"Apa kau pernah melakukan sex dengan sesama lelaki? Teme?" Bisik Naruto lalu menjilat telinga Sasuke.
Tubuh Sasuke menegang, jantungnya berdebar dan sialnya! Kenapa Sasuke tak dapat berpikir? Seakan semua yang ada dalam otak Sasuke meluap di udara.
"Teme?" Bisik Naruto lagi.
Tunggu dulu! Apa-apaan bocah sialan ini?! Siapa yang dipanggil 'Teme' oleh nya? Sasuke? Yang benar saja! Apa Naruto ingin membangunkan kucing tidur menjadi macan yang mengerikan?
"Siapa yang kau panggil 'teme'!" Bentak Sasuke sekaligus sukses melepas pelukan Naruto.
Ia menatap nyalang Naruto, sedangkan yang ditatap malah tertawa bodoh. Tentu saja Sasuke semakin kesal akan sikap bodoh muridnya yang satu ini.
"Dengar ya, bocah! Aku ini guru mu!" Lanjut Sasuke bercelak pinggang.
Naruto menghiraukannya, langit malam lebih menarik dari pada mendengar ocehan guru baru. Naruto bersandar pada pagar yang ada di balkon, ia menyukai langit malam yang tenang, ia juga menyukai suara kendaraan dibawah sana. Itu membuatnya melupakan segala masalah yang ada.
Sasuke menghela nafas, ia harus sabar menghadapi murid-murid nya. Ia melakukan yang sama seperti Naruto, memandangi langit malam.
Begitu hening untuk beberapa saat sampai suara berat Naruto memecahkan keheningan itu.
"Apa kau menyukai hujan?" Tanya Naruto. Ia tak mengalihkan pandangannya, matanya masih saja setia menatap langit malam.
Sasuke sempat melirik Naruto, ia masih tak mengerti kepribadian bocah yang satu ini. Bahkan Kiba pun masih tak mengerti. Terkadang Naruto akan bersikap dewasa, terkadang ia manja dan selalu merengek seperti anak kecil dan terkadang pula Naruto seperti om-om mesum yang mencari gadis muda atau mungkin uke manis untuk memuaskan nafsu nya.
"Tidak. Itu menyusahkan." Jawab Sasuke sekenanya.
"Aku juga." Naruto tersenyum dan merapatkan diri pada Sasuke. Ia mengaitkan tangannya pada lengan kecil Sasuke dan menyandarkan kepalanya pada bahu sempit Sasuke. Naruto masuk dalam mode manja.
"Aku tak menyukai hujan, terlebih jika ada gemuruh petir, itu mengerikan." Sasuke menatap jijik tingkah Naruto yang manja. Oke, Sasuke harus sabar.
Hp Sasuke berdering, memaksa Naruto untuk melepas cengkraman nya pada lengan kecil Sasuke. Sasuke sedikit menjauh saat mengangkat telepon itu, dan Naruto tak menyukainya. Naruto tak menyukai rahasia, terlebih itu orang yang akan dekat dengannya nanti.
"Ada apa?" Tanya Sasuke saat sudah menerima telepon itu. Disana sang kakak, menyahuti Sasuke. Bukan kakak kandung, karena Sasuke sendiri hanya hidup sebatang kara, keluarganya mengalami kecelakaan saat ia berusia 16 tahun. Kedua orangtuanya mati dalam kecelakaan itu, sedangkan kakak kandung Sasuke depresi berat dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sasuke harus menjalani hidupnya yang begitu berat, tapi semuanya terasa ringan saat ia bertemu dengan pemuda pucat yang begitu menyayanginya, menganggapnya sudah seperti adiknya sendiri.
"..."
"Aku tidak bisa, mungkin 3 Minggu dari sekarang aku baru bisa menemuimu--" belum selesai Sasuke mengakhiri kalimatnya, suara dari balkon sana mengusik percakapan Sasuke dengan sang kakak.
"Ahhhh~ senseihhh~" Sasuke menatap horor Naruto. Apa-apaan dia ini? Bagaimana jika sang kakak salah paham?
Di balkon sana Naruto menyeringai penuh kemenangan, ia menatap Sasuke seakan meremehkan pemuda raven itu.
"Apa yang sedang kau--"
"Sensei aku akan keluar, AARRRGGHHH!!" Desah Naruto lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uptention🔚
FanfictionSasuke terjebak di sekolah yang cukup terkenal, menangani empat murid nakal dan bar-bar bersama salah satu temannya, Kiba. Dua murid diantaranya bersih keras untuk menyetubuhi Sasuke maupun Kiba, entah apa yang ada di otak anak muridnya.