5

2K 185 8
                                    

Sasuke berontak saat Naruto semakin dekat. Kepalanya menggeleng kuat saat bibir Naruto hampir saja mencapai tujuan.

Naruto yang gemas akhirnya menangkap wajah Sasuke, membatasi pergerakan Sasuke. Saat hendak mencium bibir kecil menggoda itu, tangan Sasuke yang bebas mendorong kuat wajah Naruto, kakinya kini menendang-nendang tak tentu arah dan sangat brutal. Hampir saja tendangan itu mengenai masa depan Naruto, pasti akan sangat menyakitkan.

Naruto menyingkir dari atas tubuh Sasuke, pasti akan sangat menyakitkan terkena pukulan Uje seperti Sasuke.

Sasuke bangkit dan menatap Naruto dengan penuh amarah, wajahnya memerah karena menahan emosi. Berhadapan dengan Naruto selalu menguras emosi Sasuke.

"Dengar ya, bocah! Kau itu belom cukup umur untuk mengerti hubungan dewasa! Tugasmu hanya belajar! Setelah kau lulus jadilah orang yang berguna, jangan hanya menjadi sampah masyarakat!" Omel Sasuke sebelum meninggalkan kamar Naruto.

"Dan! Habiskan makananmu!" Sasuke menutup pintu kamar Naruto dengan kasar.

Didalam sana Naruto tertawa, wajah Sasuke yang memerah menahan amarah sungguh menggemaskan dimatanya, terlebih ini pertama kalinya ada seseorang yang memarahi Naruto dan sekaligus meminta Naruto menjadi orang yang berguna, biasanya Naruto hanya mendapat makian memekakkan telinga. Naruto menyukai saat Sasuke memarahinya, Naruto masih ingin mendengar Omelan Sasuke. Tapi, pemuda itu sudah dulu pergi.

...

Sasuke memasuki kamar asramanya, ia tak mendapati siapapun disana, kamarnya kosong. Sampai pintu terbuka mengalihkan perhatian Sasuke.

Kiba masuk dengan wajah yang sudah basah oleh air mata.

"Suke!!!" Rengek Kiba berlari dan langsung memeluk Sasuke, menumpahkan tangisnya dalam dekapan temannya.

Sasuke heran, ada apa dengan Kiba? Mengapa ia menangis?

Sasuke ingin bertanya, namun suara tangis Kiba menenggelamkan suaranya. Sampai Sasuke jengah, ia mengguncang tubuh yang sama kecilnya itu, membuat Kiba berhenti beberapa saat.

"Ada apa dengan mu?!" Tanya Sasuke tak sabaran.

Kiba kembali menangis saat mengingat bagaimana Shikamaru memperlakukan dirinya.

"Bukankah kau akan memberiku hukuman? Bagaimana dengan membuatku lelah diatas ranjang, Kiba?" Bisik Shikamaru tepat di samping telinga Kiba, bahkan dengan jahilnya ia meniup telinga itu dan sedikit menjilat nya. Menjijikan.

Shikamaru mengangkat tubuh Kiba, membantingnya diatas ranjang single size dalam ruangan itu.

Tangan Shikamaru membelai lembut wajah manis Kiba, Kiba menggigil takut. Bagaimana jika Shikamaru memperkosa dirinya? Kiba tak menginginkan nya. Meskipun Kiba adalah pihak bawah, tapi ia tak ingin disentuh oleh pemuda yang bahkan muridnya sendiri. Kiba menginginkan calon suaminya yang menyentuh tubuh Kiba, bukan orang lain. Hanya calon suami, ingat dan camkan itu.

Hidung Shikamaru menyentuh lembut wajah Kiba, menyusuri nya dengan lembut membuat Kiba sedikit merinding.

"Aku menginginkan mu, bukan hanya sebagai guru, tapi sebagai masa depan ku." Bisik Shikamaru sebelum mendaratkan kecupan manis di dahi, hidung, kedua pipi Kiba dan bibir merah muda itu.

Shikamaru beranjak dari atas tubuh Kiba, menatap Kiba dengan lembut.

"Maaf membuatmu takut, Sensei." Setelahnya Shikamaru pergi, meninggalkan Kiba yang masih membeku ditempat.

Apa yang tadi Shikamaru katakan? Apa itu sebuah pernyataan cinta? Bagaimana mungkin Shikamaru memiliki rasa padanya? Ini sebuah kesalahan besar.

Sasuke tertawa puas saat mendengar cerita Kiba, jadi Kiba menangis hanya karena Shikamaru menyatakan perasaanya? Bukankah itu lucu?

Kiba bisa membalas perasaan Shikamaru jika ia mau, mereka berdua juga bukan guru, hanya pendamping untuk mendidik anak-anak nakal itu.

"Jadi..." Sasuke menggantung kalimatnya, ia ingin tau pilihan apa yang akan Kiba ambil, menerima pernyataan itu atau menolaknya mentah-mentah?

"Dia itu murid ku! Aku tidak akan mengencaninya, tidak akan pernah!" Putus Kiba.

Sasuke menatap Kiba seakan menggoda. Benarkah keputusan yang Kiba ambil? Mungkin dibibir Kiba mengatakan tidak, tapi bagaimana dengan hati kecilnya?

...

Memasuki kelas dan telinga dua pemuda mungil itu mendengar suara desahan, selalu seperti ini. Neji melakukan hal mesum tanpa kenal tempat, memalukan sekali.

Sasuke dan Kiba melangkah masuk, namun Neji tak menghentikan kegiatannya.

Naruto dan Shikamaru sendiri malah memakai headset dengan suara yang cukup keras, seakan meredam suara desahan itu masuk ke telinga mereka.

Menghela nafas sebelum akhirnya Sasuke menarik rambut coklat Neji. Neji menatap tak suka kearah Sasuke, namun Sasuke menghiraukannya.

Ia menarik tangan Gaara yang pakaiannya sudah tak berbentuk.

"Mari buat kesepakatan." Ucap Kiba menarik perhatian Neji. Hanya Neji karena Naruto dan Shikamaru masih asik mendengarkan musik sampai Kiba melemparnya dengan spidol dan tepat mengenai kepala Naruto.

Naruto segera melepas headset dan ia menyenggol lengan Shikamaru agar melepas headset nya juga. Perhatian tiga seme itu terfokus pada tiga uke yang berdiri didepan kelas. Dua diantara mereka mengangkat kepala, menatap tiga seme itu dengan berani, sedangkan pemuda Surai merah itu menunduk dalam kala mendapat tatapan tajam dari pemuda yang sudah membelinya beberapa tahun lalu.

"Sebenarnya kesepakatan ini hanya untuk Neji." Sahut Kiba lagi. Neji menyipitkan matanya tak suka, apa maksudnya? Kesepakatan hanya untuk dirinya seorang?

"Kau tak boleh menyentuh Gaara saat berada di area sekolah." Tegas Kiba.

"Tunggu! Apa?! Aku sudah membelinya dengan harga mahal dan aku tak boleh menyentuhnya?!" Protes Neji. Tentu saja ia tak terima.

"Aku tak menerima penolakan. Jika kau menyentuhnya, aku akan membiarkan Gaara tinggal dikamar ku dan Sasuke." Putus Kiba. Ia mendapat decak tak suka dari Neji, tapi siapa peduli? Disini Kiba dan Sasuke gurunya, mereka berhak membuat peraturan agar murid sialannya ini berubah.

Pelajaran dimulai setelah Gaara merapikan seragamnya yang sobek, ia duduk diantara Shikamaru dan Naruto, Sasuke tak membiarkan Gaara duduk disamping Neji karena sudah pasti tangan Neji menggerayangi tubuh mungil Gaara. Sasuke pernah melihatnya beberapa kali, dan itu cukup membuatnya risih.

Sasuke berdiri dibelakang, ia tadi sempat melihat kedalam mata Gaara, tak ada kehidupan didalam sana.

Sasuke pernah ada diposisi Gaara, menjadi budak sex tidaklah menyenangkan. Sasuke harus terpaksa menerima setiap pria yang ingin menyetubuhinya, mengeluarkan desahan yang menjijikan dan sungguh membuat Sasuke ingin muntah.

Sasuke tak membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi pada pemuda kecil seperti Gaara? Bahkan usianya masih terlalu muda untuk mengerti hubungan semacam itu. Gaara pasti sangat tertekan, atau mungkin Gaara sudah ditahap depresi ringan? Entahlah Sasuke sendiri tak mengerti akan kejiwaan seseorang, Sasuke bukan psikolog, ia hanya pernah membaca buku tentang psikologi anak remaja.

...

JeanTheRapper.

Uptention🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang