12 (Spesial Shikakiba & Nejigaa)

1.6K 139 16
                                    

ShikaKiba.

Di festival itu Kiba tampak begitu antusias, ia dengan sangat semangat mengunjungi setiap stand yang ada. Bahkan ia melupakan Sasuke yang tertinggal, tidak hanya Sasuke, Naruto dan Shikamaru juga tidak tau dimana. Kiba sempat mencari mereka, namun ia hanya menemukan Shikamaru yang berjalan keluar dari area festival. Tentu Kiba langsung menarik lengan kokoh Shikamaru, menyeretnya kembali ke area festival.

Shikamaru hanya pasrah, ia mengikuti Kiba kemanapun pemuda penyuka anjing itu pergi. Tangan Kiba masih melingkar di lengannya, tanpa sadar terukir senyum diwajah tampan pemalas Shikamaru.

Setelah puas dengan stand makanan, Kiba menyeret Shikamaru ke stand permainan. Ada banyak permainan, seperti memanah, menembak dan sebagainya. Kiba tak mengajak Shikamaru menuju permainan berpasangan, itu terlalu memalukan menurutnya. Dan lagi pula, mereka bukan pasangan.

Kiba memperlambat langkah kakinya, ia merasa perih di tumit kakinya. Mungkin lecet.

Dan benar saja, kaki Kiba sudah berdarah. Itu salahnya karena memakai sepatu kekecilan dan lagi ia tak dapat diam, selalu berlari kesana-kemari.

"Apa sakit?" Tanya Shikamaru, melihat tumit Kiba yang berdarah.

"Tentu saja! Kau tak lihat ada luka disana!" Sahut Kiba sedikit emosi karena pertanyaan bodoh Shikamaru.

Shikamaru menghela nafas dan bangkit, sebenarnya ini kesempatan bagus untuk mendekati Kiba yang teramat galak, siapa tau habis acara ini mereka menjadi sepasang kekasih dan Shikamaru bisa meniduri Kiba lalu ia menang dalam taruhannya dengan Naruto.

Mata kuaci Shikamaru melihat sekitar, mencari bangku untuk Kiba beristirahat. Namun, ia hanya melihat stand saja.

"Apa perlu aku menggendong mu?" Tanya Shikamaru.

"Tidak. Aku masih bisa berjalan." Jawab Kiba.

Mereka menyusuri tempat festival mencari tempat untuk beristirahat, Shikamaru membantu Kiba untuk berjalan, darah itu masih terus keluar, membuat Kiba sesekali meringis saat tumit nya bergesekan dengan sepatu. mencari tempat untuk beristirahat, dan Shikamaru menemukannya.

Shikamaru membiarkan Kiba menempati kursi itu. Ia masih berdiri dihadapan Kiba, tangannya mengusap Surai itu tanpa tau jika kini jantung Kiba sudah siap untuk meledak.

"Aku akan membeli obat untuk mu, kau tunggu sini." Kiba hanya mengangguk paham, lalu Shikamaru pergi entah kemana.

Kiba terus menunggu sampai hampir 15 menit akhirnya pemuda yang ia tunggu datang kembali.

Shikamaru meneteskan obat merah ke luka Kiba, Kiba meringis merasa perih saat obat itu menyentuh luka nya. Setelahnya, Shikamaru menutup luka itu dengan plester.

Selesai dengan kegiatannya, Shikamaru duduk disamping Kiba, tanpa disadari langit sudah memerah. Mentari akan segera tenggelam, diganti oleh sinar rembulan dan cahaya bintang.

Mereka hanya duduk disana, memandang langit. Tanpa ada yang bersuara. Sampai suara perut Kiba mengalihkan pandangan Shikamaru.

Wajah Kiba sudah memerah karena suara perut nya sendiri. Shikamaru tertawa melihat wajah menggemaskan Kiba.

"Kau lapar?" Tanya Shikamaru. "Tidak." Namun, sepertinya perut Kiba tak dapat berbohong, suara itu kembali terdengar. Dan mengundang tawa Shikamaru.

Stand makanan sudah tutup, hanya tinggal pengujung acara, Shikamaru tak peduli akan hal itu, festival hanya membuang waktu saja. Menurut Shikamaru.

"Ayo kita cari kedai, aku yang akan bayar." Shikamaru sudah bangkit.

Mendengar hal itu, Kiba tersenyum lebar, tanpa berpikir dua kali ia bangkit dengan semangat namun sedikit limbung karena kakinya sakit. Bersyukurnya Shikamaru menarik tangan Kiba, jadi Kiba menabrak dada bidang Shikamaru.

Uptention🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang