15

1.1K 127 18
                                    

Terdengar bel istirahat, hampir semua siswa yang ada didalam ruangan berhamburan keluar, tapi tidak dengan kelas khusus.

Naruto memang beranjak dari kursinya, tapi ia menghampiri Sasuke yang ada dibelakang. Mencekal tangan Sasuke saat hendak meninggalkan kelas.

"Teme?" Sasuke menghela nafas panjang, sebenarnya Sasuke ingin sekali menghindari pemuda Uzumaki ini. Semakin Sasuke mendengar kalimat manis dari bibir Naruto, semakin ia ragu untuk menghapus perasaan itu, rasa suka itu bahkan semakin tumbuh.

"Ada apa? Aku harus keruang guru, Naru." Ucap Sasuke malas.

"Kau seperti menghindari ku." Jawab Naruto.

Memang beberapa hari ini Sasuke menghindari Naruto, Sasuke tak ingin membuat harapan untuk Naruto. Itu akan sangat menyakitkan pada akhirnya, lebih baik sekarang Sasuke bersikap acuh, sebelum mereka terluka.

"Aku tidak mengindari mu, aku hanya memiliki banyak tugas." Bohong Sasuke.

Ruang kelas sudah sepi, hanya menyisakan Sasuke dengan Naruto. Kiba, Shikamaru, Neji dan Gaara sudah pergi entah kemana. Mungkin mereka sedang makan siang dikantin, atau mungkin belakang gedung sekolah.

"Jangan berbohong seperti ini. Beri aku kesempatan, Teme." Ucap Naruto sedikit memohon.

"Tak bisakah aku mendapat cinta dari mu? Aku sudah tak mendapatkan cinta dari kedua orangtuaku." Lirih Naruto.

Sasuke terdiam. Dadanya sesak saat Naruto mengucapkan kalimat itu, bahkan Sasuke menahan tangis, hati nya teriris saat kalimat itu meluncur dengan sempurna dari bibir Naruto. Pasti itu sangat berat, dibenci oleh kedua orangtua.

"Aku menyayangi mu, tapi mengertilah, perasaan ku tak seperti yang kau harapkan." Jelas Sasuke. Entah sudah berapa kali Sasuke menjelaskan hal yang sama pada Naruto.

Naruto terdiam, menatap mata onyx itu. Mengapa begitu sulit? Ia tak menyangka jika Sasuke begitu sulit didekati.

Sasuke memutus kontak mata itu, ia pergi begitu saja meninggalkan Naruto. Membiarkan Naruto berada sendirian diruangan itu.

...

Kiba dan Shikamaru tengah makan siang bersama, sejujurnya Kiba sangat enggan makan semeja dengan Shikamaru, tapi pemuda itu selalu saja memaksa, mengikuti Kiba kemanapun Kiba pergi. Bahkan Shikamaru mengikuti dirinya ke kamar mandi, sungguh itu sangatlah mengganggu. Jadi, dengan berat hati Kiba makan siang bersama Shikamaru.

Shikamaru tak menyentuh makanan nya sama sekali, matanya terfokus pada pemuda mungil disamping nya.

Shikamaru menopang dagu, menatap Kiba dengan senyum kecil yang menawan. Tentu Kiba merasa terganggu akan tatapan memuja Shikamaru, Kiba belum pernah ditatap selekat ini sebelumnya. Shikamaru yang pertama.

"Berhenti menatapku." Shikamaru hanya menggeleng. Masih tersenyum dan menatap Kiba.

"Kau sangat manis, aku tak ingin melewatkan satu detik pun untuk melihat wajah manis mu." Jawab Shikamaru.

Kiba tertawa meledek, demi apapun, Kiba sangat jijik mendengar kalimat itu.

"Jika kau mengatakan hal itu lagi, garpu ini akan menusuk tenggorokan mu." Ancam Kiba dengan mengacungkan sendok dan langsung ia ganti dengan garpu.

Shikamaru tertawa melihat tingkah menggemaskan Kiba. Kiba galak tapi sangat menggemaskan. Sungguh, Shikamaru semakin jatuh dalam pesona Kiba.

Ah~ sepertinya Shikamaru akan mundur dalam taruhan nya dengan Naruto karena nyatanya Shikamaru yang menyukai Kiba, ia akan mengatakan bahwa ia menyerah pada Naruto nanti. Shikamaru tak ingin membuat Kiba sebagai bahan taruhan.

...

Naruto menatap indahnya langit malam, bertabur bintang dihiasi cahaya rembulan, tanpa ada awan yang menutupi.

Ia tak mengerti mengapa Sasuke tampak menghindari nya? Apa karena pemuda tempo lalu yang ia temui di cafe bersama Sasuke? Apa pemuda itu kekasih Sasuke? Atau Sasuke menyukai pemuda itu?

Menghela nafas panjang dengan mata terpejam. Jika seperti ini Naruto bisa saja kalah taruhan.

Tapi, apapun yang terjadi, Naruto tidak akan kalah. Bagaimanapun caranya, Naruto tetap harus menang.

Apapun yang terjadi.

...

Sasuke berjalan di koridor bersama dengan Gaara, dan Neji. Mereka tak sengaja bertemu saat ingin pergi ke kelas.

Sebenernya Sasuke merasa seperti nyamuk diantara dua pemuda yang sudah resmi menjadi sepasang Kekasih beberapa Minggu lalu. Ah~ Sasuke iri, kapan ia akan memiliki kekasih? Kapan ia dapat membangun keluarga kecilnya?

Entah mengapa kini pikiran nya melayang pada pemuda yang jauh disana, pemuda yang sudah mengisi hidupnya selama 3 tahun ini. Toneri.

Sasuke kembali mengingat saat Toneri menyatakan perasaannya, memang tidak romantis dan terkesan terburu-buru.

Saat Itu Toneri mengantar Sasuke kembali ke flat kecil miliknya. Dan Sasuke tak menyangka jika Toneri akan menghentikan langkah kaki Sasuke dengan menarik pergelangan tangan Sasuke lembut, membuat Sasuke yang hendak masuk ke flat kecil kembali menoleh dan menatap mata biru indah itu.

Sempat terkejut saat Toneri mencium bibir nya, hanya sebuah kecupan singkat. Namun, mampu membuat Sasuke memerah dan berdebar. Bahkan satu kalimat yang diucapkan Toneri dapat membuat Sasuke tak dapat berpikir.

"Aku mencintaimu, bisakah aku mendapatkan kesempatan untuk menjadi kekasih mu?" Ucap Toneri lembut.

Ah~ bahkan Sasuke masih bisa mengingat bagaimana suara bass Toneri menyapa telinganya.

Sasuke belum memberi jawaban yang pasti pada Toneri, karena ia tentu berpikir Toneri bisa mendapatkan pemuda yang lebih baik darinya.

Menggeleng kuat menyingkir kan pikiran konyol itu.

Sasuke masih berjalan dengan dua muridnya. Berbincang santai layaknya teman sebaya. Namun, Sasuke menghentikan langkah kakinya saat sampai depan kelas. Neji dan Gaara sudah masuk, meninggalkan Sasuke didekat pintu masuk.

Pembicaraan yang tidak seharusnya Sasuke dengar, pembicaraan yang bahkan dapat membuat hati Sasuke remuk seketika.

"Ayolah, Shika. Mana mungkin aku menyukai jalang seperti si Teme itu. Masih banyak yang lebih baik darinya."

Yah... Sasuke memang jalang. Tapi, tak bisakah mereka menghargai Sasuke? Bukankah Sasuke kini menjadi guru mereka? Tak bisakah mereka menghargai perjuangan Sasuke? Jika bisa memilih, Sasuke juga tak ingin menjadi pemuas nafsu.

Dan, kini Sasuke tau, tak ada seorangpun didunia ini yang benar-benar mencintainya. Semua orang menganggap Sasuke menjijikkan.

Melangkah masuk menarik perhatian keempat muridnya.

"Maaf jika kalian harus diajarkan oleh jalang menjijikan ini." Mata Sasuke menyiratkan kebencian, dingin tanpa ekspresi.

Ini memang bukan pertama kali Sasuke dihina, tapi entah mengapa penghinaan yang Naruto lontarkan begitu menyakitkan bagi Sasuke.

...

JeanTheRapper.

Uptention🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang