18 (Spesial ShikaKiba)

1.3K 93 22
                                    

Ini sudah tiga tahun semenjak Sasuke menikah, dan sekarangpun Shikamaru, Neji, Gaara dan Naruto sudah mendapat pekerjaan tetap. Dan Kiba juga, ia tak lagi berurusan dengan anak kelas khusus di Haruno High School lagi, karena yah... Murid yang ia tangani sudah lulus semua, tanpa terkecuali.

Tapi, meskipun sudah lulus tak menutup kemungkinan jika perasaan Shikamaru pada Kiba semakin menjadi. Shikamaru semakin menyukai pemuda Inuzuka itu, bahkan ia sudah sampai tahap tak dapat menahan perasaannya lebih lama lagi. Sudah 3 tahun ia mengejar Kiba, dengan segala macam cara. Entahlah itu berhasil atau tidak, karena Kiba sendiri belum memberi respon yang jelas pada Shikamaru.

Tapi tenang saja, Shikamaru tidak akan menyerah. Ia tetap akan membuat Kiba menjadi miliknya.

Saat ini Shikamaru sedang menunggu Kiba, sekarang Kiba menjadi salah satu penjaga toko buku. Banyak wanita yang tertarik pada Kiba karena Kiba yang manis dan menggemaskan, sungguh membuat Shikamaru gerah melihatnya.

Kiba keluar dari toko buku itu, dipundak sempitnya terdapat tas, leher Kiba dililit oleh syal merah, sekarang ini musim dingin jadi Kiba harus tetap hangat.

Shikamaru menghampiri Kiba dan langsung merangkul bahu sempit itu. Kiba hanya memutar bola mata malas, ia sudah biasa akan sikap Shikamaru yang seperti itu.

"Kau sudah makan malam?" Tanya Shikamaru. "Belum, aku ingin menghabiskan uang mu." Jawab Kiba tersenyum penuh makna.

Shikamaru baru saja gajian, dan ia memberi tau Kiba akan hal itu, bahkan terkadang Shikamaru memberi semua uang gajiannya pada Kiba, membiarkan Kiba mengelola semua uang yang ia miliki.

Shikamaru tertawa mendengar ucapan Kiba, mana mungkin Kiba bisa menghabiskan uang Shikamaru dalam semalam? Terlebih untuk membeli makanan, itu tidak mungkin.

"Baiklah, ayo kita membeli makan malam." Ajak Shikamaru.

Mereka berjalan diramainya jalanan kota, tak mempedulikan tatapan orang-orang yang melirik mereka. Ada yang menatapnya heran, ada pulang yang berbisik-bisik bahkan ada yang tersenyum senang melihatnya.

Shikamaru dan Kiba hanya membeli makanan dan membungkusnya pulang, rumah mereka bersebelahan, Shikamaru yang membeli apartemen disamping Kiba agar mudah mengunjungi pemuda kesayangannya, bahkan terkadang Shikamaru menginap di apartemen Kiba.

Setelah berjalan lebih dari 30 menit, mereka sampai kekediaman mereka. Kiba menghidangkan makanan cepat saji itu dalam piring dan menatanya diatas meja kecil yang ada di apartemen Shikamaru.

"Terima kasih, sayang." Shikamaru tersenyum senang.

"Berhenti memanggil ku seperti itu!" Sahut Kiba meletakan piring Shikamaru sedikit kasar. Sungguh, Shikamaru sangat menyukai sifat Kiba yang galak seperti ini, terlihat begitu menggemaskan.

"Kau masih tak ingin menerima perasaanku, Kiba?" Tanya Shikamaru menatap lesu Kiba yang kini sedang duduk dihadapannya.

"Tidak." Sahut Kiba. Shikamaru menghela nafas dan mengambil sendok serta garpu, namun ia tak memakan makanan itu, ia hanya mengacak-acak nya saja tanpa minat memakannya.

"Kenapa? Bukankah sekarang aku sudah lebih baik? Bahkan aku memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi kita berdua." Ucap Shikamaru setengah putus asa.

Bohong jika Kiba tak memiliki rasa pada Shikamaru, ia juga menyukai Shikamaru. Bagaimana tidak? Kiba diperlakukan layaknya raja, Shikamaru selalu menuruti semua perkataan dan permintaan Kiba. Bahkan sempat dulu mereka bertengkar dan tak sengaja Kiba mengatakan jika ia tak ingin lagi bertemu dengan Shikamaru, dan mengatakan lebih baik Shikamaru mati saja. Dan saat itu juga Shikamaru nekan menggores pergelangan tangannya dihadapan Kiba sambil tersenyum. Beruntung luka itu tidak dalam, hanya menggores kulit luar Shikamaru, jika sampai mengenai nadi Shikamaru Kiba tak tau apa Shikamaru masih ada dihadapannya atau terbaring dirumah sakit saat ini.

"Bukan seperti itu, menjalin hubungan tidak semudah membalik telapak tangan."

"Lalu mengapa kau selalu memberi ku harapan? Bukankah lebih baik jika kau memberiku kepastian?" Sahut Shikamaru cepat. Yah... Selama ini Kiba hanya memberi harapan pada Shikamaru tanpa kejelasan yang pasti, menjalin hubungan yang seperti itu lebih melelahkan.

"Shika--"

"Terkadang aku lelah, Kiba. Aku lelah berada disamping mu, aku lelah mengejar mu yang bahkan enggan untuk membalas perasaan ku." Potong Shikamaru.

Dan lagi, setiap mereka membahas tentang perasaan, mereka akan berakhir dengan pertengkaran.

"Shika dengarkan aku--"

"Aku ingin menyerah, Kiba." Potong Shikamaru yang sontak membuat Kiba terdiam. Bukan ini yang ia inginkan, Kiba juga ingin akhir bahagia dalam hidupnya, seperti Sasuke dan Gaara. Tapi, ia terlalu takut untuk memulai hubungan. Kiba takut untuk merasakan yang namanya kehilangan, masih membekas dalam benaknya saat sang ibu pergi dari dunia ini. Ia melihat bagaimana hancurnya sang ayah, Kiba tak ingin kehilangan seperti itu lagi. Kiba tak ingin merasakan rasa sakit itu lagi. Kiba ingin bersama Shikamaru, tapi ia terlalu takut.

"Aku ingin menyerah terhadap mu, aku ingin membuang perasaan yang semakin tumbuh setiap melihat mu. Aku ingin membuang semua kenangan yang ada tentang mu." Kiba masih terdiam, matanya menatap Shikamaru yang juga menatapnya penuh luka.

"Aku ingin mengakhiri semuanya." Lanjut Shikamaru hendak pergi, namun Kiba menarik ujung pakaiannya.

"Beri aku satu asalan mengapa kau ingin menyerah?" Tanya Kiba yang kini juga ikut bangkit, berdiri dihadapan Shikamaru.

"Bukankah sudah ku katakan? Aku lelah--"

"Kalau begitu beristirahat lah." Sahut Kiba cepat.

"Apa maksud--" ucapan Shikamaru kembali terpotong kala bibir ranum Kiba membungkam bibirnya. Hanya sebuah kecupan ringan namun mampu menjawab semua pertanyaan yang ada dalam benak Shikamaru.

"Jangan menyerah pada ku." Ucap Kiba tulus. Dan kini Shikamaru yang membungkam bibir ranum Kiba, ciuman lembut yang setiap detiknya berubah menjadi ciuman panas dan memabukkan. Shikamaru menarik pinggang ramping Kiba, sedangkan Kiba melingkarkan tangannya dileher Shikamaru.

Sungguh, ciuman Shikamaru bahkan membuat kaki Kiba lemas, jika Shikamaru tidak menahan pinggang Kiba, mungkin Kiba sudah terjatuh lemas dilantai.

Shikamaru terus mencium bibir Kiba yang terasa begitu manis dan menjadi candu, Shikamaru mendorong tubuh itu ke dinding, menghimpit nya diantara tubuh, lengan dan dinding.

Shikamaru menyudahi ciuman itu, ia lihat wajah Kiba yang sudah memerah, terlebih sekitar bibinya dihiasi oleh Saliva yang menggoda iman Shikamaru. Jika saja akal sehat Shikamaru tak berfungsi, mungkin ia sudah menghabisi Kiba saat itu juga.

"Aku mencintaimu, Kiba." Shikamaru membawa tubuh mungil itu untuk dipeluk. Kiba membalas pelukan Shikamaru tak kalah erat, seakan ia enggan. "Jangan menyerah terhadap ku." Bisik Kiba.

Tamat.

JeanTheRapper.

Uptention🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang