Ini UKS tempat orang sakit, bukan tempat untuk pacaran. Gimana kalo ada orang lain yang lihat dan salah paham? Ngerusak nama baik sekolah juga'kan?" tanya Ridho dingin.

"Putri lagi sakit, makanya gue obatin di UKS. Terus masalahnya dimana?" balas Randa tajam.

Ridho memutar bola matanya jengah, "Gue gak peduli mau kepala dia kebentur atau gimana, lagi pula dia pantes digituin" ujar Ridho masih dengan ekspresi datar.

"Gue cuma gak suka ngelihat ada orang yang mojok ditempat yang gak seharusnya" imbuh Ridho sambil tertawa remeh.

Randa tertawa sinis, "Terus lo kira gue peduli ha?" tanya Randa keras. Ridho hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Cowok gatel itu gak bakal dateng dengan sendirinya, ya...kecuali tuh cewek yang kegatelan dan nyerahin dirinya secara cuma-cuma" balas Ridho tak kalah keras. Sedangkan Putri masih diam hanya menikmati pertengakaran dihadapannya, meskipun dadanya terasa sangat sesak.

"Lo ngomong seakan-akan lo iri sama gue! Oh iya, gue ingatin sekali lagi supaya lo gak usah sok menilai tentang gue ataupun Putri karna ini hidup kita dan lo bukan siapa-siapa kita, jadi jangan sok akrab deh!" bentak Randa.

"Gue iri? Sama kalian? Bahkan lihat muka kalian berdua aja gue udah muak, jadi jangan harap gue bakal iri. Gue ingatin juga sama lo, gue bukan sok menilai, itu hanya fakta yang terlihat" balas Ridho santai lalu ia pun keluar.

*****

Ridho menutup pintu UKS dengan bantingan keras, dadanya naik-turun menunjukkan sedang emosi. Ia mengacak rambutnya frustasi, menyesali ucapannya yang terlalu menohok untuk Putri. Ia juga menyesal kemarin telah berdusta dan berkata bahwa ia tidak mencintai Putri. Padahal faktanya, ia jatuh cinta pada gadis yang selalu membuatnya jengkel itu.

Ia menyandarkan tubuhnya pada pilar tiang dekat UKS, berusaha memutar otak mencari jalan keluar.

"Dho? Lo ngapain dah disini?" tanya Rara dari samping membuat Ridho terlonjak kaget.

"Ra, cuma lo harapan gue satu-satunya. Please, bantuin gue" ujar Ridho dengan nada memelas. Rara hanya bisa mengernyitkan dahinya karena ia belum mengerti dengan ucapan Ridho.

"Gue cinta sama Putri, beneran deh" imbuh Ridho.

"Terus?" Rara semakin tidak paham dengan situasi yang tercipta.

"Lo mau bantuin gue biar bisa bersatu sama dia gak?" tanya Ridho sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada, membuat raut wajah yang suram dan memohon.

"Bukannya si Putri udah nerima lo ya?" tanya Rara dengan nada bingung.

"Hah?! Dia kan masih pacaran sama si buto ijo, Randa!" seru Ridho sambil berdecak sebal.

"Dapet info dari mana sih? Lagian Putri sama Randa cuma sahabatan doang kali" ujar Rara.

"Hah?!" teriak Ridho dengan keras. Putri dan Randa yang kebetulan keluar dari UKS, melirik ke arah pilar. Ridho yang refleks langsung mendorong Rara ke arah tembok dan ia pun berhadapan dengan Rara. Membuat posisi mereka terlihat ambigu.

Rara menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat Putri melempar tatapan datar. Putri dan Randa kemudian berlalu, membuat Ridho menghela napasnya lega.

"Maksudnya gimana, Ra? Pokoknya lo harus jelasin sejelas-jelasnya" ujar Ridho.

"Ya gitu, gak gimana-gimana" balas Rara.

Ridho menghela napasnya, "Kemarin gue lihat Randa nembak Putri dikelasnya, dan Putri terima kok" terdengar nada keraguan dalam ucapan Ridho itu. Rara hanya membulatkan mulutnya sambil tertawa kecil.

"Yaelah, temen sekelas gue emang hobi ngedrama Dho, tapi ya gak beneran cuma buat candaan doang itu mah. Lo jangan suka ngambil kesimpulan sendiri kalo salah paham kan berabe juga kek gini" ujar Rara sambil menepuk lengan Ridho.

Rara pun pamit pergi, meninggalkan Ridho yang bingung sendirian. Ridho merasa malu karena kesalahpahamannya sendiri. Ia jadi bingung tentang bagaimana cara untuk meluluhkan hati Putri kedua kalinya.

*****

Vottment yuu!

Hujan Menyatukan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang