Hari itu Neji sama sekali tidak bertemu dengan Gaara, Gaara selalu bersama Kiba. Kesana kemari sudah seperti asisten pribadi saja, Neji harus memberinya pelajaran di kamar asrama nanti.
Neji yang kala itu sedang duduk, dihampiri oleh kedua temannya, siapa lagi jika bukan Shikamaru dan Naruto?
Naruto dengan gampangnya memukul kepala bagian belakang Neji, sedikit pertengkaran sampai mereka memutuskan untuk membolos. Hidup tanpa membolos itu tidak seru, kalian anak SMA pasti pernah membolos, and kata temen Jean Lo anak SMA ga pernah bolos, ga akan pernah nikmatin hukuman guru🤣🤣🤣🤣 bukan anak SMA namanya🤣🤣🤣. Tapi, Jan ditiru ya geas, itu tidak baik!
Oke, balik ke topik awal.
Mereka, tiga seme mesum itu berjalan sambil bercanda menuju gerbang sekolah. Sialnya mereka, disana ada beberapa guru kelas reguler. Apa itu menghentikan mereka? Tentu saja tidak.
Mereka berputar arah, jalan belakang dengan memanjat pagar lebih menyenangkan dari pada melewati satpam dan guru yang ada disana.
Dan mungkin ini hari sial mereka. Naruto sudah memanjat dinding yang menjulang tinggi itu, tepat saat itu Sasuke meneriaki nya. Shikamaru dan Neji sudah pergi entah kemana, dan Naruto ditarik paksa oleh Sasuke.
Sasuke menarik kerah bagian belakang Naruto, melangkah cepat membawa Naruto kembali ke gedung sekolah. Menghiraukan Naruto yang berontak minta dilepaskan.
Sasuke tak berhenti mengoceh. Entah apa yang Sasuke bicarakan, Naruto tak dapat mencernanya karena Sasuke berbicara sudah seperti rapper handal, sangat amat cepat mungkin tanpa ada tanda baca.
Sasuke membawa Naruto kembali keruang kelas, mereka duduk berhadapan, dengan Naruto yang membuang wajah tak ingin menatap wajah manis porselen Sasuke.
"Kau...? Sampai kapan akan seperti ini?" Nada bicara Sasuke melembut, dan begitu juga tatapannya. Naruto masih enggan untuk menatap mata onyx itu, entah karena apa ia menghindari mata kelam Sasuke.
"Kau tau? Dulu aku sama seperti mu, membolos sekolah, tidur dikelas, tak mendengarkan guru dan sebagainya. Kau bisa lihat bagaimana diriku sekarang ini, aku dulu hanya bekerja diclub malam." Perkataan Sasuke menarik perhatian Naruto, ia melirik Sasuke yang masih setia menatapnya.
"Aku tak ingin kalian berakhir seperti ku, itu sangat menyakitkan." Lanjut Sasuke.
Naruto tertunduk, sebenarnya ia kesal karena itu berarti Sasuke sempat menjadi pelacur, disetubuhi banyak lelaki sialan, Naruto tak menyukainya.
Apa seberat itu hidup Sasuke?
Jauh lebih berat dari yang kalian duga.
Tangan Sasuke terulur, mengusap Surai pirang itu. Ia mengerti bagaimana rasanya tak mendapat kasih sayang, Sasuke juga mengalami hal yang sama, tapi dulu tak ada yang membantu dirinya. Berbeda dengan Naruto dan yang lain, mereka memiliki Sasuke dan Kiba yang dapat membimbing jalan mereka, mereka tidak akan tersesat seperti Sasuke.
"Aku yakin kau tidak seburuk yang orang lain pikirkan." Ucap Sasuke.
Pertama kali bagi Naruto. Ada seseorang yang penuh sayang membelai kepalanya, menyalurkan kasih didalam sana. Entah dari mana perasaan ini datang, Naruto menginginkan Sasuke. Bukan sebagai guru atau teman, melainkan lebih dari itu.
"Teme, jika aku berubah, kabulkan satu permintaan ku." Pinta Naruto.
"Apa?" Tanya Sasuke penasaran. Sasuke harap bukan menjadi budak sex bocah sialan ini.
"Menikahlah dengan ku." Naruto sudah menggenggam kedua tangan Sasuke, menatap mata Onyx Sasuke tanpa keraguan.
Tunggu! Apa? Jangan katakan jika Naruto baru melamarnya, Naruto hanya bocah ingusan kelas 3 SMA yang mungkin belum mengenal kata cinta. Tapi, dia baru saja melamar Sasuke! Ada apa dengan otak Naruto? Apa ada kesalahan saat membuatnya?
"Teme?" Naruto mengguncang Sasuke, menarik Sasuke dari keterkejutannya.
"Berjanjilah, jika aku berubah kau akan menikah dengan ku." Lanjut Naruto semakin mantap.
"Hn, baiklah." Bolehkah Sasuke harap saat lulus nanti Naruto melupakan janji dan lamaran konyol ini?
...
Siang itu hanya ada Sasuke dikelas, Kiba mengikuti rapat, meskipun Kiba tak terlalu terpengaruh dalam rapat itu.
Rapat itu membahas tentang festival sekolah yang diadakan setiap tahunnya. Biasanya kelas khusus tidak mengikuti lomba apapun dalam festival itu, yah... Mereka hanya akan menghancurkan acara itu.
Tapi, bagaimana dengan sekarang? Kiba mengajukan agar para murid kelas khusus dapat berpartisipasi dalam acara tahunan itu. Sempat mendapat penolakan dari sebagian guru, terlebih kesiswaan. Mereka masih berpikir jika murid kelas khusus adalah biang masalah, anak yang mengerikan dan tak pantas untuk berada di Haruno high school.
Kiba sempat menyerah, yah... Kiba sudah tau jika mereka akan langsung ditentang. Tapi, keputusan kepala sekolah merubah segalanya.
Gadis Haruno itu dengan senang hati membiarkan murid kelas khusus berpartisipasi dalam setiap acara. Ini akan menjadi tahun terkahir yang membahagiakan bagi empat muridnya, Kiba ingin segera mengabari kabar baik ini, mereka pasti akan sangat amat senang.
Kiba memasuki ruang kelas itu. Disana mereka sedang bermain mengisi waktu luang, entah apa yang mereka mainkan, namun terdengar tawa bahagia dari lima pemuda itu.
Mereka itu masih seperti anak kecil, berlarian didalam kelas dengan bola baseball yang mereka lempar untuk mengenai lawannya. Betapa menggemaskannya mereka.
Buk.
Bola baseball itu mengenai kepala Kiba, bahkan membuatnya terjatuh. Semua mata menatap Kiba, tawa sekejap hilang, diganti oleh kesunyian.
Apa Kiba marah? Tentu saja tidak! Ia langsung melempar bola itu dan mengenai Neji, mereka kembali bermain. Belajar terus-menerus membuat otak panas, dan bisa membuat murid-murid stress, murid-murid Kiba dan Sasuke sudah cukup depresi karena orangtua mereka, Kiba dan Sasuke tak ingin mereka menjadi tambah depresi.
Setelah puas berlari-lari an diruang kelas yang terbilang besar itu, mereka duduk dengan tenang dilantai, ada yang merebahkan tubuh mereka. Keringat mengucur deras di pelipis mereka, bahkan pakaian mereka basah oleh keringat.
"Ah! Benar!" Kiba bangkit dari tidurnya. Ia tersenyum menatap murid-murid nya.
"Aku memiliki kabar baik untuk kalian." Semua mengalihkan pandangan penasaran pada Kiba.
"Festival sekolah akan segera diadakan, dan kalian tau? Kepala sekolah menginginkan kalian berpatisipasi dalam acara itu." Sasuke tersenyum mendengarnya. Tapi tidak dengan yang lain, Shikamaru menghela nafas, Naruto merebahkan tubuhnya lagi Neji memejamkan mata sedangkan Gaara tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Oh ayolah! Tidak ada salahnya, bukan?" Sasuke mencoba menyemangati murid-muridnya.
"Memang tidak salah, Teme. Tapi, kita ini biang masalah." Sahut Naruto santai.
"Tidak. Mereka salah! Kalian itu lebih baik dari mereka, aku yakin." Sahut Kiba.
Namun, tak ada yang merespon. Kiba kecewa, sangat amat kecewa.
...
JeanTheRapper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uptention🔚
FanfictionSasuke terjebak di sekolah yang cukup terkenal, menangani empat murid nakal dan bar-bar bersama salah satu temannya, Kiba. Dua murid diantaranya bersih keras untuk menyetubuhi Sasuke maupun Kiba, entah apa yang ada di otak anak muridnya.